Insiden Taman Belakang

Andai saja bisa, kuingin semua tanggal di kalender bewarna merah. Agar tidak ada alasan bagimu untuk tidak menemuiku.

***

Ada yang tau itu siapa??

Aldo kah?

Aldi kah? 😁😂

Jangan LUPA!!

Vote

Vote

Vote

Vote

Vote

Vote

***

Aku melangkahkan kakiku seirama dengan hitunganku dalam hati. Sementara Keysa mungkin sedang mengisi perut di kantin. Sebenarnya ada rasa tak rela saat diriku dan Keysa terlambat. Selama ini kami selalu tepat waktu. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Semoga saja mama dan papa tidak mendengar kabar buruk ini. Bisa-bisa aku dikurung di kamar tanpa wifi dan laptop. Sungguh penderitaan yang sangat berat.

Hingga tanpa sadar akupun tiba di taman belakang, tempat dimana Aldo menungguku. Kulihat sekelilingku. Sepi. Dan hening. Angin berhembus pelan menerbangkan beberapa helai rambutku. Aldo masih belum kelihatan batang hidungnya. Sebuah ayunan kayu yang masih terlihat kokoh menarik perhatianku yang sedang mencari sosok Aldo di tengah kesepian taman itu.

Kakiku melangkah ke ayunan yang tidak terlalu rendah itu. Sangat pas untuk dinaiki cewek setinggiku. Aku mendudukkan bokongku di sana dan seketika terdengar bunyi kreek.

"Aldo kemana sih?" gumamku sambil mengedarkan pandanganku dengan kaki yang mengayun-ayun. Ayunan ikut bergerak dengan tenaga kecil dari ku.

"HOI!"

"Kutu aer astaga Lailahaillallah!" racauku tak jelas ketika teriakan beserta tepukan di pundakku itu mengejutkanku dari pikiranku yang mulai tenang.

Aku mendelik tajam pada orang yang telah membuat jantungku hampir saja lepas dari tempatnya. Mulutku menganga dengan serentetan kalimat yang siap meluncur untuk memaki orang itu. Namun sebuah usapan di pipiku membuat semuanya melebur ke udara. Kalimat pedas yang siap kusemprotkan padanya mendadak hilang. Rasa panas menjalar ke seluruh bagian wajahku.

"Jangan marah. Gue cuma becanda doang."

Aku masih terdiam dengan tangan Aldo di pipiku. Usapan itu masih terasa hingga Aldo melepaskannya untuk menatapku dalam. Bodohnya aku yang malah membalas tatapannya. Wajahnya serius sekali.

"Lo sakit?" tanya Aldo. Tangannya kembali mendarat di wajahku. Namun kali ini bukan di pipi. Melainkan keningku. Aku mengernyit sambil melirik ke atas.

"Eng-enggak," jawabku lugu dan gugup. Entah mengapa atmosfer di sekitar kami berubah canggung. Bukan. Mungkin hanya aku saja yang merasakannya. Karena Aldo terlihat santai saja.

"Muka lo merah Si. Gue bawa ke UKS ya."

Aku menahan lengan Aldo yang ingin menarikku ke UKS. Aku tidak sakit. Hanya saja..

"Aku gak sakit Do. Kamu ngapain nyuruh aku ke sini?" tanyaku sekaligus mengalihkan topik. Ku lepas cekalan tanganku karena rasa gugup itu kembali datang.

"Ooh itu.. Gue mau minta nomer lu," jawab Aldo santai. Ia tampak menggaruk bagian belakang lehernya dan tersenyum kecil.

"Kenapa gak minta nanti aja? Gara-gara kamu aku sama Keysa terlambat jam pak Yuska," tuduhku sambil merajuk. Aku duduk di ayunan dan menggerakkannya maju mundur. Sementara Aldo duduk di atas rumput yang terpotong rapi dengan kaki yang dilipatkan ke atas. Posisi kita sama-sama menghadap ke kolam kecil yang baru kusadari ada di taman belakang sekolah ku.

"Males. Ntar banyak yang tau nomer lu lagi." Aldo melemparkan sebuah batu kecil ke kolam yang sayangnya meleset. Ia mendongak memperhatikanku yang masih mengayunkan ayunan dengan lamban. Aku juga menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Gini ya Sisi.. Gue belum pernah punya temen cewek selama SMK. Apa kata orang nanti kalau tiba-tiba gue minta nomer lu. Bukannya apa-apa sih. Gue rasa ini sedikit privasi," ucap Aldo. Ia mengambil sebuah kerikil lagi dan melemparkannya ke kolam. Tepat sasaran.

"Nomer aku untuk siapa?" tanyaku memandang lurus ke depan. Memperhatikan riak kolam yang terlihat samar akibat lemparan batu dari Aldo.

"Ya buat gue lah. Lo pikir buat siapa lagi?"

"Gak ada yang gak mungkin Do. Bisa aja temen kamu yang minta lewat perantara kamu."

"Ge-er banget jadi cewek," jawab Aldo setengah tertawa. Entah aku yang terlalu sensitif atau ucapan Aldo yang memang pedas, aku merasa tersentil. Bukan itu yang kumaksud. Aku hanya tidak ingin... Ah sudahlah. Aldo tidak akan percaya.

"Yaudah," akhirnya aku menyerah. Selain karena malas meladeni Aldo, aku juga ingin menikmati hembusan angin sepoi-sepoi di taman sebelum bel kembali berbunyi. Kapan lagi aku bisa ke sini. Kesibukanku sebagai anak akuntansi membuatku sangat jarang berjalan untuk mengitari lingkungan sekolah.

"Nih."

Aldo menyodorkan ha-pe-nya kepadaku. Tanpa pikir panjang aku segera mengetikkan beberapa angka dan menyimpannya di kontak What'sApp Aldo. Lalu kuserahkan benda pipih itu kepadanya. Ia mengecek dan mengetikkan sesuatu.

Tenong!

Notifikasi dari handphone di dalam sakuku mengejutkanku yang sedang memperhatikan Aldo. Ternyata cowok itu mengirimiku pesan.

"Langsung save aja," ujarnya tanpa melihatku. Aku mengangguk meski dia tidak tahu.

Kuketikkan beberapa huruf dan mengklik oke. Kusimpan ha-pe itu di dalam saku dan tersenyum kecil. Alasan apapun itu yang membuatku tersenyum, tidak masalah. Mungkin saja ketenangan dan kedamaian di taman ini membuat jiwaku tentram. Seolah beban dipundakku terangkat bersamaan dengan angin yang melaluiku.

"Lo turun deh Si. Tega banget biarin gue duduk di bawah sendirian," ucap Aldo yang kembali mengganggu momen tenang ku. Aku menaikkan alisku sebelah. Ia menepuk rumput di sampingnya. Menyuruhku agar duduk di sana. Aku menurut. Lagipula bokongku rasanya mulai panas akibat terlalu lama duduk di atas ayunan kayu.

"Nah gitu dong. Kan adem liatnya."

Aku tidak menggubris ocehan Aldo. Angin ini membuat mata ku berat. Rasanya ingin tidur saja di atas rumput hijau ini. Pasti sangat menyenangkan. Tiba-tiba dorongan dari samping kepala ku membuat mataku yang hampir terpejam langsung terbuka siaga.

"Tidur aja kalau lo ngantuk. Nanti gue bangunin pas bel bunyi," suara Aldo menjadi musik terakhirku sebelum mataku benar-benar berat. Hingga kegelapan menjemputku perlahan.

Hal terakhir yang aku ingat adalah, aku tertidur di samping Aldo. Dengan kepala menyandar ke bahunya. Usapan tangan Aldo di kepala ku membuat diriku enggan untuk bangun. Harus kuakui, Aldo cocok menjadi temanku.





***




Hai... 😊😊

Selamat bertemu kembali..

Maaf aku gak update kemaren dan kemarennya lagi. Soalnya lagi banyak tugas. Berhubung aku sudah kelas 11.

Mohon maklum yaa.. 😊😊

Semoga kalian tidak pernah bosan dengan karyaku. Jangan lupa tinggalkan jejak dengan mengklik tanda bintang ✨ di pojok kiri bawah.

Happy reading dan see u di next CHAPTER 😘😘❤❤









Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top