26 | Kode

Adem ya liatnya..

"Ema?"

Ema kembali kepada kesadarannya dan mendengarkan Athena memanggilnya melalui telpon, "Kamu bertanya kenapa berita dan foto-foto aku tidak ada di sana?"

Ema memegang dahinya sendiri yang sudah sangat berkeringat. Pikirannya tadi membuatnya begitu takut. Tidak mungkin sepupunya melakukan itu kepada Jeffrey, sekretaris wanita itu sendiri. Aku harus ke Dokter lagi sepertinya.

"Iya, aku tanya kenapa berita dan foto-foto kamu tidak ada? Kamu melakukan apa lagi? Kalau peran kamu membuat Jeffrey bosan dengan kamu, ini bukan caranya."

Athena tidak mengerti perkataan sepupunya, "Kamu bicara apa, sih? Aku sendiri juga tidak tahu kenapa berita aku belum muncul. Ya tunggu saja, Jakarta News pasti sedang membuat orang-orang penasaran dengan wajah aku."

"Aku baca berita tentang jas mahal sekretaris kamu itu, dan ditulis oleh..." Ema menggantungkan kalimatnya lagi karena mengingat lagi pikiran buruknya. "Tirina Hunaidin."

"Oh, iya. Dia Jurnalis dari Jakarta News. Aku bertemu dia sebelum acara dimulai, dia bilang Chanel tidak apa-apanya untuk aku. Padahal aku sendiri lebih suka daster. Dia akan ke kantor kita di Yogyakarta dalam waktu dekat untuk wawancara lebih lanjut."

"Kamu tidak pernah mengundang media masa untuk masuk dan melakukan wawancara di kantor, Athena."

"Dan ini jadi yang pertama kalinya. Kamu pasti akan menjadi sorotan publik karena desain gedung Caridad yang kamu buat."

"Athena, Tirina Hunaidin menulis semua tentang Caridad lakukan termasuk kegiatan sekretaris kamu."

Athena berkata dengan santai, "Mungkin dia terobsesi dengan Caridad atau Jeffrey? Atau dia menyukai Jeffrey?"

"Athena, aku lagi serius."

Athena tertawa kemudian, "Aku juga serius. Aku baru bertemu dengan Tirina kemarin. Dan sepertinya dia memang begitu antusias dengan keluarga kita?"

"Bagaimana dengan Jeffrey?"

"Dengan Jeffrey?" Athena mengulang kalimat sepupunya. "Mereka tidak berbicara sama sekali di acara kemarin. Tidak ada hubungan apapun di antara mereka kalau kamu mau tahu. Kenapa kamu tiba-tiba menelpon aku dengan pertanyaan aneh seperti ini, Ema?"

"Kalau Joseph Geliano?"

"Kenapa lagi jadi ke Joseph?"

"Kamu tidak sedang berbohong, kan?" Ema terus memberikan pertanyaannya yang lain. "Maksud aku, tidak ada yang kamu sembunyikan dari aku, kan? Kamu dan Tirina tidak sedang..."

"Sedang apa?"

Membuat permainan bodoh.

"Lupain yang tadi." Ema mencoba untuk mengambil alih dirinya menjadi lebih rileks dari sebelumnya. Athena tidak benar-benar melakukannya, Ema. Itu cuma pikiran kamu. Dia meyakinkan dirinya sendiri. "Aku anti cowok ber jas, tapi karena jas sekretaris kamu itu sangat mahal, aku jadi berpikir untuk mencoba menjalin hubungan lebih dekat dengan dia."

"Matre kamu." Athena mendengus dan tersenyum. "Sepertinya banyak wanita yang akan mencoba dekat dengan Jeffrey karena jas mahalnya, ya."

"Kamu harus bersaing dengan mereka kalau begitu."

"Ngapain? Aku sibuk."

"Kenapa?"

"Kenapa?" Athena membelokkan mobilnya dan memasuki pekarangan rumahnya lalu menemukan Jeffrey berbicara kepada Miko dengan canggung kemudian mereka berhenti dan menatap ke arahnya. "Dia cuma melihat ke aku, Ema. Kalau kata anak zaman sekarang, Jeffrey bucinnya ke Athena aja. Jadi ngapain aku harus bersaing sama yang lain?"

Ema terkekeh, "Jadi sekarang Jeffrey ada di cerita Athena?"

Athena tersenyum heran, "Apasih. Sudah ya, bucin aku lagi senyum-senyum itu lihat aku sudah pulang."

"Kamu nggak diapa-apain sama Miko, kan?" Jeffrey tertawa ketika Athena turun dari mobil dan mengajukan pertanyaan itu kepadanya. "Aku masih punya waktu dua jam untuk bersiap-siap. Kamu tunggu di ruang tengah, ya. Sama Miko."

"Kalau aku beneran jadi gay, kamu masih mau aku jadi sekretaris kamu?" Jeffrey mengikuti langkah Athena masuk ke dalam rumah dan memperhatikan wajah wanita itu yang terlihat tidak menggunakan lipstick merah pekatnya. Cantik, pikir Jeffrey.

"Kamu mau jadi gay atau biseks juga itu nggak akan berpengaruh ke kinerja kamu, Jeff. Aku tetap butuh kamu jadi sekretaris aku seperti biasa."

Jeffrey tidak tahu kenapa ketika kalimat terakhir yang diucapkan wanita itu kepadanya, membuatnya merasa sangat dihargai dan dibutuhkan. Gue bakal hilangin kalimat 'jadi sekretaris' itu nggak lama lagi. Jeffrey tersenyum sendiri dan Athena melihatnya lagi. "Aku nggak lagi gombalin kamu loh."

"Aku nggak lagi senyum gara-gara itu, kok," kata Jeffrey lalu memulai pembicaraan lain, "Yoga, sekretaris Kirnawan tadi bilang pertemuannya di restoran dekat Plaza Sentral. Mereka sudah reservasi satu ruangan dari dua hari yang lalu."

"Aku siap-siap dulu." Athena menaiki anak tangganya tapi kemudian dia turun lagi dan bertanya kepada Jeffrey, "Jeff, formal?"

"Semi-formal, Ibu Athena."

*

Ketika tiba dan masuk ke dalam restoran yang sudah ditentukan oleh sekretaris Kirnawan, Athena melihat seluruh orang di dalam restoran itu menatap kepada Jeffrey, tapi Jeffrey benar-benar tidak menyukainya. Karena dia pikir orang-orang melihatnya karena jas sialan itu. "Jeff, sepertinya jas yang kamu pakai sekarang jadi sorotan orang-orang lagi."

"Jas yang aku pakai hari ini jas biasa." Jeffrey mendesah dengan nada suara sedikit jengkel menatap kaos biasa yang ditutupi dengan jas hitamnya. "Yang kemarin itu sebenarnya hadiah dari teman."

"Teman kamu memberikan kamu jas seharga satuㅡ"

"Iya, maaf aku potong. Jujur, aku kesal dengar nominal harga jasnya terus-terusan." Jeffrey mulai berpikir untuk membakar semua jasnya sekarang karena kejadian kemarin membuatnya menjadi sangat emosi.

"Aku pikir itu kamu beli sendiri."

"Aku juga akan berpikir dua kalau mau beli jas, Athena." Jeffrey reflek tertawa karena pernyataan konyol Athena. Sementara Athena sedikit merasa aneh karena untuk pertama kalinya laki-laki itu menyebut namanya. "Kalau juga aku punya uang seharga jas itu, lebih baik aku simpan untuk orangtua dan tabungan masa depan."

"Itu hadiah teman kamu. Dan kamu memberikannya ke tamu yang datang ke acara kemarin."

Jeffrey melihat Athena dan menarik senyuman miring, "Kamu bisa menggantinya dengan tidak memotong gaji aku."

"Aku akan memotongnya menjadi 2%. Aku selesai bicara dengan kamu." Athena menyelesaikan kata-katanya dengan nada datar membiarkan wajah Jeffrey mengerut tidak terima dengan keputusannya.

Pembicaraan dengan Kirnawan bersama sekretarisnya sore itu berisi pembahasan ringan. Kirnawan memberikan beberapa buah tangan kepada Athena dan Jeffrey sebagai ucapan terima kasihnya. Lalu mereka kembali makan dan berbicara, dan berakhir dengan keputusan bahwa mereka akan bertemu kembali di kantor Caridad dalam waktu dekat membicarakan pemasarannya. Dua jam kemudian, Athena dan Jeffrey selesai dengan jadwal hari ini. Athena berpikir untuk mencari soto betawi, dan Jeffrey berusaha membuat keputusan apakah dia mengajak wanita itu jalan-jalan atau langsung pulang. Karena pesawat mereka akan berangkat jam 9 malam nanti.

"Loh, hujan lagi." Jeffrey melihat ke atas dan sedikit menghela napas. Fix, pulang inimah. Tuhan lagi nggak bolehin gue jalan sama Athea kayaknya.

"Jeff, aku mau makan soto betawi."

"Makan lagi?" Jeffrey melihat Athena tidak percaya dan wanita itu mengangguk. "Kamu pikir aku kenyang dengan makanan restoran yang sedikit-sedikit?" Athena terseyum tapi menaikan satu alisnya. "Kamu masih lapar juga, kan?"

"Nggak, sih. Soalnya sebelum ke sini Miko masak buat aku."

"Miko terus ya, sekarang." Athena melipat tangannya ke depan dengan senyuman jahilnya. "Nanti Miko dibawa aja ke Yogyakarta, gimana? Biarㅡ"

"Biar apa? Biar aku suka sama Miko?" Jeffrey menyela dengan nada suara menantang. "Mulai cemburu kamu?"

"Darimananya aku kelihatan cemburu? Suka aja belum."

Anjir mulutnya pedes banget.

"Tapi aku nggak tahu dimana tempat makan soto betawinya.

Athena melihat jam tangannya sebentar. "Siapa juga yang minta kamu bawa mobilnya? Biar aku aja. Sekarang aku mau minta tolong ke kamu, boleh?"

Jeffrey mengangkat kedua alisnya dengan curiga, "Ini nggak lagi ngerjain aku, kan?"

"Nggak, aku lagi serius ini."

"Kamu mau serius atau nggak juga, sama aja."

"Jeff."

"Iyaudah, apa?"

Athena tersenyum menunjukkan deretan giginya yang putih. "Aku butuh Nihgt Flury kamu."

"Maksudnya?"

"Jas kamu, Jeff." Athena menunjuk jas yang dipakai Jeffrey sekarang. "Aku pinjam jas kamu sampai aku di mobil nanti."

"Terus kamu bawa mobil kamu ke depan restoran ini buat jemput aku?"

"Aku tinggalin kamu sendiri naik Grab."

"Kan, aku dikerjain lagi." Jeffrey melepas jasnya dan memberikannya kepada Athena. "Mending lari aja sekalian. Nanti juga basahnya nggak banyak."

"Tunggu di sini. Dan aku potong gaji kamu jadi 1%."

"Baik, bu." Jeffrey tersenyum dan melihat wanita itu berlari kecil menuju mobil hitam. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan Jeffrey telah berada di dalam mobil Athena dan mengambil duduk di sebelah kemudinya.

"Jas kamu basah. Nanti aku ganti yangㅡ"

"Athena," Jeffrey sekali lagi membuat Athena merasa aneh dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki itu. "Nggak semuanya kamu harus ganti. Jas aku bisa aku keringkan sendiri nanti."

"Tapi aku tetap akanㅡ"

"Yaudah tapi ganti dengan yang lain, gimana?"

"Gaji kamu? Nggak bisa. Kamu ngotot, turun kamu dari mobil. Naik Grab sana."

"Bukan itu. Kalau itu sebenarnya aku nggak masalah, sih." Athena melihat Jeffrey yang banyak tersenyum hari ini dan menunggu laki-laki itu melanjutkan, "Kalau ada apa-apa bilang langsung kayak tadi. Biar aku tahu kamu maunya apa, kamu butuh apa, atau minta tolong apa. Aku sekretaris kamu tapi aku sama seperti laki-laki yang nggak ngerti kode-kode perempuan. Jadi langsung bilang aja kalau memang kamu butuh aku."

"..."

"Ya?"

Iya.

"Athena?"

"Bisa nggak kamu jangan panggil nama aku lagi?" Athena mulai menjalankan mobilnya dengan pandangan lurus. "Telingaku nggak biasa dengar kamu manggil begitu."

"Iyaudah, sayang aja kalau gitu."

"Kalau aku balas, nanti telinga kamu merah lagi, Jeff."

"Jangan. Yaudah aku ngalah aja."

*

Ciee yang nggak jadi marah sama orang ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top