Gosip

Tak ada yang salah di antara kita.
Hanya saja kebersamaan ini sangat asing untuk kita yang terlanjur terluka.

***

Vote

Vote

Vote

Vote

Vote

Vote

Vote

***

Pelajaran pagi telah usai. Itu artinya istirahat pertama dimulai. Aku membereskan mejaku dari lembaran jobsheet yang telah penuh dengan angka-angka. Keysa menungguku untuk pergi ke kantin bersama. Setelah itu kami jalan bersisian.


"Dis, kemarin Aldo ngomongin apa sih sama kamu?" tanya Keysa di tengah perjalanan. Aku berpikir. Kemarin? Oh.. Ya. Aku ingat. Aku sempat memberitahu Keysa bahwa aku diantar Aldo pulang. Hanya sampai di situ, karena aku tidak mengatakan apa saja yang telah kami lalui selama perjalanan hingga ke rumah ku.

"Dia Cuma mau jadi temen aku," jawabku.

"Temen? Aldo mau jadi temen kamu?"

"Iya. Kenapa Key?" tanyaku heran. Menurutku tidak ada yang salah dengan Aldo yang ingin menjadi temanku. Bukankah bagus?

"Ooh.. Gak papa. Aku cuma kaget aja. Kamu kan tau selama ini Aldo jaraang banget keliatan sama cewek. Bahkan gosipnya bilang Aldo gak punya temen cewek. Kalau dia temenan sama kamu ya bagus dong. Itu artinya isu tentang Aldo gay gak bener. Ya gak?" ucap Keysa seolah meminta persetujuanku. Aku mengangguk tanpa mengucapkan apa lagi karena kami sudah tiba di kantin. Seperti biasa, kami duduk di tengah-tengah. Agar gosip harian dapat kami dengar tanpa harus ikut bergabung dengan tim penggosip sekolah ini. Meskipun aku dan Keysa anak akuntansi yang terkenal dengan kekudetan mereka, kami tetap tahu apa saja hot nesw di sekolah kami. Diam-diam aku dan Keysa juga sering menggosip di kelas jika ada kelas kosong. Atau saat jalan-jalan ke mall, kami akan menyempatkan bicara berita terkini sambil menikmati seporsi pizza.

"Bu De, minasnya dua sama teh es dua ya," teriak Keysa kepada Bu De.

"Oke!" jawab Bu De lugas. Ia mengancungkan jempol kanannya sebagai tanda bahwa ia mendengar. Aku mengedarkan pandanganku. Sedangkan Keysa mulai menajamkan indra pendengarannya.

"Eh eh. Kalian pada tau gak?" suara itu terdengar cukup nyaring hingga aku dan Keysa tidak perlu pura-pura meminta saus ke meja itu demi mendapatkan informasi akurat.

"Apa apa? Kasi tau dong."

"Ck! Itu loh gosipnya Aldo yang lagi deketin anak akuntansi."

"Hah?"

"What?!"

"Hooh. Nih ya.. Gue denger dari teman sekelasnya, Aldo tuh suka sama cewek akuntansi. Katanya anak AKL itu jago ngitung, bisa atur keuangan rumah tangga, ditambah cewek-cewek kalkulator itu cantik semua. Salut dah gue. Si Aldo nyari calon bini gak tanggung-tanggung."

"Waah kalo gitu mah kita sebagai anak pemasaran bisa apa? Gue mundur teratur aja deh. Daripada ditolak di tengah jalan. Sakitnya tuh di sini."

Aku tidak lagi mendengar suara-suara keputusan asa mereka. Aku hanya geleng-geleng kepala. Bukannya sok percaya diri, tapi aku yakin sekali bahwa cewek yang dimaksud gerombolan anak pemasaran tadi adalah diriku. Namun ada keraguan saat muncul dugaan bahwa Aldo menyukai anak akuntansi. Aku tidak ingin besar kepala dulu. Walaupun sepengetahuanku Aldo hanya berteman denganku, belum tentu Aldo juga suka padaku. Bisa saja dia menyukai orang lain.

"Ini pesenannya mbak Disy, sama mbak Keysa," suara Bu De menginterupsiku dari lamunan tak berguna itu. Aku menggumamkan terimakasih dan Bu Depun berlalu. Tiba-tiba Keysa menyenggol lenganku.

"Dis. Kamu denger yang tadi kan?" tanya Keysa sedikit berbisik. Aku mengangguk karena mulutku sedang penuh berisi dengan mi dan nasi goreng.

"Aldo suka sama kamu?"

Uhuk uhuk!

Aku terbatuk ketika Keysa mengajukan pertanyaan tanpa melihat kondisiku. Tentu saja aku terkejut. Keysa mudah sekali menarik kesimpulan dari sebuah berita yang masih simpang siur. Keysa mengusap dan menepuk pelan punggungku. Aku menyeruput teh es hingga tandas setengahnya. Setelah tenang, barulah aku menghadap ke Keysa dan memelototinya. Keysa nyengir.

"Maaf deh Dis. Gak diulangi lagi. Im promise," ujar Keysa ketika sadar bahwa aku akan memberi peringatan padanya.

"Jangan mudah percaya sama gosip murahan Key. Bisa aja mereka salah orang. Aldo kan punya kembaran," ucapku tenang lalu mulai memasukkan sesendok nasi ke mulut. Keysa diam sambil mengunyah makanannya. Ia seperti berpikir ketika aku menoleh untuk meminta tanggapannya.

"Iya juga sih. Tapi.. Ah udah deh. Makan aja dulu. Sebentar lagi bel bunyi."

Aku menyoraki Keysa dalam hati. Tingkahnya seperti orang tidak pernah bersalah. Padahal dia yang memulai, dia juga yang memerintahku untuk diam. Aneh sekali.

Kriing...

Bel masuk berbunyi. Untunglah makananku dan Keysa sudah ludes masuk ke dalam perut. Kami membayar ke kasir Bu De dan berjalan menuju kelas. Jam selanjutnya adalah MYOB. Kami tidak boleh telat. Bisa-bisa pak Yuska tidak mengizinkan aku dan Keysa untuk masuk labor komputer.

Di tengah perjalanan, kami bertemu dengan salah satu kembar Pertiwi. Dengan tahi lalat kecil di wajah, tanpa senyum, dan berperawakan tinggi.

"Aldo nyuruh lo ke belakang sekarang," ucap Aldi. Seperti biasa. To the point.

"Aku?" tunjukku pada diri sendiri. Ia mengangguk lalu memandang Keysa intens.

"Lo gak boleh ikut."

Keysa melongo. Aku harus menahan tawaku agar Keysa tidak semakin malu. Sedetik kemudian aku menormalkan kembali ekspresiku dan menatap Aldi.

"Tapi aku harus ke labor. Telat semenit bisa dihukum. Bilang sama Aldo, istirahat kedua aku ke sana," ujarku diikuti senyum meminta maaf. Aldi tidak merespon. Ia berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata perpisahan. Sekilas aku menangkap sudut bibirnya terangkat. Hanya sedikit. Namun cukup jelas untuk mengetahui bahwa Aldi tersenyum tipis. Entah pada siapa, karena ia tidak melirikku maupun Keysa sedikitpun.

"Aneh," gumam Keysa yang masih dapat kudengar. Aku mengedikkan bahu tanpa berniat memperpanjang hal kecil ini. Kulihat jam yang bertengger manis di pergelangan tanganku.

Astaga!

Aku hanya punya sisa waktu dua menit lagi. Kami harus menaiki tangga untuk ke kelas dan mengambil buku. Lalu turun lagi menuju labor komputer. Aku tidak yakin akan sampai ke sana tepat waktu. Tanpa pikir panjang, aku menarik Keysa dan menyuruhnya agar berlari bersamaku. Kami mengerahkan semua energi yang dimiliki usai mengisi perut. Perjalanan yang sangat panjang karena harus turun naik tangga. Berbelok ke kanan dan pintu labor ternyata...

sudah ditutup.

Aku membungkukkan badan seperti orang rukuk. Kami sama-sama mengatur napas yang tersengal. Keringat sudah bercucuran di keningku. Aku terlambat. Kami tidak akan diizinkan masuk meski memberikan alasan yang logis. Aku menatap Keysa dengan pandangan bersalah.

"Maaf ya Key. Kita jadi telat," ucapku.

"Gak. Ini bukan salah kamu. Ini salah Aldi yang nemuin kita pas bel masuk udah bunyi. Padahal bisa aja dia cari kamu ke kantin," ujar Keysa dengan argumennya. Aku mengangguk setuju di tengah-tengah napas yang masih tidak beraturan.

Kembali aku memandang Keysa dengan serius. Keysa balik menatapku. Kami seolah berkomunikasi lewat tatapan itu. Hingga kamipun menyunggingkan senyum geli.

Ya. Sepertinya Aldo masih menungguku di belakang sekolah.

***

Vote

Vote

Vote

Vote

Vote

Vote

Vote

Jan lupa VOTE yaa...

Vote kalian adalah sebuah semangat bagiku untuk tetap MENULIS dan update cerita ini tiap hari..

Semoga tetap suka yaa... 🤗🤗

Selamat bermalam minggu di kamar 😊😘

See u di next CHAPTER ❤❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top