ᴀɴᴅʀᴇs's sɪᴅᴇ (03)

• sᴇᴄʀᴇᴛᴀʟᴏᴠᴇ •

"Lo yakin?"

Pertanyaan kompak dari Imel, Ervin, Azkia jelas dijawab dengan derai tawa oleh Andres. Serupa sebuah tombol yang ditekan bersamaan, suara mereka kompak keluar dengan intonasi yang sama pula.

Sebelum itu, Andres mengutarakan bahwa ia akan merawat si kecil. Menjadikan anak kecil yang ia pikir bernasib sama dengannya itu menjadi putranya. Pernyataan itu jelas disambut shock oleh semua. Memang, dalam radius 29 tahun ini, hati seorang Andres Baihaqi memang belum pernah menyentuh hal sentimentil seperti cinta.

Kegagalan rumah tangga orang tua, menjadikan ia korban dan harus hidup hanya bersama sang kakek selama dua tahun, sebelum pria renta itu wafat dan ia tinggal sebatang kara sepertinya memberikan trauma tersendiri bagi Andres.

Namun, menjadi orang tua tunggal bukan hal yang mudah dilakukan. Tidak serupa dengan menanam pohon, menebar bibit, menyiram air, dan memastikan mendapatkan cahaya matahari, lalu biarkan alam melakukan tugasnya. Tidak! Ini jauh lebih sulit dilakukan.

Belum lagi, Mereka tidak tahu apakah Andres akan tetap dengan hati yang tidak tersentuh atau ia akan merasakan bahwa suatu saat itu akan menjadi polemik tersendiri jika perempuan pilihan Andres nantinya tidak akan menerima Khalil di antara mereka, atau sebaliknya, Khalil tidak akan menerima perempuan mana pun antara dia dan Andres.

"Ini masalah serius, Bay! Jangan becanda. Emangnya suatu saat nanti lo nggak bakalan nikah apa? Mau jomlo seumur hidup?" Ervin melayangkan pukulan pelan pada kepala Andres ketika laki-laki itu hanya merespons dengan tawa.

Hal sentimentil seperti cinta memang tidak pernah ada di dalam radius kehidupan seorang Andres Baihaqi. Baginya, perempuan itu memusingkan. Namun, ketika berbicara soal perempuan, entah mengapa laki-laki itu teringat akan wajah cemberut seorang gadis yang ia kenal sebagai adik rekan kerjanya.

Andres tidak tahu mengapa. Sejak acara resepsi pernikahan Nara dan Maudy, senyum Maura menjadi candu untuk Andres. Bahkan, ketika laki-laki itu melemparkan ledekan, gadis berusia tujuh belas tahun itu cemberut dan ia menyukainya.

Sebelum ini, Andres turut serta datang ke rumah Maudy ketika acara lamaran yang dilakukan oleh Nara. Maudy mengenalkan Andres sebagai teman Nara pada orang tua dan adiknya. Sejujurnya, laki-laki itu hanya ingin mengakrabkan diri, tetapi gadis berusia tujuh belas tahun itu mencebik kesal karena Andres menggodanya.

"Kenapa lo cengar-cengir begitu?" Sebuah tamparan keras dari tangan Imel membuyarkan lamunan Andres tentang gadis yang senantiasa cemberut itu.

"Nggak apa-apa," jawabnya disertai senyum menutupi tawa akibat geli yang tiba-tiba muncul ketika mengingat Maura.

Tidak butuh waktu lama bagi Andres mengiyakan keseriusannya dalam membawa Khalil. Alasannya sederhana, anak itu butuh orang tua, dan Andres butuh teman untuk menemaninya menghabiskan sisa hidup jika kemungkinan ia memilih untuk tidak menikah.

Dengan bantuan tetangga di rumah peninggalan kakeknya, Andres meninggalkan Khalil bersama Arin, adik Aje yang berprofesi sebagai guru ngaji ketika ia sibuk bekerja.

Terkadang, Nara, Imel, Ervin atau Afriandar juga sering datang, sekadar menengok bocah yang kesulitan berjalan menggunakan penyangga kaki itu. Nara tahu setelah satu bulan Khalil tinggal bersama Andres. Awalnya, Nara tidak percaya dan marah ketika tahu mereka terlibat masalah tanpa memberitahunya.

Namun, semua menjadi lebih terkendali ketika Andres menceritakan alasan kenapa ia tidak menghubungi Nara adalah karena tidak ingin mengganggu dirinya sebagai pengantin baru.

Andres bersyukur itu tidak menjadi masalah serius. Seharusnya, ini akan menjadi awal hidupnya tenang tanpa ada masalah yang mengganggu hubungannya dengan Khalil atau Nara dikemudian hari.

Ya, seharusnya ....

****

Seharusnya Andres tahu, semesta tidak bergerak sesuai dengan kehendak yang ia tentukan. Ia punya jalan sendiri, bergerak sesukanya, memainkan skenario selucunya hingga kita tertawa ketika bersedih atau menangis ketika bahagia.

Seperti ketika mereka tengah di warung makan pinggir jalan, menikmati sepiring nasi uduk lengkap dengan tahu dan teh tawar hangat, tertawa bersama tentang konsep coffeshop yang akan mulai dikerjakan bulan depan.

Sebuah notifikasi muncul, tawa yang tadi sempat mengisi warung makan hilang begitu saja saat ada berita dari kepolisian bahwa mertua Nara mengalami kecelakaan.

Nara ditemani Andres bergerak ke lokasi kejadian, Imel kembali ke kantor membawa hasil berita yang ia dapat sebelum mengajak Azkia ke rumah duka.

Pukul enam sore, setelah identifikasi selesai dilakukan oleh pihak kepolisian. Jenazah kedua orang tua Maudy sampai di rumah duka. Tangis Maudy pecah, Nara bergerak memeluk perempuan itu untuk menenangkannya. Sementara tatapan Andres tertuju pada gadis yang sama sekali tidak bereaksi, gadis itu hanya diam, meski air mata tidak berhenti keluar dari mata yang menyorot tajam pada jenazah orang tuanya.

Tidak ada alasan khusus atas tindakan Andres yang tiba-tiba bergerak menghapus jejak air mata di pipi gadis berusia tujuh belas tahun itu. Dadanya ikut sesak saat mendengar isakkan tertahan, buru-buru ia memeluk gadis itu, mencoba menyalurkan kekuatan yang selama ini membantunya bertahan.

"Semua akan baik-baik saja," ucapnya seraya mengusap pelan punggung gadis yang ada di pelukannya.

Hanya itu yang mampu Andres ucapkan sebelum sanak saudara masuk memenuhi ruangan utama untuk para pelayat. Maura, gadis itu serta merta mendorong Andres dan bergerak memeluk laki-laki yang berusia tidak jauh darinya.

Tangisnya pecah di pelukan laki-laki berkemeja putih gading itu. Mendengar tangis Maura, Andres rasa ia tidak menyukainya, ada rasa sakit ketika mendengar tangis yang menggema di kepalanya.

Andres ada di sana sampai keesokan harinya, bersama Ervin, Azkia, Imel, dan Afriandar membantu prosesi pemakaman jenazah. Andres bahkan ikut turun ke dalam liang kubur untuk membantu Nara.

Dari bawah, ia dapat melihat dengan jelas wajah Maura yang diliputi kesedihan. Ahh ... Andres jadi merindukan senyum dan tawa gadis itu. Sepertinya ia akan berusaha melihat senyumnya meski hanya satu kali lagi.

Untuk itu, laki-laki berseragam serba hitam itu mencoba, untuk kali ini mencoba mencari perhatian gadis itu dengan membandingkan kesedihannya dengan Khalil. Iya tahu, itu adalah perbuatan yang salah, tetapi mengingat gadis itu mengerucutkan bibirnya ketika marah, membuat Andres berani mengambil risiko itu.

Saat itu, hujan turun ketika Andres melihat gadis yang sejak semalam mengganggunya dengan tatapan sedih itu tengah melamun di teras belakang. Ia mendekat, kemudian memercikan air hujan setelah sebelumnya mencuci tangan yang kotor setelah pemakaman.

Maura memekik. Tawanya membuat Andres mengalami candu untuk membuatnya marah. "Kamu ngapain di sini? Nggak makan? Nanti masuk angin loh."

Maura tidak menghiraukan keberadaannya. Hingga sampai Andres memikirkan sebuah cara yang mungkin akan membuatnya marah. Entahlah, Andres hanya lebih menyukai gadis itu marah dibandingkan bersedih seperti sekarang ini.

Laki-laki itu memberikan foto Khalil, membandingkan kesedihan Khalil dengan apa yang dialami Maura dengan tujuan gadis itu akan marah, kemudian sedikit melupakan kesedihannya. Namun gagal. Maura tetap tidak merespons apa yang Andres usahakan.

Notifikasi datang ketika Andres duduk di samping Maura. Itu panggilan untuk berita headnews dan ia harus pergi.

"Kamu makan, ya? Jangan sampe sakit. Kasihan kakak kamu kalo kamu sampai sakit."

Setelahnya Andres pamit pada Nara, menyalakan mesin motor saat sebuah mobil SUV masuk ke dalam pekarangan rumah. Ia lihat, Maura bergerak ke arah depan. Andres mengulas senyum, sepertinya untuk membuat Maura melupakan kesedihan, si pemilik mobil SUV itulah ahlinya. Bukan Andres.

****

Sebetulnya urusan Andres dengan Maura selesai sampai di sana. Sejak diabaikan, Andres selalu menolak halus ajakan Nara untuk main ke rumah. Alasannya? Ia tidak ingin bertemu Maura, ketika mengingat kejadian setelah pemakaman itu, agaknya Andres tidak memiliki muka lagi untuk bertemu gadis yang tidak pernah menganggapnya ada itu.

Namun, tiba-tiba undangan dari UKM Fotografi alumni kampus untuk memberi informasi mengenai pekerjaan di dunia televisi membuat laki-laki berusia 29 tahun itu kembali melihat sosoknya.

Gadis cantik yang beberapa bulan lalu memasang tampang sedih. Ia tengah sibuk dengan pendaftaran mahasiswa baru. Tanpa sadar Andres mengikuti langkah Maura yang mengambil formulir pendaftaran kemudian ikut mengambil asal formulir tanpa tahu untuk siapa lembar itu nantinya.

Sorot mata Andres terus membidik wajah Maura. Ada lesung pipi samar yang terbit ketika ia membalas sapaan calon mahasiswa lain. Itu adalah satu buah keindahan dan keindahan sudah sepatutnya diabadikan, bukan? Oleh karena itu, Andres mengeluarkan sebuah mirrorless berwarna hitam yang selalu ada di saku dan membidik senyum itu.

Sepertinya sejak bertemu Maura, ada satu buah rahasia yang Andres simpan rapat-rapat. Bahwa senyum gadis itu menjadi bagian dari favoritnya.

Hingga dua tahun berlalu, tanpa terasa Andres nyaman dengan apa yang kerap ia saksikan setiap pagi. Melihat Maura ketika berangkat kuliah, melihat gadis itu tumbuh menjadi perempuan cantik, ikut melebarkan senyum ketika perempuan itu tertawa karena hal lucu.

Sampai satu buah kecelakaan terjadi. Iya! Andres menganggap pertemuannya dengan Maura di coffeshop saat pindah rumah adalah sebuah kecelakaan. Ia takut, jika perempuan itu mengetahui bahwa selama ini Andres selalu berada di dekatnya.

Seharusnya, Maura tidak pernah lagi melihat sosoknya. Seharusnya, Maura tidak mengenal dirinya. Seperti seharusnya, Andres tidak berharap bahwa Maura akan menerimanya dengan segala kekurangan.

Dua tahun cukup buat laki-laki itu tahu tentang apa saja yang dialami Maura. Tentang asisten dosen yang menyatakan cintanya, tentang anak pengusaha yang berusaha mendapatkan hatinya. Dengan kekurangan dan perbedaan usia mereka, apa Andres bisa bersaing dengan semua itu?

Ia rasa ia tidak akan bisa.

Bahkan tembok besar bernama Khalil menghantam pemikiran rasional Andres. Ketika bocah yang kini berusia empat tahun itu bertanya. "Ayah nggak akan tinggalin Lil, 'kan? Kita akan selalu berdua, 'kan?"

Air matanya tiba-tiba tumpah. Belakangan, ia sibuk dengan kedekatan bersama Maura. Memberikan sebuah alasan pada putranya bahwa ia harus bekerja jika Khalil ingin tetap makan dengan chicken nugget hingga anak itu menjawab.

"Ayah, Lil nggak mau makan chicken nugget lagi. Nggak apa-apa kita makan sayur, yang penting Lil bisa makan bareng Ayah."

Andres merasa bersalah. Laki-laki itu tidak bisa jika harus disuruh memilih antara Maura atau Khalil. Dengan alasan itu, meski sulit. Ia mencoba untuk menjauh dari Maura.

Bahkan saat Maura mendekat, perempuan itu berhasil menyentuh hal yang selama ini tidak tersentuh dalam diri Andres. Hingga ketika mereka berciuman, Andres merasakan ketakutan yang luar biasa.

Sel otaknya kembali mengirim signal untuk melampiaskan serangan panik akibat rasa takut kehilangan. Ia terlihat buruk di depan Maura kali itu.


ᴅᴀɴ ᴀᴋʜɪʀɴʏᴀ ʙᴇʀᴀᴋʜɪʀ ᴊᴜɢᴀ ᴘᴏᴠ ᴀɴᴅʀᴇs sᴇᴛᴇʟᴀʜ sᴇᴋɪᴀɴ ʟᴀᴍᴀ ᴀᴋᴜ ʙᴀʟɪᴋ ᴋᴇ ʙᴀʙ 1 ᴋᴀʀᴇɴᴀ ʟᴜᴘᴀ ʙᴀɢɪᴀɴ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ᴋᴇᴛᴇᴍᴜ ᴡᴋᴡᴋᴡᴋ

ʟᴜɴᴀs sᴜᴅᴀʜ ʜᴜᴛᴀɴɢᴋᴜ ᴘᴀᴅᴀ ᴛᴇᴋᴀ-ᴛᴇᴋɪ ᴀɴᴅʀᴇs!
ᴋᴀʟᴀᴜ ᴀᴅᴀ ʏᴀɴɢ ɪɴɢᴇᴛ, ᴅɪ ᴇᴘɪɢʀᴀғ ɪᴛᴜ ʙᴜᴋᴀɴ ᴜɴɢᴋᴀᴘᴀɴ ᴍᴀᴜʀᴀ ʏᴀ, ᴛᴀᴘɪ ᴀɴᴅʀᴇs :)

ʟᴀɴᴊᴜᴛ ᴋᴇ ᴘᴀʀᴛ 36?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top