Di luar hujan
Di luar hujan.
Bukan rintik-rintik apalagi gerimis. Kaca jendela yang biasa digunakan untuk menatap dunia luar jadi kusam. Berembun sampai-sampai hal yang ingin dilihat jadi tidak jelas. Blur.
Di luar hujan.
Bukan rintik-rintik apalagi gerimis. Deras, jatuh besar-besar hingga sakit ketika menimpa kulit. Tanah merah yang beradu dengan tiap tetesnya jadi hancur. Muncrat sampai mengotori dinding yang dingin.
Di luar hujan.
Bukan rintik-rintik apalagi gerimis. Suhu turun drastis. Terlalu jauh sampai kutarik selimut untuk menutupi tubuh. Rumahku tidak punya penghangat. Hingga spora lumut tumbuh subur di dinding yang terbuat dari campuran batu, kapur, dan tanah liat. Beberapa bagian menggembung dan siap pecah. Sebagian lagi retak-retak. Tidak layak huni.
Di luar hujan.
Bukan rintik-rintik apalagi gerimis. Tapi tidak bisa meredam suara riuh di luar pintu. Musik juga tidak banyak membantu. Hujan yang lebat mengiringi suara pintu yang dibuka paksa. Derap kaki tergesa menghampiri. Menggoyangkan lengan dari balik selimut beberapa kali.
Di luar hujan.
Bukan rintik-rintik apalagi gerimis. Ibu menatapku dengan jengkel. Padahal seharian ini baru bertemu. Lantas bersidekap sambil mengatakan sesuatu dengan nada datar.
"Bangun, Ayah mau pulang. Sana pamitan."
"Pulang?"
"Hm."
"Tapi kan ini rumahnya."
"Dulu iya. Sekarang tidak lagi."
Di luar hujan.
Tetesannya yang besar berubah perlahan menjadi rinai. Langit tidak lagi kelabu, pelan-pelan biru muda kembali mendominasi. Awannya pergi. Pindah dari luar ke dalam. Sekarang menggantung di langit-langit.
Di luar tidak hujan.
Di dalam kini hadir badai.[]
25/01/19
Kemarin lusa di sini hujan :")
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top