27 | Memastikan Sesuatu

"Padahal dia lebih sering lembur daripada karyawan yang lain. Dan kamu tetap memotong gajinya satu persen." Hery Tejakusuma Caridad menggelengkan kepalanya melirik kepada cucunya yang duduk bersila bersama dua orang pengrajin batik yang ada di depan rumah mereka saat ini. "Dia pasti sangat pusing sekarang memikirkan bagaimana mengatur keuangannya kembali."

"Riza cuma mengikuti peraturan dasar yang ada di kantor." Athena melihat Eyang-nya duduk di kursi dengan korannya. Lalu membiarkan laki-laki itu kembali menceramahinya, "Setidaknya sedikit bersimpati dengan keadaannya, Riza. Eyang mendidik kamu duduk di singgasana bukan untuk membuat semua orang tunduk kepada kamu. Bukan juga membuat kamu memotong beberapa persen gaji karyawan yang bekerja untuk kita. Dua belas ribu orang yang bekerja di bawah kita tidak pantas menerima itu hanya karena ingin mengatakan kalau pakaian dalam kamu terlihat di muka publik."

Athena melirik kepada dua pengrajin yang menahan tawanya ketika mendengar kalimat terakhir Eyang-nya dan dia menghela napas kasar dari hidung.

"Lagi pula Eyang tidak melihat apa yang Jeffrey lakukan kepada kamu itu salah." Hery sedikit menurunkan korannya agar dia bisa melihat wajah cucunya yang menggunakan koyo di lehernya. Dia kembali ingat acara televisi pagi tadi menampilkan berita utama wajah cucunya di sana. Sekarang dia dan semua orang tidak perlu bertanya-tanya lagi kenapa wajah wanita itu tidak ada di dalam berita online. Televisi adalah media paling besar yang paling pantas di dapatkan oleh Athena. "Dia hanya mengatakan alasan kenapa kamu harus memakai jas kamu kembali. Kalau dia memberitahunya bisik-bisik di depan banyaknya kamera, Eyang yakin kamu tidak akan senang dengan berita hubungan lain antara sekretaris dan ceo. Jadi adalah hal yang masuk akal kalau Jeffrey memilih untuk berbicara sedikit keras."

Hery melihat Athena tidak menyanggah apapun dari kalimatnya. Dan dia tahu bahwa wanita itu sedang berpikr sekarang.

"Jadi Riza harus mengembalikan satu persen itu ke dia lagi?" Hery tertawa karena Athena ternyata tidak menangkap inti kalimatnya.

"Kamu harus menghargai cara dia bekerja, Riza. Itu maksud Eyang."

"Bagaimana?"

"Bagaimana? Kenapa cucu aku sangat bodoh sekarang?" Hery meminum kopi tubruknya yang sudah mendingin setengah jam yang lalu. "Berbicara kepada dia. Berterima kasih karena dia melakukan tugas dengan baik. Berikan dia lebih dari satu persen itu sebagai bonus. Terakhir, turunkan sedikit ego kamu. Minta maaf."

Athena mengerutkan dahi, "Riza tidak punya masalahㅡ"

"Kamu memotong satu persen, Riza. Hanya karena hal sepele. Perlu Eyang mengulang pembicaraan awal kita?"

Hery kemudian meminta dua pengrajin batik itu untuk berisitrahat dan mengambil makan siang mereka sendiri di dapur, dia menggunakan waktu itu untuk membicarakan hal lain dengan cucunya. "Ketika kamu ada di Jakarta, Andrea ke sini. Dia membicarakan Jeffrey yang membiarkan jasnya untuk tamu. Aku tidak pernah melalukan itu untuk Athena, aku rasa Jeffrey adalah pilihan yang tepat untuk dia, itu yang Andrea bilang kepada Eyang."

"Tapi menurut Eyang kamu dan Jeffrey tidak ada kemajuan sama sekali. Apa kamu yang masih menutup diri? Atau kamu masih memiliki perasaan dengan Andrea?"

"Tidak tahu." Tidak tahu yang dimaksud Athena adalah, dia bingung harus menjawab apa dua pertanyaan Eyang-nya.

"Eyang bertanya kepada Andrea dan dia masih memiliki perasaan kepada kamu. Riza, kamu dan Andrea bisa kembali lagi. Eyang tahu tindakan kamu yang meminta berpisah itu sangat mendadak jadiㅡ"

"Tidak bisa." Athena menyela dengan suara santainya. "Riza sudah sangat yakin selesai dengan Andrea"

Hery mengangguk. "Kalau begitu kenapa kamu menjawab dua pertanyaan Eyang dengan tidak tahu?"

"..."

"Eyang ingin kamu mengambil keputusan. Menggantungkan Jeffrey dengan hubungan tidak ada kemajuan adalah hal yang salah. Kalau kamu masih ada rasa dengan Andrea kamu pastikan sendiri, bertemu dengannya dan kamu akan menemukan jawabannya. Lalu kamu bisa mengambil langkah apa selanjutnya dengan Jeffrey."

Athena mengangkat kepalanya sedikit heran kenapa Eyang-nya begitu tahu dengan urusan pribadinya. Lalu Eyang-nya berkata lagi, "Eyang punya mata-mata, ingat?"

Doni.

*

"Aku sangat iri dengan jas sekretaris kamu." Andrea memulai pembicaraannya ketika Athena masuk ke dalam mobilnya. Pagi ini wanita itu memintanya mengantarnya ke kantor dan Andrea kebetulan mengambil istirahat selama satu minggu, jadi pada akhirnya laki-laki itu menyetujui permintaannya. "Sangat keren menurut aku."

"Itu hadiah dari temannya." Athena menyanggah dengan mengoleskan lipsticknya. Andrea meliriknya dan terkekeh. Kebiasaan yang satu ini selalu menjadi favoritnya, Jeffrey akan melihat ini setiap hari di mobilnya, pikir laki-laki itu.

"Aku dengar kamu berbicara bahasa prancis dengan Joseph Geliano di acara grand opening kemarin. Mama aku sampai bertanya-tanya bagaimana kamu bisa berbicara seperti orang prancis sungguhan."

Athena tersenyum, "Aku dengar mama kamu juga mengambil kuliah di sana, kan? Aku juga begitu dulunya."

"Ya, aku sudah bilang kamu dulunya juga kuliah di sana. Dia sepertinya kurang mengetahui banyak hal tentang kamu, ketika aku mengatakan kamu pernah kuliah di sana, dia kaget."

Athena tersenyum untuk kedua kalinya dan memasukan lipstick-nya ke dalam tas. "Gimana kabar orangtua kamu?"

"Baik. Natal nanti, mama mau kamu datang ke Jakarta."

"Ini bahkan belum pertengahan tahun, loh."

Andrea mengangkat kedua bahunya, "Seenggaknya dia tahu kamu orang yang sangat sibuk. Dan dia pastikan kamu sudah harus menerima ajakannya jauh-jauh hari."

"Keluarga kamu, tidak perlu melewati Jeffrey untuk memastikan undangan kalian sampai kepada aku, Andrea. Mama kamu bisa menelpon aku langsung."

Andrea tertawa, "Ngomong-ngomong, aku penasaran alasan apa kamu minta aku antar pagi ini? Biasanya jika kamu melakukan ini maka ada hal yangㅡ"

"Oh tentu saja." Athena menyela kali ini melihat Andrea yang begitu tampan dengan kemeja biru tuanya. "Kenapa kamu berbicara soal Jeffrey di rumahku?"

"Itu rumah Eyang kamu." Andrea membalas. "Karena namanya disebutkan berkali-kali di berita. Aku harap Eyang kamu tidak melihat Jeffrey dari finansialnya."

Athena mendengus, "Eyang aku bukan seseorang yang gila gelar dan uang, Andrea. Malahan dia bertanya hubunganku dengan dia lusa kemarin."

"Oh ya?" Andrea mengangkat kedua alisnya sedikit terkejut dan penasaran. "Bagaimana hubungan kamu dengan dia sekarang?"

"Kamu masih memiliki perasaan kepada aku?" Athena memberi pertanyaan lain. "Aku tidak mengerti kenapa kamu mengatakan itu kepada Eyang. Sementara kamu terlihat seperti mendukungku dengan Jeffrey."

"Sebentar, kemana arah pembicaraan kita sekarang?"

"Kamu datang ke rumah Eyang. Mengatakan Jeffrey pantas denganku, sementara kamu juga mengatakan masih memiliki perasaan kepada aku. Ada alasan apa kamu melakukan itu?"

"Ya aku memang masih ada perasaan kepada kamu, tapi aku tahu kita suda selesai. Dan aku tetap mendukung Jeffrey dengan kamu. Di mana kesalahan aku?" Andrea tidak mengerti, dia mendukung penuh hubungan mereka, tapi Athena berpikir hal lain tentangnya. "Aku tidak akan mencoba untuk membuat kita seperti dulu, Athena. Ketika kamu memutuskan hubungan kita, aku sudah memastikan kita selesai. Apa yang aku lakukan sekarang adalah benar-benar sebagai teman kamu saja. Mendukung kamu dengan Jeffreyㅡatau pria manapun yang terbaik untuk kamu."

Aku tidak akan mencoba untuk membuat kita seperti dulu. Athena tidak pernah tahu kalimat itu sedikit membuatnya merasakan hal aneh di dalam hatinya. Athena lalu bertanya, "Kenapa kamu mendukung aku dengan Jeffrey?"

"Karena Jeffrey sama seperti aku yang dulu." Andrea menjawab dengan sangat cepat tapi dengan nada suara yang santai. "Mata dia jelas sangat mengagumi kamu. Kamu yang penuh kejutan, kamu yang selalu terlihat sederhana dilain sisi. Kamu yang bisa menaklukan semua orang hanya dengan pandangan dan cara bicara. Jeffrey sama seperti aku yang dulu, bedanya dulu aku berjuang sendiri untuk mendapatkan kamu. Sekarang Jeffrey mempunyai aku dan teman-temannya yang akan mendukungnya dengan kamu. Itu alasan aku."

Athena tidak tersanjung dengan ucapan Andrea, dia mendengus, "Aku sendiri belum yakin dengan dia."

"Siapa? Jeffrey?" Andrea tertawa. "Kalau aku jadi wanita, Jeffrey akan masuk di list pertama aku. Dia keren dari bagaimana cara dia berbicara di publik dan board member perusahaan kamu. Dia juga sangat jenius. Sangat pantas menurut aku bersanding dengan kamu. Bukan dengan Joseph Geliano Si kepala chef restoran Nuit Étoilée itu. Aku tidak mengerti kenapa media mengatakan Joseph Geliano mendapatkan peringkat teratas sebagai kandidat untuk menggantikan posisi aku di tempat kamu selanjutnya. Maksud aku, hanya karena kamu berbicara dengan bahasa yang sama dengannya semua orang mengatakan kalian sangat cocok. Athena, aku sangat tahu tipe kamu."

"Tipe aku itu kamu," jawab Athena dengan senyuman miringnya. "Sampai sekarang masih aku?" tanya Andrea ketika tiba di parkiran kantor wanita itu yang masih terlihat sepi dan membukakan pintu untuknya. Athena keluar dengan alis yang terangkat satu.

"Sedikit bergeser sekarang." Athena melihat Jeffrey baru saja keluar dari mobilnya dan berjalan ke arahnya dimana Andrea tidak bisa melihat laki-laki itu juga. "Aku suka laki-laki berlesung pipi."

"Oh aku tidak punya itu." Andrea tersenyum ketika Athena mendekatinya. "Biarkan aku memastikan sesuatu," kata wanita itu kepadanya.

"Memastikan apa?"

Athena tidak menjawab dan Andrea tahu apa yang selanjutnya wanita itu akan lakukan.

Dan Jeffrey di sana melihat Athena memiringkan kepalanya untuk seorang laki-laki yang tidak dia ketahui.

*

Selamat hari raya idul fitri buat yang merayakan ya! Maaf kalau aku adalah salah kata yang menyinggung kalian. Maaf juga aku kelamaan update. :")) mohon dimaafkan.

Sebenernya aku nyempetin ngetik ini sambil jaga keponakan yang masih kecil kecil, akhirnya fokusku kebagi-bagi. Jadi kalau ada typo atau ada plot yang kurang di chapter ini mohon maaf ya, nanti segera aku revisi tengah malem.

Sampai ketemu di chapter selanjutnya!

(nanya dong, disini ada yg pasang joylada nggak sih? seru nggak?)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top