Adil?
"Tuhan tidak adil!"
Aku terkejut begitu mendengar seorang wanita yang paling kusayangi; seorang manusia yang rela rahimnya kudiami selama sembilan bulan dalam keadaan susah payah, mengatakan kalimat tersebut. Beliau tidak seperti ibu yang biasa kukenal. Yang begitu sabar dengan segala cobaan yang besar. Sampai-sampai aku selalu berpikir, kalau aku ada diposisi ibu; saat ini mungkin hanya nama saja yang tertinggal bagiku. Tanpa jiwa pun raga.
Mati.
Mungkin aku sudah mati sejak lama jika aku berjalan dan menjalani kisah hidup wanita itu. Ibu sangat sabar, hingga satu kalimat itu meluncur dari kedua belah bibirnya. Selama ini wanita itu selalu menerima suratan takdir yang tertulis. Namun, kalimat tersebut akhirnya keluar setelah mendengar bagaimana dunia memperlakukan kedua putri yang begitu ia sayangi. Bagaimana orang-orang menginjak dan menganggap keduanya tidak ada.
Ibu, mau bagaimana lagi. Seperti inilah hidup bagi orang-orang yang tidak punya kekuatan seperti kami. Memegang kepercayaan serta berjalan di jalan Tuhan, rasanya benar-benar seperti memegang bara api. Panas, perih, dan menyakitkan. Tapi, Bu, Tuhan itu adil. Dia tidak tidur, kalau saat ini Ibu belum melihat kami bahagia, masih mendengar kami berkeluh kesah, tidak apa. Kami masih berjalan, Bu. Belum berhenti. Bahagia itu pasti adanya bagi mereka yang percaya, kuharap Ibu tidak kehilangan itu semua. Doakan kami juga, ya, Bu.
"Nggak, Tuhan itu adil kok. Mungkin memang jalannya harus seperti ini, tapi kita nggak boleh bilang begitu."
Lalu ibu tersentak. Beliau sadar jika telah salah berucap. Kuharap Tuhan mau memaafkannya, aku memohon supaya Tuhan tidak marah. Ibu terlalu mencintai anak-anaknya. Kemudian ibu kembali berucap, "Ya, bukan tidak adil. Hanya saja belum mengabulkan." Kentara sekali betapa sesal bergelayut di setiap kata yang keluar.
Iya, Tuhan selalu adil.
Hanya saja adil di mata Tuhan dan di mata manusia yang fana seperti kami tidaklah sama. Adil menurut kami adalah apa pun yang sesuai keinginan, sedangkan adil bagi Tuhan adalah segala sesuatu yang sesuai kebutuhan.[]
26.06.19
00:59
Untuk naik ke satu tingkat yang lebih tinggi, dibutuhkan tenaga yang lebih banyak lagi. Dibutuhkan stok ikhlas dan sabar yang lebih besar dari sebelumnya. Saat-saat untuk menempuh pendidikan selalu jadi saat terberat buat keluarga.
Rasanya?
Sedih banget pasti, entah Ayah sakit, kakak yang akan dimutasi (semoga tidak berpengaruh banyak bagi finansial kami), tempat kerja yang tidak kondusif, dan si bungsu yang masih harus menata masa depan. Dia yang paling terpapar dampaknya. Rasanya kerja gila-gilaan selama ini seperti tidak membuahkan hasil apapun. Lantas suatu saat aku sadar, makin hari terasa makin berat karena kurangnya rasa syukur yg aku punya.
Ga membuahkan hasil?
Hei! Sadar! Dari rezeki yang Allah kasih melalui keringat dan kerja kerasmu selama ini, kamu bisa bertahan hidup. Tercukupi sandang, pangan, dan papan.
Ayo semangat lagi! Saat ini kamu mau naik kelas, wajar dikasih ujian lagi. Ingat, Allah itu sedekat urat nadi. Saat kamu berjalan ke arah-Nya, Dia akan menghampirimu dengan berlari, saat kamu mendekat dengan berlari, Dia akan mencapaimu lebih cepat lagi.
Tugasmu hanya yakin dan percaya, lalu meminta. Allah sayang kamu, bertahanlah :")
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top