29 | Hantu

"Tolong panggil aku Athena saja, kita seumuran ternyata." Athena tersenyum kepada Tirina yang mengambil duduk di depannya. Wawancara hari ini menurut Tirina sangat menakjubkan. Tirina telah memberikan beberapa pertanyaan mengenai asal mula berdirinya Caridad Corp, hingga kepada motivasi perusahaannya itu sendiri. Athena menjawabnya dengan profesional hingga Tirina selalu tersenyum ketika melihat wanita itu menjawabnya.

"Aku tidak percaya akan melihat kamu secara langsung dan melakukan wawancara secara bersamaan. Kamu benar-benar luar biasa." Tirina menatap Athena yang menggunakan pakaian satin berwarna hijau tua dengan celana kain yang terlihat elegan bersama sepatu haknya. Athena tersenyum mengambil cangkirnya sendiri.

"Aku sedikit terkejut Jakarta News memasukkan wajah aku di televisi. Di luar ekspetasiku."

"Oh, kamu pantas mendapatkannya. Semua orang harus tahu kamu sangat hebat." Pada saat itu kepala chef dari Nero masuk ke dalam ruangan dan meletakkan kudapan cokelat bersama dengan secangkir kopinya.

"Chocolate Ukhve?" Tirina membulatkan matanya ketika dia baru saja merasakan potongan cokelat sedikit pahit bercampur rasa kayu manis di dalamnya. Athena mengangguk. "Kakaonya kita impor dari Brazil langsung," kata Athena kepadanya.

"Aku memesan ini ketika Nero resmi dibuka untuk umum. Cokelat ini sangat cocok menurut aku jika dipasangkan dengan kopi."

Athena tidak membalas dengan relevan ketika kepala chef telah keluar dari ruangan, "Aku sangat penasaran, kenapa kamu begitu antusias dengan Caridad.Corp dua tahun terakhir ini?"

Athena menemukan netra berwarna karamel milik Tirina bergerak cepat. "Maaf?"

"Dua tahun terakhir, aku melihat nama kamu yang selalu menulis artikel tentang Caridad. Anehnya itu dimulai ketika Jeffreyㅡsekretaris perusahaan ini, berada di sini juga." Athena berbicara begitu santai seperti membicarakan warna cat kuku apa yang bagus untuknya. "Aku tidak masuk ke dalam cerita cinta kalian, bukan? Aku tidak mau jadi tokoh ketiga di cerita kalian." Tentu saja Athena hanya bercanda. Tidak ada kisah percintaan yang akan dia bahas bersama dengan wanita itu. Athena hanya mecoba terlihat bodoh dan memastikan wanita di depannya berkata jujur mengenai itu.

Ketika Jeffrey mengatakan bahwa Tirina ingin berbicara dengannya di luar jam wawancara, Athena tersenyum dan menyetujuinya karena alasan ini. Dia pada akhirnya memiliki waktu berdua untuk membicarakannya. Ema mungkin baru menyadari keanehan Tirina yang selalu menulis artikel tentang Caridad, tapi Athena jauh lebih dulu menyadarinya.

"Maaf, tapi kenapa tiba-tiba?"

"Kenapa tiba-tiba?" Athena mengulang. "Apa kita akan terus berbalas dengan pertanyaan lain, Tirina?" Athena terkekeh dengan gelengan kepalanya. "Aku hanya penasaran. Karena nama kamu yang selalu menjadi penulis artikel tentang kami. Apakah kamu memang dikhususkan dari perusahaan untuk menulis tentang kami saja?"

"Aku tidak bisa diam ketika melihat semut menganggu cokelat-cokelatku. Dan apa yang aku lihat kepada kamu, seperti ini. Maafkan aku sebelumnya jika aku menggunakan perumpaan seperti itu." Athena lalu meletakkan cangkirnya di atas meja, dan melanjutkan, "Kamu selalu menulis artikel mengenai Jeffrey tanpa menggunakan namanya, sekretaris baru Caridad, selalu kamu gunakan kalimat itu. Aku bersyukur orang-orang menganggapnya biasa saja. Tapi apa yang aku lihat ini jelas tidak wajar. Ini seperti kamu ingin mengatakan bahwa sekretaris Caridad yang sekarang tidak bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dua tahun menurut kamu apakah waktu yang singkat untuk masih menyebut Jeffrey dengan panggilan itu?"

"..."

Athena tidak berhenti sampai di sana, "Lalu kamu juga menulis artikel jas miliknya. Seingat aku, Jakarta News telah membuat janji dengan Co Media Caridad  untuk mengambil artikel yang terfokus kepada aku dua minggu sebelum Grand Opening diadakan. Bukan kepada kecelakaan yang ada pada tamu sampai kepada Jeffrey. Sekretaris baru ini bisa membeli setelan yang lebih fantastis dari atasannya sendiri. Tirina, orang-orang akan berpikir dengan kalimat yang kamu tulis adalah, berapa gaji bekerja di perusahaan Caridad hingga sekretarisnya bisa membeli setelan itu? Tapi aku sangat tahu, bukan itu maksud kamu. Kamu ingin membuat Jeffrey di mata orang-orang kelas atas memandangnya buruk. Lebih mementingkan penampilan daripada kinerjaㅡbegitu kasarnya. Apa aku benar, Tirina? Kalau tidak tolong jelaskan. Karena aku sejujurnya merasa khawatir ini akan menganggu Caridad Corp."

"Bagaimana kamu tahu mengenai ini?"

Athena sedikit mengerutkan dahi karena Tirina kembali memberikan pertanyaan setelah dia berkata panjang lebar.

"Beberapa karyawan di sini kewalahan menangani wartawan yang datang beberapa hari lalu setelah kamu membuat berita itu. Sepupu akuㅡEma, juga sampai bertanya-tanya mengenai berita itu. Jadi alasan apa lagi yang harus aku katakan ketika aku melihat hal seperti ini selain menebaknya?" Dan mencari buktinya.

"Aku sama sekali tidak bermaksud untuk menjelekan nama Caridad Corp." Athena mengangguk dengan tenang menatap Tirina yang sangat cantik dengan kulit cokelat dan mata karamelnya. "Aku sedikit mempunyai masalah dengan keluarganya dimana dia sendiri tidak tahu."

"Masalah itu sudah lama terjadi?" tanya Athena dan Tirina mengangguk. Athena menghela napas samar dari hidungnya ketika wanita itu mulai mengatakan hal yang sebenarnya kepadanya.

"Tapi kamu tahu, Jeffrey bekerja di sini sekarang. Kamu menganggunya, maka itu berpengaruh kepada Caridad Corp, lalu aku akan turun tangan ketika itu terjadiㅡseperti sekarang, aku berbicara kepada kamu."

"Aku tidak berpikir sampai ke sana. Maafkan aku."

Athena menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa. Tolong tarik kembali artikel mengenai jas itu dan aku sangat berharap kamu bisa menggunakan namanya di setiap artikel yang kamu tulis. Bukan nama panggilan yang kamu buat sendiri."

Tirina tidak menjawab karena dia merasa keberatan. Athena menyadarinya, lalu pada akhirnya menggunakan ultimatum.

"Kamu tahu kenapa Antonio HunaidinㅡAyah kamu ada di sel penjara sekarang, Tirina?" Athena menyilangkan satu kakinya ke atas dan menyandarkan pungunggunya di sofa. Membiarkan Tirina menatapnya tidak percaya karena dia tahu mengenai itu.

"Brazil masuk dalam pasar gelap penjualan organ-organ penting manusia. Enam belas juta dolar lebih bisa didapatkan setiap bulannya. Dua puluh empat juta dolar untuk sang penjual. Aku sempat bertanya kepada Jeffrey apa alasan Johanes GiandraㅡAyahnya, meninggal dunia. Katanya, komplikasi hati. Dan kamu tahu siapa Dokternya? Ayah kamu."

Athena melirik wajah Tirina yang sangat pucat sekarang. Lalu Athena berpura-pura sangat panik, "Jangan takut, aku tidak mengatakan ini kepada siapapun."

Lalu dia melanjutkan, "Passport dan tranksaksi Ayah kamu di sana menggunakan identitas asli, sangat mudah menemukannya. Menurut kamu siapa yang menemukannya? Siapa juga yang memasukannya ke dalam sel?"

Pada saat itu Wandi masuk membawa buah tangan dan meletakannya di atas meja. Tirina melihat Wandi yang tersenyum ramah kepadanya, tapi dia tahu laki-laki itu yang dimaksud Athena.

"Proyek Caridad di Brazil sudah lama aku rencanakan ketika Wandi masih menjadi sekretaris aku. Kami bahkan sudah terjun ke lapangan dan melihat suasananya langsung. Sayangnya proyek itu baru bisa berjalan sekarang dengan sekretaris baru. Tapi di sisi lain aku bisa mengambil hal postifinya. Aku menangkap pembunuh Johanes Giandra seperti polisi sungguhan."

"Bukan keluarga Jeffrey yang melaporkannya?" Tirina bertanya dengan suara gugup karena selama ini dia pikir keluarga laki-laki itulah yang membuat Ayahnya ada di sana sekarang.

Athena menggeleng dengan mulut yang sedikit mengerucut. "Keluarga Jeffrey dan Jeffrey sendiri tidak ada yang tahu mengenai ini. Kamu salah paham. Aku sendiri yang membawa Ayah kamu ke dalam sel."

"..."

"Kalau kamu masih mengganggunya dengan alasan keluarga Jeffrey yang membawa Ayah kamu ke sana, maka aku bisa membuka pers dadakan mengenai ini. Aku sangat yakin kamu mencintai karir kamu sebagai jurnalis. Dan aku juga tidak suka berurusan dengan polisi. Jadi mari buat kesepakatan di sini, Tirina."

"..."

"Bagaimana?"

"Aku akan lebih berhati-hati menulis tentang Caridad, menarik berita mengenai jas itu, dan memastikan Jeffrey tidak akan mendapatkan panggilan sekretaris baru Caridad lagi."

Athena tersenyum. "Silakan diminum kopinya."

*

Athena berjalan dengan sendal jepitnya ketika berjalan keluar kantor. Sepatu hak tingginya dia bawa dengan plastik hitamㅡhasil pemberian OB ketika dia memintanya di dapur karyawan. Pagi tadi Athena diantar oleh Andrea, jadi dia tidak membawa mobilnya hari ini. Athena baru saja akan memanggil Grab tapi tiba-tiba plastiknya diambil oleh Jeffrey yang juga menggunakan sendal jepit.

"Aku antar kamu pulang, ya?" Jeffrey menahan tangan Athena dan membuat beberapa karyawan yang ada di lobi melihat mereka sekarang.

"Aku ada urusan lagi habis ini, jadi aku bisaㅡ"

"Ada urusan lagi, tapi pakai sendal jepit dan sepatu hak kamu dibungkus di plastik?" Athena semakin mengerutkan dahinya karena Jeffrey berbicara non-formal di depan semua orang. Athena tahu ini sudah di luar jam kerja tapi kantor bukan tempat yang tepat untuk mereka berbicara aku-kamu.

Jadi pada akhirnya Athena mengangguk dan mengambil jalan bersama Jeffrey menuju mobil laki-laki itu. "Jeff, itu sepatu akuㅡ"

"Nggak apa-apa aku bawa." Jeffrey menyamakan langkahnya dengan Athena. Sementara kedua tangannya memegang tas kantornya sendiri dan plastik hitam milik wanita itu.

"Mengenai potongan gaji kamu," Jeffrey memperlambat langkahnya ketika Athena kembali berbicara. "Aku pikir aku nggak seharusnya melakukan itu."

Jeffrey tersenyum berpura-pura bahwa dia tidak masalah dengan potongan gajinya, "Nggak apa-apa. Mulut aku suka lepas kontrol. Nggak pantas aku ngomongㅡmaaf pakaian dalam kamu di depan banyak orang padahal kamu pertama kali muncul di depan publik."

"Nanti aku bilang sama Uki untuk menambahkan bonus buat kamuㅡjangan menolak." Athena menghentikan Jeffrey ketika laki-laki itu akan menyelanya. "Sekalian aku mau minta maaf."

"Soal?"

"Ya, yang tadi."

"Apa? Ciuman dadakan?" Jeffrey tertawa ketika Athena mendorongnya, tapi Jeffrey kembali mendekat. "Maksud aku gaji kamu," sanggah Athena.

"Kalau yang itu nggak apa-apa. Yang apa-apa itu ini." Jeffrey menunjuk ujung bibirnya sendiri. "Susah tahu bersihinnya tadi. Aku sampai diterka karyawan habis makan bubuk minuman cokelat di dapur. Untung tadi sepupu kamuㅡEma, kasih aku micellar water. Hilang, deh."

"Padahal maunya kamu nggak usah dihapus, kan?" Athena bertanya dan Jeffrey tertawa.

"Tahu dia."

Athena memutar kedua matanya. "Laki-laki memang."

"Kamu tadi mau ada urusan ke mana? Nanti biar aku antar."

"Oh, itu cuma bohong. Aku tadi cuma sok jual mahal aja biar kamu paksa. Jaim sedikit."

"Wanita memang." Sekarang Jeffrey membalikan kalimat Athena dan keduanya tertawa. Lalu Jeffrey kembali bertanya ketika dia menemukan mobilnya, "Mau makan dulu? Atau langsung pulang?"

"Langsung pulang aja. Feeling aku nggak enak." Athena tersenyum masam. Dia tidak berbohong di kalimat terakhirnya dan Jeffrey berpikir yang dimaksud wanita itu adalah penghuni lain tempat parkiran ini.

"Jangan ngomong aneh-aneh kamu. Udah malem ini."

"Apa sih?" Athena mengerutkan dahi. "Aku nggak bahas hantu juga."

"Ya jangan disebut frontal juga namanya," Jeffrey menggertakkan giginya sendiri menahan diri untuk tidak mencubit pipi Athena sekarang. Lalu dia membuka pintu mobilnya.

"Hantu." Athena mengulang dan Jeffrey kembali berbalik dengan mata melotot.

"Kok batu?"

"Hantu. Hantu. Hantu."

"Athena," Jeffrey menoleh untuk kedua kalinya kepada Athena yang tersenyum hingga menunjukkan deretan rapi giginya. "Sekali lagi kamu bilang itu akuㅡ"

"Hantu. Hantu."

"Athena."

"Iya Jeffrey?" Jeffrey menahan senyum dan membuang muka ketika Athena membalasnya dengan menyebut namanya.

"Telinga kamu, Jeff." Athena tertawa menatap telinga laki-laki itu dan Jeffrey menutupnya. "Jangan diliat. Malu tahu."

"Aku foto, ya."

"Jangan." Jeffrey menutup kamera ponsel Athena yang mengarah kepada sisi samping wajahnya. "Aib ini. Jangan difoto."

"Yaudah, sini sepatu aku."

"Masuk aja dulu nanti akuㅡ" Jeffrey tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena security memanggilnya dan berlari kecil ke arahnya. "Kenapa, pak?" tanya Jeffrey ketika security itu tiba di depannya.

"Ada keluarga Bapak datang, nyariin Bapak. Dia teriak-teriak di meja resepsionis manggil Bapak sekarang."

Keluarga? Siapa? Jeffrey mengerut. Kemudian matanya membulat sempurna menatap Athena dan wanita di depannya memasang wajah tidak mengerti. "Hari ini, Oma sama Mama datang."

Sekarang Athena juga membulatkan matanya, "Kamu bilang kan, mereka datang awal bulan ini."

"Jeffrey." Jeffrey dan dan dua orang lainnya menoleh ketika menemukan Oma memangilnya dengan napas menggebu-gebu. Sementara salah satu security yang lain terlihat mencoba untuk menenangkan Omanya.

"Jeff," Athena memastikan hanya Jeffrey yang bisa mendengarnya. "Sekarang aku ngerti, maksud feeling nggak enak aku tadi apa."

Jeffrey mengangguk. "Iya, aku juga."

*

Aku penasaran gimana visual Andrea menurut kalian. Tulis di sini ya. XD

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top