7 | "Masih cantikan Oma juga"
Jeffrey telah melepas jas dan dasinya juga menggulung lengan kemejanya sampai ke siku. Ini sudah sore, rambutnya yang dia sisir begitu rapi sekarang dibiarkan berantakan mengganggu pandangannya. "Kembaliannya ambil aja, mas." Kata Jeffrey kepada mas Go-Food yang datang membawa pesanan Omanya di depan rumah sakit. Sementara kepalanya berpikir kepada Athena. Jeffrey sudah memberi pesan kepada atasannya itu alamat rumah sakit tempat Ibunya dirawat. Ibu Athena udah selesai belum ya? Apa acara pertemuan tawaran kerjasamanya lancar-lancar aja? Ini dia apa nggak kesasar ya? Aduh mana pesawat mau landing tiga jam lagi. Eh iya itu koper gue sama Ibu Athena masih di hotel... astaga Tuhan.
Jeffrey masuk ke dalam koridor rumah sakit dengan plastik putih berisi makanan dan menemukan Omanya tengah berbicara serius dengan seseorang. Omanya berdiri di sana melipat kedua tangan dengan wajah menantang. Dan ketika Jeffrey melihat lawan bicara Omanya, Jeffrey membulatkan matanya. Mampus gue. Jeffrey berlari kecil dan mendekati Omanya. "Oma." panggil Jeffrey mencegah wanita tua itu untuk melanjutkan pembicaraannya kepada Athena yang baru saja datang dengan sekeranjag buah di tangannya.
"Ibu," Jeffrey meletakkan kantong plastik itu di atas kursi dan menyapa atasannya dengan senyuman masam sementaran kedua tangannya memegang kedua bahu Omanya. Athena menatap Jeffrey dengan datar lalu mengangguk.
"Saya cuma mau kasih ini, Jeff." Athena memberikan sekeranjang buah itu kepada Jeffrey tapi sang Oma menghentikannya.
"Saya belum selesai ya bicara sama kamu." Oma mengambil keranjang buah itu dan melanjutkan kata-katanya. "Pokoknya tahun ini saya mau cucuk saya pulang. Nggak kayak tahun kemarin, nggak ada pulang, kasih kabar ke rumah cuma tiga minggu sekali. Kamu mau cucuk saya mati karena kerja rodi di bawah perintah kamu?"
"Oma," Jeffrey menunduk sedikit menyamakan pandangannya dengan Oma. "Dia atasan Jeff, Oma. Jangan kayak gitu, nanti Jeff di keluarin gimana? Masa Jeff jadi pengangguran?"
"Ya memang kenapa kalau dia atasan kamu? Dia harus tahu kalau kamu punya keluarga yang selalu nungguin kamu pulang." Oma membalas lalu matanya kembali menatap Athena dengan remeh, "Yang begini kamu bilang cantik, masih cantikan Oma juga."
Iya Oma iya, Oma paling cantik. Mata Jeff juling makanya sampai salah ngomong kemarin. Batin Jeffrey.
"Saya pastikan Jeffrey bisa mengambil libur panjang bersama keluarganya, bu." Athena membalas kata-kata Oma dengan suara yang tenang. "Kalau perlu dua bulan sekaligus."
Jeffrey menatap Athena dengan wajah bodohnya. Serius dua bulan? Gue mau ngapain dua bulan anjir? Di rumah sambil nimbun lemak? Wah, Ibu Athena mau coba lihat gue gendut kayaknya.
Kemudian seorang Dokter keluar dari salah satu ruangan bersama suster yang mendorong kursi roda Ibu Jeffrey. "Ma," Jeffrey tiba-tiba mengabaikan perdebatan kedua wanita itu dan memilih mendekat kepada Ibunya. Dokter itu mengatakan bahwa keadaan Ibu Jeffrey baik-baik saja. Kejadian sebenarnya adalah, ketika Ibu Jeffrey mencoba untuk menaiki tangga pertama rumahnya, wanita itu terjatuh dimana tulang siku menjadi tumpuan pendaratannya. Sang Oma yang memiliki sifat mudah panik lantas membawa Ibu Jeffrey ke rumah sakit dan menghubungi Jeffrey berkali-kali.
Pada saat mengetahui itu adalah kecelakaan ringan, Jeffrey bisa saja kembali menyusul Athena ke tempat pertemuanㅡkarena menurutnya, masih jam makan siang jadi dia bisa menyusul untuk sesi selanjutnya. Tetapi Omanya terus menahannya dan mengatakan, tunggu sampai Mama kamu keluar. Jadi Jeffrey hanya menggaruk kepalanya frustasi memikirkan keadaan Ibunya dan kelancaran pertemuan atasannya itu dengan calon kerjasama perusahaannya.
"Ibu Natalia baik-baik saja. Saya akan memberikan resep sejenis salep untuk bagian siku yang terluka tadi." Sang Dokter memberikan kertas berisi resep kepada Jeffrey, kemudian suster di sebelahnya berbicara, "Untuk pengambilan obat dan pembayarannya bisa lewat sini."
Jeffrey kemudian menatap ragu kepada kedua wanita di belakangnya. Ini kalau gue tinggal apa nggak apa-apa ya? Sadar Jeffrey berfirasat yang tidak-tidak, sang Ibu menepuk tangannya dan berkata dengan tangannya.
"Nggak apa-apa. Tinggalin aja, nanti Oma kamu biar Mama yang ngurus."
Athena yang memang sedari tadi memerhatikan Ibu Jeffrey, sedikit terkejut dengan bagaimana cara sekretarisnya itu berkomunikasi dengan orangtuanya. Jadi, Ibunya bisu?
Kemudian setelah anak laki-lakinya pergi bersama suster, Ibu Jeffrey mengajak Oma duduk di kursi yang tersedia dan bertanya, "Itu buah-buahan dari siapa?"
Sang Oma menatap Athena dengan lirikan kesal, "Itu yang lagi berdiri di seberang. Bosnya si Jeff."
Ibu Jeffrey menatap kaget kepada Athena dan Athena menganggukan kepalanya sedikit kikuk. Ibu Jeffrey terlihat cantik dengan rambut pendeknya dan ketika wanita itu tersenyum, Athena mengingat mendiang Ibunya sendiri.
"Athena, Tante." Athena mencoba berbicara ramah dan berjongkok di depan wanita itu kemudian mengambil salah satu tangannya untuk disalimi. Ibu Jeffrey terlihat bingung bagaimana membalas perkataannya dan ketika wanita itu meminta ponsel kepada Oma ingin mengetik sesuatu kepada Athena, Athena kembali bersuara. "Saya ngerti kok, Tante. Dulu saya sempat ngajar di Sekolah Luar Biasa juga."
Oma dan Ibu Jeffrey terlihat terkejut dan saling berpandangan sebentar. "Kamu serius ngerti cara komunikasi kayak gini?" tanya Ibu Jeffrey sekali lagi.
Athena tersenyum dan sebagai bukti wanita itu membalas dengan gerakan tangannya, "Saya ngerti, Tante."
Sang Oma berdecih dan membuang pandangannya ke arah lain. Athena lalu melanjutkan pembicaraanya, "Jeff punya keluarga yang sayang banget sama dia. Maaf saya nggak sempat kasih Jeff libur untuk pulang tahun kemarin."
Ibu Jeffrey menggeleng dengan senyuman hangatnya, "Omanya memang galak, tapi kalau sudah dekat aslinya penyayang dan cerewet. Soal itu, saya bisa ngerti kok, Athena. Bekerja di perusahaan internasional seperti itu sudah pasti menyita waktu."
Athena mengangguk dan terus memerhatikan pergerakan tangan wanita itu, "Saya senang waktu Jeff ke sini dengan keadaan yang lebih baik. Pipinya aja makin gemesin gitu. Saya berterima kasih sama kamu sudah mau mempekerjakan anak saya di perusahaan kamu. Saya tahu perusahaan kamu itu cukup susah menerima karyawan baru."
Athena tertawa kecil dan membalas, "Susah karena kami mencari orang yang benar-benar bisa dipercaya dan pekerja keras. Dan Jeff menunjukkan itu semua sama saya. Jadi sudah jelas, saya yang harusnya berterima kasih, Tante."
"Saya mengagumi setiap pekerjaan Jeff, dia kelihatan ceroboh di depan tapi sebenarnya dia orang yang penuh perhitungan. Yahㅡbiarpun terkadang ujung-ujungnya ceroboh juga, sih." Athena menyelesaikan pembicaraan mereka dengan suaranya dan Ibu Jeffrey tertawa.
"Sudah lama saya pingin ketemu kamu, Athena." Ternyata Ibu Jeffrey belum terlihat ingin mengakhiri percakapakannya dengan Athena. "Kemarin saya sempat ngomong sama Jeff, minta kalau sempat bawa kamu ke rumah karena saya pingin lihat atasan anak saya. Dan ternyata, di tempat kayak gini kita bisa ketemu."
"Jeff juga ada bilang itu tadi pagi, Tante." Athena tiba-tiba tanpa sadar mengusap punggung tangan wanita itu dengan lembut. Dan dia tidak menyadari Jeffrey tengah berjalan ke arahnya dengan senyuman yang merekah. "Tapi saya pikir saya tidak punya waktu yang banyak, jadi saya menolaknya. Maaf soal itu."
Ibu Jeffrey menggeleng dan menepuk punggung tangan wanita itu ringan. "Ma," Jeffrey sudah berdiri di belakang Athena dan menunjukkan sebuah plastik berisi obat. "Jeff pesenin taksi ya? Nanti Jeff jelasin gimana makai salepnya di rumah."
Athena berdiri dan menatap Jeffrey, "Saya akan kembali ke hotel kalau begitu. Nanti koper biar saya yang bawa dan kamu menyusul sayㅡ"
"Ibu ikut saya ke rumah." Jeffrey memotong. Dia tahu ketika Athena menatapnya terkejut maka dia akan mendapatkan masalah karena berani menyela omongan atasannya. "Saya nggak mungkin menyuruh wanita bahkan itu atasan saya sendiri, membawa koper saya ke bandara."
Athena memiringkan kepalanya dan tersenyum miring. "Kamu pikir saya langsung mengatakan ya setelah kamu berani memotong perkataan saya?"
"Saya tetap harus kembali ke hotel, Jeff. Penerbangan tiga jam lagi, dan ini masuk jam pulang kerja, pasti macet."
Menyadari itu, Ibu Jeff bersuara kepada anaknya, "Langsung ke bandara aja, Jeff. Nanti ke hotel dulu ambil koper baru ke bandara. Sekalian Mama sama Oma mau anterin kalian ke bandara. Jelasin cara pakai salepnya lewat pesan juga bisa."
Jeffrey menghela napasnya dan menggangguk. Pada saat itu Omanya berdiri terlebih dahulu dan mendorong kursi roda Ibunya untuk segera keluar. Meninggalkan Jeffrey dan Athena yang menatap sang Oma dengan heran.
"Akhir tahun ini, Desember sampai Januari saya akan kasih kamu libur." Athena berkata tanpa menatap sekretarisnya dan Jeffrey memandangnya tidak terima.
"Seminggu aja saya bisa mati bosan, bu."
"Dua bulan waktu yang nggak lama kalau kamu nikmatin liburannya sama keluarga dan teman-teman kamu di sini, Jeff." Athena melirik Jeffrey. "Hitung-hitung kamu sudah bilang saya cantik di depan Oma kamu. Jadi saya pikir, kasih jatah libur dua bulan nggak masalah."
"Saya serius ketika saya ngomong itu sama Oma saya." Jeffrey sedikit merendahkan suaranya. Meski dia tidak suka dengan respon meremehkan dari Athena, tapi dia tetap mengikuti langkah atasannya itu berdampingan.
Dan Athena kembali mendengus namun tersenyum. "Iya, Jeff. Terima kasih. Kamu juga ganteng, kok." Athena menepuk bahu sekretarisnya menganggap itu adalah pujian semata yang keluar dari mulut laki-laki itu.
Terserah dah, Jeffrey menghela napas samar dari hidungnya dan Athena meliriknya secara diam-diam kemudian tertawa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top