12 | Antara Pria

Jika kalian semua mengira Athena tidak masuk kantor karena sakit, maka pemikiran kalian sama seperti Jeffrey dan Wandi akan menertawakan pemikiran kalian yang sempit itu.

"Nggak ada kata sakit di kamus Hokage. Adanya kerja lembur bagai kuda," Wandi tertawa samar disela-sela pembicaraannya.

"Kalau dia nggak sakit, kira-kira lo tahu nggak dia dimana?" tanya Jeffrey kepada Wandi. Jeffrey sekarang tengah berdiri bersama laki-laki itu di depan lift dan menatap jam tangannya. Sudah lewat jam makan siang, dan Athena sama sekali tidak mengabarinya.

"Ya mana gue tahu, Jeff. Gue aja di kantor terus dari pagi," jawab Wandi. Dan Jeffrey mendecak tidak puas dengan jawaban temannya.

Berkacak pinggang, Jeffrey mengerutkan dahinya samar. Ibu Athena kemana sih? Ditelpon juga nggak aktif. Biasanya nggak gini juga. Aduh, Tuhan. Gue nggak bisa memulai apa-apa kalau dia belum setuju dengan presentasi yang gue buat kemarin.

Jeffrey benar-benar tidak ada pilihan lain sekarang selain terus menelpon wanita itu, dan kembali dia menerima hubungan telpon yang tidak aktif. Presentasi yang sudah dia buat semalaman itu rencananya akan dia siapkan hari ini atau mungkin akan dia sedikit perbaikiㅡjika Athena meminta untuk memperbaikinya. Lalu menghubungi pembicara dari Brazil memastikan mereka akan datang, menyiapkan ruangan pertemuan di lantai lima, dan... Tuhan, Jeffrey tidak bisa berpikir tiba-tiba. Dia menghela napas, lalu memijat pelipisnya yang terasa sakit.

Ketika masuk ke dalam lift, Jeffrey berpikir bahwa dia sebaiknya melakukan pekerjaan lain. Memeriksa jadwal juga undangan-undangan kemudian menyaringnya, mengirim email penolakan kepada beberapa stasiun televisi yang berniat mewawancarai Athena, memastikan pengeluaran mendadak perusahaan serta petty cash selama enam bulan kedepan untuk cabang Caridad yang baru dibuka dua bulan lalu di Texas telah tersedia.

Mana itu instagram sama tanda tangannya juga belum.

Hhh... mikirinnya aja kepala gue udah sakit lagi.

"Kenapa lo?" Wandi menyikut lengan Jeffrey dengan alis yang diangkat satu. "Megang-megang kepala sendiri, sakit lo?"

Jeffrey tertawa frustasi, "Gue lagi meratapi nasib."

Wandi tersenyum dan menepuk bahu laki-laki itu kaku, rasanya dia ingin mengucapkan kata mampusin jangan kepada Jeffrey. Tapi ketika dia melihat wajah Jeffrey begitu kusut, Wandi mengurungkannya.

"Gue dengar, pembicara dari Brazil, Seth, akan datang Jumat ini." Karena hanya ada mereka berdua di dalam lift, jadi Wandi memulai kata-katanya dengan serius. Proyek besar dimana Caridad akan membuka lahan perkebunan di Brazil sebenarnya sebuah proyek lama ketika Wandi masih menjadi sekretaris Athena. Saat itu Wandi benar-benar terlihat seperti orang yang butuh tidur karena harus mempersiapkan seluruh board meeting dengan sempurna. Tetapi pada akhirnya itu dibatalkan karena sebuah masalah internal dengan Ayah Athena yang berbeda agamaㅡFarhan Halim Faikh.

Dan sekarang, kembali Athena membuka proyek itu dengan Jeffrey yang terbilang masih seumuran jagung untuk melaksanakam tugas sebesar itu.

"Ibu Athena yang nggak ada kabar kayak gini menghambat pekerjaan gue itu." Jeffrey memijit pangkal hidungnya dengan erangan samar.

"Nggak cuma lo, Jeff. Kita-kita yang di bawah juga nggak bisa mempersiapkan apapun." Wandi menghela napas panjang dan tiba-tiba dia mengingat Doni yang sekarang mulai jarang terlihat di kantor karena tugas yang Athena berikan kepadanya. "Waktu gue jadi sekretaris, dan kalau udah kayak ini, Doni pasti ke rumah Hokage. Mastiin semua pekerjaan di kantor nggak tertunda."

Wandi sekali lagi menepuk bahu Jeffrey, kali ini seperti seorang kakak kepada adiknya. "Kerjain yang ada dulu. Kan, tugas sekretaris nggak cuma itu."

Jeffrey mengangguk seadanya. Kemudian ketika mereka keluar dari lift ponselnya berbunyi. Dia mengangkatnya dengan cepat, "Iya, bu?" Wandi tersenyum ketika Jeffrey melangkah lebar meninggalkannya dengan tangan melambai sekilas kepadanya.

"Saya di basement sekarang. Kamu bisa bawa pekerjaan kamu ke sini. Saya tunggu," perintah Athena. Dan Jeffrey berhenti berjalan. "Kenapa Ibu nggak ke ruangan Ibu aja?"

"Jeffrey, saya benar-benar tidak punya banyak waktu. Tolong cepat."

Jeffrey lalu datang ke basement sepuluh menit kemudian. Berlari kecil menuju mobil Athena dan menemukan wanita itu keluar dengan pakaian kebaya. Tunggu, kenapa tulang wajah Athena membiru? Jeffrey mengabaikan penampilan cantik Athena dan terfokus kepada wajah wanita itu yang membiru di sana. "Wajah Ibu kenapㅡ"

"Biar saya lihat." Athena memotong dan akan mengambil map dari tangan Jeffrey. Tetapi dengan cepat Jeffrey mengangkat tangannya.

"Jeffrey saya tidak punya waktu untuk main-main." Athena memandangnya dengan pandangan Algojo sekarang. Tapi Jeffrey tidak peduli.

"Dan saya juga tidak main-main ketika bertanya kenapa Ibu mendapatkan luka itu di sana."

Athena mengerutkan dahinya tidak mengerti kenapa sekretarisnya begitu menyebalkan hari ini. "Berikan map itu dan biarkan saya periksa."

Jeffrey tidak mendengarkan, "Saya cuma mau tahu kenapㅡ"

"Jeffrey Wistara Giandra. Saya pastikan kamu akan menerima surat peringatan besok jika kamu masih tetap seperti ini." Athena memberikan ultimatum dan itu berhasil membuat Jeffrey menyerah. Laki-laki itu tidak meminta maaf seperti biasa, dan hanya memberikan map kemudian diam dan menunggu.

Kedua tangan wanita itu bergetar. Jeffrey dapat menemukan kedua tangan Athena yang memerhatikan pekerjaannya itu bergetar samar. Dan Jeffrey mengerutkan dahinya berpikir, kenapa dengan atasannya ini.

Kemudian Jeffrey menemukan mobil lain datang dan memarkirkannya tidak jauh dari mobil Athena. Itu Andrea. Laki-laki itu keluar dari mobilnya sendiri dengan pakaian batik, menatap lurus kepada Athena. Jeffrey melempari pandangannya kembali kepada atasannya, dan mengambil kesimpulan sendiri. Oh, biru di pipinya gara-gara dia. Jeffrey tiba-tiba mengeraskan rahangnya, mendekat kepada Andrea lalu dengan cepat mengangkat salah satu kakinya dan mendaratkannya tepat di perut Andrea hingga laki-laki itu tersungkur ke belakang.

Jeffrey tidak membiarkan Andrea untuk berdiri. Dia berada di atas tubuh Andrea, berniat akan menghajar tulang pipi laki-laki itu. "Nih, saya kasih warna biru yang sama kayak Ibu Athena." Dan kembali Andrea mendapatkan tamparan keras di tulang pipinya hingga mengeluarkan darah.

Athena pada saat itu sudah berteriak memanggil nama sekretarisnya untuk berhenti. Wanita itu bahkan mencoba untuk menengahi ketika Andrea pada akhirnya membalas Jeffrey. Menonjok tepat di tulang hidungnya.

"Kalian berdua berhenti sekarang juga!" Athena pada akhirnya berdiri di tengah-tengah kedua pria itu dengan wajah merah padamnya. Beberapa karyawan yang berada di sana yang memerhatikan mereka kemudian mengambil langkah pergi ketika Wandi bersama tiga penjaga keamanan datang. Lambat sekali datangnya, Athena mengumpat kepada para penjaga keamanan itu.

"Lo ngapain sih, bego?" Wandi menarik Jeffrey dan memerhatikan penampilan laki-laki itu begitu kacau. "Lo gila atau apa, Jeff? Ini kantor, dan lo itu sekretaris. Seharusnya lo jadi contoh yang baik buat karyawan-karyawan di sini!"

Jeffrey tidak membalas dan matanya masih menatap Athena yang membantu Andrea berdiri dan membawa laki-laki itu ke dalam mobilnya.

"Heh, lo denger gue nggak?" Wandi berdiri di depan Jeffrey yang masih mengatur napasnya sementara perhatiannya masih kepada Athena. Jeffrey sama sekali tidak menganggap Wandi ada dan mengabaikan darah yang keluar dari hidungnya mulai mengotori kemeja putihnya.

"Jeff, lo harus ke rumah sakit sekarang," kata Wandi pada akhirnya.

*

"Lo salah paham," kata Doni kepada Jeffrey di rumah sakit. Satu jam yang lalu, Doni menerima telpon dari Wandi dan laki-laki bermata sipit itu mengatakan hal yang baru saja terjadi. Doni lalu segera ke rumah sakit dan menggelengkan kepalanya ketika menemukan Jeffrey dengan kemeja bagian atasnya telah kotor karena darahnya sendiri.

"Ema tadi pagi nelpon gue, katanya dia nggak masuk kantor hari ini karena beberapa keluarga Caridad termasuk Ema menghadiri pertemuan keluarga Andrea di restoran Canting," Doni membuka ponselnya dan menunjukkan pembicaraannya dengan Ema di sebuah aplikasi. "Lo masih ingat kan, Hokage minta pertunangannya dengan Andrea diselesaikan? Nah, pembicaraan antar keluarga itu diadakan di restoran Canting dengan pihak keluarga Andrea yang melakukan reservasi untuk seluruh meja di restoran itu."

Jeffrey masih diam dengan mengusap hidungnya beberapa kali, "Dan biru di pipi Ibu Athena kenapa kalau bukan Andrea yang nampar?"

"Makanya jangan kebanyakan nonton sinetron. Kecil kan, otak lo." Doni mendorong kepala Jeffrey dan kembali berkata, "Ema bilang, Hokage buru-buru ninggalin restoran karena dia ingat ada janji sama lo sampai dia hampir nabrak anjing di jalanan. Syukurnya dia ngerem mendadak. Tapi ya, tulang pipinya yang kena kemudi mobil."

"Terus Andrea ngapain datang ke kantor?"

"Ya mana gue tahu, tanya aja sana sama Andrea. Sekalian aja lo minta maaf. Malu-maluin, udah fitnah orang nggak jelas main tonjok pula." Doni mendecak dan menggelengkan kepalanya. "Gue udah stres mikir kerjaan, sekarang ditambah sama kelakukan lo yang kayak gini. Lama-lama gue menghilang aja dari muka bumi."

"Ya sana lo menghilang aja. Datang-datang malah ngomel." Jeffrey menutup matanya menahan sakit yang mulai terasa di dalam hidungnya.

"Bukannya terima kasih udah gue temenin di sini, udah gue bawain baju ganti juga. Heh, gue sampai muter balik mobil lagi tahu nggak gara-gara Wandi bilang dia nggak bisa nemenin lo ke sini."

"Ya udah sih, riya banget lo bilangnya." Jeffrey mendecak. Dan Doni melempar setelan jas di depan wajah laki-laki itu.

"Sana lo obatin lukanya, jangan lupa ganti baju pakai itu." Doni menatap jam tangannya sebentar. "Habis itu kita ke tempat restoran Canting."

Jeffrey yang pada saat itu masih mengusak rambutnya berhenti dan menatap Doni, "Ngapain? Pertemuannya belum selesai?"

Doni mengangguk, "Lo harus minta maaf. Feeling gue lo akan dikasih surat peringatan tingkat duaㅡmungkin. Mengingat kelakukan lo siang tadi kelewat batas."

*

"Restorannya di Galeria Mall? Kok gue baru tahu?" Jeffrey memasuki Mall dengan Doni di sampingnya.

"Lo dulu kuliah di UGM jadi mahasiswa kupu-kupu, ya?" Doni bertanya sarkastik. Dan Jeffrey mengerutkan dahinya heran, "Kok lo tahu?"

"Bego, gue niat mau ngejek lo tapi malah beneran." Doni sedikit menahan tawanya. "Restoran Canting ada di rooftop lantai empat," lanjut pria bermata kelinci itu.

Ketika tiba di depan pintu masuk restoran, Doni menelpon Ema. "Gue di luar sama Jeffrey," kata Doni yang berbicara dengan Ema di sana. Sementara Jeffrey berharap Andrea keluar bersama Athena, jadi kalau Andrea mau nampar gue dia bisa mikir-mikir lagi karena ada Ibu Athena.

Sebenarnya, Jeffrey sangat tahu kenapa dia begitu memiliki nyali besar hingga berani menampar Andrea yang jelas secara fisik lebih kuat darinya. Athena. Athena adalah jawabannya. Pada saat itu, Jeffrey sudah menahan emosi dengan pekerjaannya, dan ketika dia menemukan atasannya dengan wajah seperti itu, ditambah Andrea yang muncul di hadapannya, membuat Jeffrey mengambil kesimpulan pendek dan tiba-tiba dia menjadi hilang kendali.

Jeffrey mendesis samar mengutuk perlakukan buasnya tadi siang. Semoga Andrea tidak akan membawanya ke jalur hukum. Lalu ketika Jeffrey mengangkat kepalanya, dia hanya menemukan Andrea sendiri yang keluar dari restoran. Mampus gue! Mampus gue!

"Gue mau bicara sama dia, bisa?" tanya Andrea kepada Doni dan laki-laki bermata kelinci itu mengangguk lalu sedikit berbisik kepada Jeffrey, "Gue di timezone kalau lo cari gue nanti."

"Jadi," Andrea memulai kata-katanya ketika Doni sudah meninggalkan mereka. "Ada yang mau lo bicarain ke gue atau ke Athena? Oh, sebelumnya gue kasih tahu, Athena di dalam dan nggak bisa keluar karena sedang berbicara bersama orangtua gue."

Jeffrey menemukan luka-luka di wajah Andrea hanya ditutup dengan plester-plester sederhana. Berbanding terbalik dengannya yang sampai dibawa ke rumah sakit. Membuatnya tiba-tiba menjadi semakin kecil dari Andrea. Lemah banget lo Jeff sampai ke rumah sakit segala.

"Saya meminta maaf kepada Anda atas perlakuanㅡ" Jeffrey belum menyelesaikan kata-katanya dan Andrea memotongnya. "Gue nggak akan maafin kalau lo masih bicara formal kayak gitu."

Jeffrey menghela napas samar dari hidungnya dan kembali mengulang, "Gue minta maaf soal tadi siang. Gue kira lo yang nampar Ibu Athena. Ternyata Ibu Athena dapat luka itu karena dia sendiri. Waktu itu gue sedikit stres karena kerjaan. Jadi, gue kesulut emosi."

Andrea terus mendengarkan, sesekali matanya menatap orang-orang yang memerhatikan keduanya dengan pandangan aneh.

Orang-orang itu memandang Andrea seperti sedang memalak Jeffrey. Jadi Andrea meminta laki-laki di depannya untuk berhenti berbicara.

"Udah, panas telinga gue dengar lo ngomong." Andrea mencoba untuk tersenyumㅡmeski hasilnya terlihat menjijikan di mata Jeffrey. "Gue maafin lo, dan maaf juga buat hidung lo. Reflek."

Reflek katanya bangsat. Rasanya Jeffrey ingin mengeluarkan kalimat itu langsung dari mulutnya.

"Lo nggak mau ke rumah sakit? Soal biaya, biar gue yang urus," tawar Jeffrey. Sementara di dalam hatinya menangis karena harus menarik uang lagi di ATM.

Andrea mengangkat alisnya, "Lo mau cari muka atau gimana?"

Sabar, Jeff. Jangan mengumpat. "Gue mencoba untuk bertanggung jawab."

"Oh, lo mau menunjukkan kalau lo itu gentleman di depan gue?"

"Nggak gitu bangsat." Jeffrey reflek menutup mulutnya. "Sorry, maksud gue nggak gitu. Maksudnya gue mau bertanggung jawab, mau nebus kesalahan gue karena sudah nampar lo tanpa alasan."

Dan Andrea tertawa untuk pertama kalinya di depan Jeffrey, "Akhirnya ngomong kasar juga lo di depan gue."

"Gue nggak apa-apa. Simpan aja uang hasil kerja keras lo di perusahaan mantan tunangan gue itu buat masa depan lo."

Tuhan, ini manusia sombong banget.

"Yakin, nih?" tanya Jeffrey sekali lagi. Dan berharap Andrea akan menjawab sama seperti sebelumnya.

"Kok maksa?"

"Yaudah. Makasih." Hore nggak jadi narik duit.

"Gue ikutin Athena sampai ke kantor karena mastiin dia baik-baik aja." Jeffrey mengerutkan dahinya ketika Andrea memulai pembicaraan baru. "Athena itu tipe orang yang panik kalau punya janji sama orang. Dan ya, seperti lo lihat di wajahnya tadi. Karena dia terburu-buru bawa mobil, dia nggak lihat ada anjing di depannya. Gue sempat berhentiin mobil gue dan lihat keadaannya. Tapi dia justru minta gue balik aja ke restoran. Ya lo pikir aja, sebagai pria dan ada wanita yang kondisinya seperti itu masa mau ditinggal?"

"Jadi lo jangan salah paham. Gue sama dia sudah selesai secara baik-baik."

Jeffrey mengangkat satu aslinya berpura-pura tidak mengerti, "Ya terus kenapa kalau kalian selesai?"

"Dih, dikira gue goblok apa." Jeffrey hampir tertohok ketika mendengar Andrea berkata kasar kepadanya. Buset, ini orang tahtanya tinggi tapi level ngomong udah sebangsa sama gue.

"Gue tahu lo suka sama Athena, Jeff. Waktu itu gue juga tahu lo bukan tipe orang yang ambil jalur kuning. Lo cuma mandang Athena dari jauh. Kayak di drama cinta segitiga. Lo adalah tokoh yang tragis."

Sumpah ini orang emang gini ya aslinya!? Ini Ibu Athena nggak sadar apa ya Andrea begini?!

"Jadi inti omongan lo itu apa? Gue nggak nangkap sama sekali." Jeffrey mulai terlihat jengah.

Andrea tersenyum miring. "Ketika gue melihat lo begitu emosi hanya karena luka di wajah Athena, gue tahu, lo bisa jaga dia lebih dari gue." Andrea menepuk bahunya, dan pada saat itu Jeffrey melihat Athena berjalan keluar dari restoran mendekat ke arah mereka berdua. "Gue percayain dia ke lo, Jeff."

"Gue akan bantu loㅡyah, kalau lo mau. Karena jujur aja, Athena adalah wanita dengan hati sekeras batu."

*

(terakhir aku lihat cerita ini masih 1k vote dengan 3k pembaca, dan sekarang udah 6k+ pembaca dengan vote 2k+. Kaget akutu. Terima kasih untuk vote, komen, juga pembaca gaib yg sudah mendukung cerita jeffrey. Dari sini aku tau, kalau bucin Jung Yoon Oh itu memang melimpah kayak busa)

untuk foto Wandi dijuaㅡ dipasang terpisah

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top