Dreamer

Apa dunia sudah benar-benar berakhir?

Tidak mungkin. Ia menggeleng keras. Sampai pening pun tetap pemandangan yang ia lihat tampak aneh dan mengerikan. Bagaimana mungkin pepohonan di halamannya dipenuhi mayat. Bukan lagi buah.

Ada kepala yang terpisah dari leher, ada sepotong tangan saja. Mengerikan. Banyak tubuh bergelimpangan di jalan. Tidak sedikit wanita-wanita tanpa sehelai benang terbaring di pekarangan. Bahkan ada gadis kecil, tetangganya yang lucu, kini tertelungkup tanpa kaki. Matanya melotot, anak itu bertransformasi dari menggemaskan menjadi mengerikan.

Ia menampar pipi berkali-kali. Kiranya supaya segera sadar dari mimpi. Tapi pipinya malah jadi perih, kemudian air mata mengalir deras. Tidak mungkin, ia menggeleng lagi. Tidak bisa dipercaya, bagaimana bisa?

Kemarin semuanya baik-baik saja.

Dia bahkan masih bisa tertawa, merasakan euphoria, dan juga bercanda dengan temannya. Ini di mana? Apa yang salah dengan dirinya? Pita suaranya terasa rusak, hingga ia tak lagi bisa mengeluarkan suara kendati berteriak.

Ini di mana?

Apa karena semalam ia kelewat lelah bekerja hingga tidur tanpa berdoa, sampai akhirnya dapat mimpi paling buruk sepanjang hidupnya? Dia berjalan pelan, langkahnya dibawa perlahan. Sesekali berhenti tiap kali menemukan mayat menghalangi langkah.

Tempatnya tinggal sudah porak poranda. Tidak ada tanda kehidupan sama sekali. Ia bergidik ngeri. Lagi-lagi hatinya bertanya, ini di mana? Perasaan kemarin semuanya masih baik-baik saja.

Langit di atas kepala tidak lagi biru, pelan-pelan warnanya berubah jadi merah. Semakin pekat. Pepohonan kehilangan daunnya. Lagi ia bertanya, ini di mana?

Apa dia sedang terkena lucid dream?

Kalau benar, sejak tadi ia telah meminta tubuhnya untuk bangun. Bergegas ke dapur ambil minum. Seperti apa yang biasa ia lakukan. Tapi sampai saat ini, dia tetap tak kunjung bangun.

Semakin jauh langkah dibawa, bau busuk mulai tercium. Makin jauh dari rumah, bau itu semakin menusuk dan tajam. Perutnya bergejolak hebat begitu melihat tumpukan mayat di depannya. Tidak ada lalat, tapi tubuh mereka dipenuhi belatung. Sebagian besar wajahnya rusak dan tidak lagi utuh. Ia meremas perut, kemudian tubuhnya melengkung ke depan begitu sesuatu di dalam tubuhnya mendesak minta dikeluarkan.

Dia muntah.

Hingga muntahannya berwarna kuning dan mulutnya terasa pahit. Tenggorokan terasa di bakar dari dalam. Kebiasaan mengumpat mendadak hilang.

Apa mungkin hanya ia sendiri yang hidup?

Ketika akan berbalik ia dikejutkan dengan mayat yang berada di tumpukan paling bawah. Ia langsung menutup mulut, bentuk wajahnya paling sempurna dari tumpukan lain. Tapi tubuhnya tingga tulang saja. Sebentar lagi belatung akan memakan bagian lehernya. Ada yang bergerak ke hidung, bibir, dan mata.

Matanya panas.

Kali ini suaranya bisa dikeluarkan. Ia menjerit sekeras mungkin, hingga suaranya menggema. Ia menggeleng tanpa henti. Tangisnya tak bisa dibendung lagi. Ia menangis, keras sekali.

Tidak mungkin.

Kemarin semuanya masih baik-baik saja.

Kenapa berselang sehari semuanya mendadak kacau begini? Pasti ada yang salah!

"Ayah! Ibu!"

Dua nama itu terus keluar dari bibirnya. Masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Hilang sudah tumpuannya selama ini. Sakit sekali. Ia terus terisak. Kembali menjerit memanggil kedua orang tuanya.

"Kau sudah bangun, Dreamer?"

Suara itu hadir tanpa wujud. Menambah kengerian hingga semakin menjadi. Tubuhnya membeku, dengan suara bergetar ia bertanya. Lirihnya terdengar nyaring di tengah sunyi.

"Siapa kamu?"

Dia mendegar tawa terbahak. Tak lama ia menegang ketika suara tanpa wujud tadi kembali menyentuh rungunya. "Kau tidur terlalu lama, Dreamer. Ah, apa mimpimu menyenangkan sampe terus membuatmu terlelap?"[]





































19.08.19

Coba bangun; buka jendela; hirup udaranya; masihkah terasa sama?

Karena aku tidak lagi merasa sama.
Sesak sekali.

Menjejak di pinggir jurang sembari berpegangan pada dahan yang rapuh supaya tidak jatuh ...

Negaraku....

Rumahku....

Jangan dulu runtuh




(sedih, udah itu aja. ribut di mana-mana.)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top