31 | Itadakimasu

"Mas Ganteng, boleh nanya?" Jeffrey baru saja menerima hasil laporan dengan salah satu karyawan di bagian media officer untuk rencana pemasaran dengan Kirnawan yang akan segera dilakukan bulan depan. Dan Miko datang, bertanya dengan tangan di mapnya. Jeffrey ingin menghindar sebenarnya. Apalagi setelah kejadian kemarin yang membuatnya malu setengah mati. Dia bahkan harus tetap terlihat cool hari ini di depan semua karyawan bahkan kepada Athena.

Tapi sepertinya wajah Miko terlihat sangat serius sekarangㅡsuaranya juga tidak dibuat seperti waria. Jadi Jeffrey berjalan bersamanya dan mengangguk menunggu laki-laki itu mengutarakan pertanyaan.

"Bapak Doni di sini mengambil bagian apa, ya? Soalnya saya cuma tahu dia karyawan. Tapi nggak tahu dia mengambil di bagian apa. Dia juga sering nggak ada di mejanya."

Jeffrey diam sebentar. Berpikir apakah dia harus memberitahu bahwa Doni juga seorang supervisor dadakan kepada Miko. Tiga detik kemudian dia memutuskan untuk tidak memberitahunya.

"Dia masuk divisi sama kayak kamu. Pemasaran." Miko terlihat mengerutkan dahinya, Jeffrey melanjutkan, "Kalau Fanya Riani adalah kepala dari marketing officer-nya, Doni WP Pemasarannya(1)."

"Eh? Turun ke lapangan langsung juga?"

Jeffrey mengangguk, "Tapi Doni turun ke lapangan bukan buat jualan. Dia ke lapangan ketemu sama cabang-cabang kitaㅡtoko lebih pasnya. Kasih strategi pemasaran yang cocok buat konsumen. Makanya dia jarang ada di kantor." Tapi sekalinya muncul di kantor kalau nggak adu mulut sama Ema, ngerumpi sama Wandi. Atau nggak, pasti ngeledekin gue.

"Kalau sales ya seperti biasa datang ke rumah-rumah. Kebanyakan yang jadi sales divisi marketing yang kerja di lapangan juga, nggak jarang anak-anak baru di marketing communication(2) diikut sertakan. Untuk anak-anak baru ini, waktunya seminggu aja," lanjut Jeffrey. "Tujuannya selain biar Caridad lebih akrab sama telinga masyarakat, mereka bisa menetukan gimana cara berkomunikasi dengan berbagai macam konsumen, dan juga bisa tahu cokelat yang seperti apa yang diinginkan konsumen. Lalu dibuat laporan kemudian diserahkan sama Doni. Kayak tahun kemarin, sales banyak kasih laporan ke Doni tentang konsumen kisaran usia enam puluhan, soal mereka yang sebenarnya masih mau ngerasain cokelat tapi karena kepikiran, cokelat rasanya kemanisan, takut diabetes atau gigi udah nggak kuat ngunyah cokelat."

"Jadi Doni nyerahin laporan itu ke Fanya. Fanya buat meeting untuk board member marketing, setelah ada keputusan, baru sampai ke saya. Nah, saya kasih ke Ibu Athena."

Miko menyela, "Setelah itu sistahㅡmaksudnya Ibu Athena langsung setuju?"

Jeffrey menggeleng, "Ibu Athena biasanya minta saya buat meeting lagi dengan semua kepala divisi untuk mendengarkan bagaimana pendapat dan saran dari kepala divisi yang lainㅡini untuk Indonesia loh ya. Kalau internasional, hampir sama. Yang beda itu tahap awalnya(3). Biasanya Fanya ngurus sama Wandi dan yang banyak mengambil alih Caridad di sana, Tevan Benjamin. Ibu Athena menerima hasil akhir dan buat keputusan."

Miko mengangguk dua kali, lalu tiba-tiba ingat cokelat Caridad tahun lalu sangat meledak di pasaran untuk konsumen di atas usia enam puluhan. "Tahun kemarin itu kalau nggak salah produk Caridad yang keluar, cokelat low fat bukan? Dikemas dalam bentuk bubuk?"

"Iya. Tahun kemarin target pemasaran Caridad itu, untuk konsumen di atas usia enam puluhan. Makanya cokelatnya dikemas dalam bentuk bubuk. Ekspetasinya Ibu Athena waktu itu hanya 25% aja. Eh nggak tahunya, benar-benar meledak sampai ke orang-orang usia dua puluhan juga."

"Kalau tahun ini?" Miko bertanya lagi dan Jeffrey melihat bahwa Miko benar-benar sangat antusias dengan pekerjaan barunya, Jeffrey tersenyum samar.

"Tahun ini pemasarannya untuk dalam negeri sama internasional, lebih ke anak-anak, sih. Kirnawanㅡperusahaan biskuit itu, pas untuk pemasaran tahun ini. Makanya Caridad langsung deal ketika Kirnawan membuat kerjasama. Tapi ya agak susah sih, soalnya pemasarannya dua sekaligus. Wandi sama Doni juga pasti lagi kalap sekarang ngurusya." Tiba-tiba Jeffrey tertawa ketika membayangkan wajah kedua temannya dengan mata berkantung dan wajah stresnya.

Terutama Doni, laki-laki itu baru saja diminta Athena untuk tidak lagi mengurus marketing dengan Kirnawan, tapi karena Fanya sangat membutuhkannya, Athena memintanya untuk kembali bergabung. Membuat Doni mengomel di grup chat-nya bersama Wandi. Sumpah ya, cewek sama kelabilannya tuh, kenapa sih? Bisa nggak dua itu dipisah aja? Kesel gue, kata Doni kemarin di grup chat.

"Tapi mas Ganteng juga pasti lebih capek dari yang lain." Miko melihat hari ini Jeffrey menggunakan kacamata berusaha menutupi mata bagian bawahnya yang sedikit hitam, bibir laki-laki itu bahkan terlihat pecah-pecah. "Mas Ganteng pasti lebih pusing ngurus laporan ini laporan itu, nerima hasil meeting dari banyak divisi, lapor lagi ke Ibu Athena, belum lagi ngurusin jadwalnya, belum terima undangan dari media atau yang lainnya. Aduh saya kalau jadi mas Ganteng sudah mau teriak aja saking pusingnya."

Jeffrey tersenyumㅡlebih kepada senyuman miris. Sebenarnya selain itu, urusan di luar kantor juga menguras pikiran dan tenaganya. Oma dan Ibunya yang datang harus membuatnya sedikit mengurangi jam tidur. Dia juga belum memutuskan hadiah apa yang akan dia berikan kepada Ibunya. Belum lagi urusan hati yang masih digantung. Duh...

Kalau dipikir-pikir lagi, Jeffrey sangat yakin yang paling lelah dengan semuanya adalah Athena. Jeffrey ingat wanita itu bahkan menggunakan koyo di belakang lehernya. Walau wajahnya terlihat segar, Jeffrey kadang  tidak sengaja melihat mata atasannya itu menahan kantuk ketika sedang mengetik atau membaca dokumen.

Yah, intinya semuanya sama-sama berusaha untuk tahun ini. Sama-sama capek, lah. Harapan Jeffrey semoga semua kerja keras merekaㅡtermasuk Jeffrey, bisa terbayar dengan hasil pemasaran yang melewati target.

*

"Nggak makan, Jeff?" Wandi bertanya kepada Jeffrey yang masih mengetik di laptopnya pada saat jam makan siang. "Lo sampai bawa laptop ke kantin, anjir. Udah kayak mahasiswa aja."

Jeffrey tersenyum, lalu matanya mencari Athena yang ada di kantin kantor juga. Wanita itu terlihat berbicara dengan Fanya. Jeffrey yakin sebenarnya Athena sangat ingin keluar dan membeli jajanan di kios kecil lagi. Tapi saat ini cuaca sangat buruk. Ramalan cuaca di televisi juga mengatakan, hujan lebat akan berlangsung sampai nanti malam. "Heh, denger nggak?" Wandi menyenggol sepatu Jeffrey dengan sepatunya lalu menoleh ke belakang dan menghela napas ketika dia tahu kemana arah penglihatan sekretaris itu. "Bucinnya kira-kira. Lo nggak ada makan, nggak ada tenaga buat ngebucinin Hokage."

"Selesain aja makan lo." Tadi pagi, Jeffrey tidak sengaja melihat koyo di leher wanita itu semakin banyak, jadi dia pikir yang bisa dia lakukan adalah menekan sebanyak mungkin jadwal Athena yang tidak terlalu penting agar wanita itu bisa mengambil waktu istirahatnya yang cukup. Tapi Jeffrey lupa dengan dirinya sendiri, bahkan kepalanya saja sebenarnya masih sedikit terasa sakit.

Masa bodoh dulu lah untuk kepalanya. Yang penting dia ingin koyo-koyo itu hilang dari pandangannya. Kalau boleh jujur, Jeffrey sama sekali risih dengan itu. Semoga besok udah nggak pakai begitu lagi, batin Jeffrey.

"Ada kemajuan sama Hokage?" Mata Jeffrey kembali ke Wandi, dan laki-laki bermata sipit itu terlihat sangat penasaran dengan hubungannya bersama Athena. Jeffrey tersenyum lagi. "Masih gitu aja, sih."

Bohong. Sejak kejadian di depan lift itu, Jeffrey tahu Athena sudah memberikan lampu hijauㅡlima lampu hijau kalau versi lebay Jeffrey. Dia berpikir karena sudah ditahap ini, berarti Athena sudah tidak lagi menganggap dirinya hanya sebatas sekretaris. Jadi mulai dari sini, Jeffrey akan merahasiakannya dari teman-temannya. Biarin aja kalau mereka masih ngira gue yang ngebucin Athena terus.

"Mundur ajalah, Jeff. Masih banyak yang ngantre. Itu ada Laras dari HRM(4) kemaren minta dideketin sama lo. Terus itu Tina dari manajemen keuangan juga. Atau kalau lo mau yang sedikit anti-mainstream, sama Miko sana." Wandi melihat Miko mengambil meja bersama Ema dan Doni di dekat pintu masuk. Miko terlihat memerhatikan punggung Jeffrey yang sedikit membungkuk karena mengetik. Membuat bulu kuduk Wandi sedikit merinding.

"Ya gimana ya, Wan. Gue nyantolnya sama bos sendiri, mau disaranin sama yang lain juga nggak bisa." Jeffrey masih tersenyum. Tumben nggak nyolot. Biasanya Jeffrey akan membalas dengan nada ketus atau wajah marahnya. Tapi hari ini laki-laki itu banyak diam, dan sangat apa ya... tenang?

"Seriusan lo nggak apa-apa? Kata Doni kemarin kepala lo kebentur lantai. Nggak mungkin kan, lo jadi berubah sifat gini gara-gara jatuh doang?"

"Jangan lebay." Jeffrey memutar kedua matanya. Lalu ketika dia melihat ke arah meja Doni, Jeffrey meringis karena Miko tersenyum kepadanyaㅡtersenyum seolah menujukkan rasa tertarik yang sebenarnya. Tuhan, padahal tadi pagi gue baru aja bisa ngobrol santai sama dia, kenapa kelukannya kayak gitu lagi.

Wandi kembali menikmati makanannya, sementara Jeffey harus membuka ponselnya ketika menerima satu pesan. Dan dia menahan diri untuk tidak tersenyum ketika nama Athena ada di sana.

ABC :
Ngerjain apa sampai bawa laptop ke kantin?

Jeffrey melirik ke arah Athena dan menemukan wanita itu tidak melihatnya sama sekali. Athena mendengarkan Fanya bercerita, tetapi matanya bergantian melihat Fanya dan ponselnya dengan wajah datar.

Jaim banget sih, batin Jeffrey.

Jeff :
Ngerjain tugas negara. Mau liat? Ayo ke sini.

ABC :
Lagi dengerin Fanya bicarain Donald Trump. Kamu nggak makan?

Duh Tuhan, pertanyaan begini aja kenapa jantung gue kayak mau keluar, sih. Telinga Jeffrey sangat merah sekarang. Untungnya Wandi tidak memerhatikannya karena laki-laki itu juga sibuk dengan ponselnya sendiri.

Jeff :
Nanti. Kamu sendiri?

ABC :
Sudah kenyang makan topik Donald Trump. Ini dessertnya bahas Jepang yang ganti era sama kaisar.

Jeffrey tertawa kecil dan Wandi meliriknya sebentar.

Jeff :
Minumnya apa?

ABC :
Orang-orang usil yang ngerusak jalan untuk tunanetra di Malioboro.

Jeff :
Aku ke meja kamu, ya?

ABC :
Untuk?

Jeff :
Biar kamu bisa makan beneran. Bukan makan omongan Fanya.

ABC :
Coba kamu liat ke belakang.

Jeffrey mengangkat pandangannya. Athena masih menatap Fanya, lalu Jeffrey menoleh ke belakang dan menemukan pelayan dari kantin mendekati mejanya bersama Wandi. "Nasi goreng cuminya atas nama Jeffrey?"

Wandi mengerut, Jeffrey mengangguk dengan wajah bodohnya. "Minumnya lagi dibuat ya, mas. Tunggu sebentar."

"M-makasih, mbak." Jeffrey berkata dengan terbata-bata karena tidak menyangka Athena akan melakukan hal yangㅡmungkin seharusnya Jeffrey yang melakukannya. "Perasaan lo datang ke kantin langsung duduk di sini. Nggak ada mesen dulu, deh. Kok bisa sih?" tanya Wandi, membuat Jeffrey keluar dari pikirannya sendiri.

"Nggak tahu. Dia peduli sama gue kali." Di kalimat terakhirnya, Jeffrey tersenyum karena itu untuk wanita yang masih mendengarkan Fanya bercerita dengan wajah datarnya di sana. Jeffrey lalu melihat chat dari wanita itu lagi.

ABC :
Itadakimasu dulu, Jeff.

Jeffrey tiba-tiba langsung mengikuti kalimat Athena secara spontan dengan sangat nyaring, "Itadakimasu, Wan." Wandi terbatuk dengan minumnya hingga mata laki-laki itu memerah. Dan Athena di sana menahan diri untuk tidak tertawa.

"Kampret. Gue lagi minum anjir."

"Sorry." Jeffrey menunjukkan senyuman unjuk giginya kepada Wandi. Tidak lupa dengan tanda peace di jarinya.

Ketika Fanya selesai bercerita karena sibuk melihat kuteksnya, Athena melihat pesan yang masuk kembali dari Jeffrey.

Jeff :
Liat ke sini coba.

Jadi Athena melihat Jeffrey dan laki-laki itu tersenyum hingga lesung pipinya sangat jelas terlihat. Makasih, kata Jeffrey tanpa bersuara. Athena menutup kedua matanya sebagai balasan, ya.

Di antara keramaian orang, Jeffrey merasa dunia hanya miliknya dan Athena sekarang.

*

(1) WP (wakil presiden) Pemasaran : bertanggung jawab untuk memasarkan produk yang telah diciptakan oleh tim. Tugas utamanya adalah, merancang strategi penjualan bersama COM untuk menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

(2) Marketing Communication : memberikan informasi kepada konsumen mengenai produk yang dijual dengan harapan meningkatnya penjualan dan konsumen itu sendiri.

(3) Pemasaran internasional lebih mengembangkan budaya organisasi dengan tradisional maupun budaya perekonomian pasar yang kompetitif dan adanya sistem manajemen pararelㅡyaitu sistem administrasi dan struktur kepemimpinan internal yang melibatkan orang-orang di lingkungan Partai Komunis yang disebut sistem dua kendali.

(4) HRM / Human Resource Management : bagian yang mengatasi masalah mengenai kepegawaian, recruitment dan pelatihan dan pembagian kerja pada pegawai.

A/n : Iya, ABC itu nama kontak Athena di tempat Jeff. XD

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top