Bab 41

Sesungguhnya Keyna agak takut bertemu dengan Tifa. Arsyi tidak menceritakan apa yang mereka berdua diskusikan kemarin malam. Entah hubungan mereka memburuk atau sudah membaik.

Jati juga sebenarnya menolak ajakan Arsyi untuk bertemu sebelum ada perkembangan info terbaru ini. Karena mereka berdua beranggapan Arsyi hanya akan mengganggu mereka.

Andai saja Arsyi bukan bagian dari keluarga Bapak, Keyna tidak mau menerima ajakan bertemu dan menerima permohonan maaf Arsyi kemarin. Bagaimana jika nanti Tifa akan mengamuk pada Keyna karena sudah mengganggu hubungan keduanya yang sudah sangat serius melangkah ke pernikahan.

Kedatangan Keyna dan Jati tak lain hanya ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi. Terlebih ada hal yang harus dibereskan karena Keyna ingin tahu apa yang terjadi di belakangnya selama ini.

Dari damainya wajah Arsyi dan Tifa yang sudah duduk menempati meja kafe. Keyna menarik napas lega meski masih was-was. Dia sedang jadi pelaku dalam sudut pandangnya Tifa. Jika nanti Tifa akan mengamuk marah padanya akan sangat wajar.

“Gue kira kalian udah nyerah sama gue,” ucap Arsyi senyum lega. “Thanks masih berbaik hati sama gue.”

Mata Arsyi sangat lekat memandang penuh rasa haru pada Keyna. Cewek itu menjadi melihat ke arah lain. Saat itu juga Keyna bertemu pandang dengan Tifa yang memandanginya dengan sorot takut dan gelisah. 

Makanya jangan main sama Nava, nanti ketularan jadi orang bermasalah!

“Dan, lo tahu kan, jangan berharap orang bisa berbaik hati berkali-kali. Jadi jangan mengecewakan!” kecam Jati dengan amat sadisnya.

Saat ini sudah lewat jam siang, empat orang itu sudah duduk di meja sebuah coffee shop dan memesan minuman.

“Na, sori, gue udah salah menilai lo.” Tifa yang duluan membuka suara begitu mereka mulai saling memandang dengan wajah serius.

Tadinya sangat kentara tidak ada yang berani membuka suara duluan karena diam seribu bahasa.

“Yang, kamu ceritain ke Keyna awal mulanya gimana.” 

Keyna menautkan alis, dia bisa membaca kalau Arsyi dan Tifa sudah berbaikan bahkan menjalin hubungan. Secepat itu? Tifa memang mudah terhasut, jadi wajar saja mudah dibujuk oleh bujuk rayu cowok kayak Arsyi. Raut wajah Jati juga menatap Arsyi dan Tifa tidak percaya.

“Gue sering nggak sengaja lihat Arsyi nge-chat Keyna. Meski gak terdengar suara notif chat balasan. Jadi gue anggap Arsyi chat gak penting atau soal urusan keluarga kalian. Suatu hari gue dapet chat di DM IG dari Nava, dia cerita kalo teman barunya di kantor ternyata teman dekat gue dari kantor lama. Teman gue itu bulan lalu masuk kantornya Nava. Dia ngeliat akun IG si Azizi mutualan sama akun gue. Lalu kita jadi ngobrol dikit-dikit, suatu hari dia bilang kalo dia lihat Arsyi chatting-an sama Keyna. Waktu itu Arsyi memang cerita dia lagi di rumah besar sama keluarganya. Gue disuruh buat sering kepoin chat room Arsyi. Takut Arsyi ada main sama Keyna. Gue akhirnya melihat sendiri nama kontak Keyna nggak jauh dari nama gue, pertanda Arsyi nggak lama habis chat ke Keyna. Makanya gue maksa Arsyi kasih liat room chat-nya. Gue liat cuma ada pesan-pesan dari Arsyi. Gue mengira pasti pesannya dihapusin. Kalian menyembunyikan sesuatu dari gue. Karena kata Nava, hubungan Arsyi dan Keyna itu spesial. Gue juga tahu bagaimana Arsyi masih punya foto kalian zaman kuliah dan saat wisuda di laptopnya. Gimana Arsyi sering cerita tentang pertemanannya dengan Keyna. Gue mengira kalian memang mencurigakan.”

“Sesuai yang udah aku kasih lihat chatnya. Waktu itu saat aku chat ke Keyna, aku minta Keyna pulang karena Pak Darso cerita ke aku, pengen tahu kabar Keyna dan cemasin dia. Dia nyuruh aku nanyain lewat chat.” Arsyi memandangi Tifa dengan lesu. “Tapi, chatku gak dibalesin sama Keyna.” Wajahnya menjadi kesal saat menoleh ke Keyna.

Keyna membuka ponselnya dan mencari isi pesan yang dimaksud itu. Arsyi mengirimkan pesan itu seminggu setelah acara lamaran. Lalu setelah itu ada pesan-pesan ajakan pertemuan. 

“Soal pengakuan kamu yang chat-in Keyna ngajak ketemu karena kamu ambang dengan perasaan itu sebenarnya bikin aku kecewa banget, Ar. Aku ingin memikirkan lagi rencana masa depan kita.” Tifa mendadak jadi emosi dan bicara bernada tinggi.

Keyna dan Jati mendadak jadi salah tingkah karena merasa tak enak. Dua orang itu ternyata masih mau membahas urusan hubungannya. Apa mereka belum menyepakati kelanjutan hubungannya? Lamat-lamat Keyna meneguk ludahnya. Biar gimana pun, kejadian Arsyi yang dengan kesadaran penuh mengirim pesan ke cewek lain untuk ngajak ketemu dan pesan-pesan mesra itu adalah masalah besar. 

“Tapi, untungnya Keyna juga nggak menanggapi perasaan kamu. Aku bisa menimbang ke arah yang lebih baik lagi. Jauh di lubuk hatiku aku masih cinta banget sama Arsyi. Arsyi juga udah menyesali perbuatannya.”

Keyna tidak mau ngatain Tifa, karena cewek ini adalah dirinya dulu. Saking cintanya bisa saja memberikan kesempatan kedua. Semoga mereka bisa melalui cobaan itu. 

Apa Arsyi juga menceritakan kejadian di taman minggu lalu? Sepertinya tidak. Karena Tifa masih berbaik hati sekali.

Keyna menjadi sakit perut karena jantungnya berdegub keras. Hatinya mencelus sakit. Dia memang dipermainkan begitu saja oleh Arsyi. 

“Gue tahu masa lalu kalian karena Nava bercerita banyak soal kedekatan kalian. Setelah gue dapetin bukti nyata itu, gue cerita sama Nava dan dia ngajak gue ketemu untuk cerita. Dia jadi pendengar setia.” Tifa melanjutkan ceritanya pada Keyna.

Keyna mendesah lesu. “Lo percaya sama orang yang salah.”

“Dia bukan orang yang nggak bisa dipercaya ya?” tanya Tifa penuh sesal.

Tidak ada yang menjawab. Tidak tega. Keyna tidak mau menjelekkan Nava di depan orang lain, padahal Nava hobinya menjatuhkannya.

“Nava bilang kalo Keyna itu cinta mati sama Arsyi.” Tifa menjelaskan segitu saja. 

Arsyi yang kini membuka suara. “Dia cerita semua masalah kita ke Nava. Termasuk kejadian kamu yang menolak pernikahan Bapak sama ibuku.”

Keyna mendesah kesal. “Lalu Tifa jadi langsung percaya tanpa konfirmasi lagi? Andai, lo bicara dulu ke Arsyi.”

“Gue sakit hati dan menutup komunikasi ke Arsyi.” Setelah diam dia bersuara lagi. “Gue jadi mikir nggak mau lanjut nikah sama Arsyi. Gue chat buat mutusin batalin pernikahan.”

“Gue chat infoin pembatalan itu ke Ibu karena gue juga buntu dan butuh saran. Gue udah diomelin sama Ibu atas kesalahan gue. Yaa, gue memang tolol.”

Bu Sanna sampai stress begitu loh, Ar!!!

“Gue pengen banget konfirmasi ke Keyna, tapi Nava bilang kalo Keyna itu aslinya sadis dan kasar. Dia pernah dilabrak sampe dijambak dan digampar. Nava memperingatkan jangan cari masalah sama Keyna karena suka playing victim dan gak mau disalahin lalu menutupi kesalahannya dengan marah-marah balik dengan kasar dan membalikkan posisinya berasa jadi korban. Gue jadi takut dan gak mau cari gara-gara.”

Keyna tidak mau menoleh tapi tahu kalau Jati sedang memandang padanya. Cewek itu tidak mau menuding kalau Tifa juga masih kekanakan.

“Ya begini hasilnya kalo lo cuma percaya ke satu orang, terlebih orang yang salah.” Keyna memandang kecewa pada Tifa. “Lagian gue marah ngamuk ke Nava karena alasan yang jelas. Dia fitnah soal keluarga gue.”

“Gue udah tahu kok. Arsyi udah cerita. Gue nggak nyangka Nava ternyata orangnya kayak gitu. Karena selama ini dia terlihat baik dan lembut.”

Setan yang menggoda manusia juga memang seperti itu! Keyna diam saja, padahal emosi menumpuk dalam dadanya. 

“Awalnya gue meremehkan kehadiran lo. Gue yang kena karma udah meremehkan lo. Gue udah sombong banget. Gue tahu kalo lo suka sama Arsyi, sedangkan gue yang memenangkan hati Arsyi. Tapi pada akhirnya kenyataannya ternyata Arsyi yang kelihatannya suka banget sama lo sampe dia yang selalu duluan menghubungi lo. Gue minta maaf ya, Na.”

Keyna segera mencelus hatinya. Arsyi terlihat terkejut. Dan, Jati diam saja.

“Lo nggak usah cemas gue bakal mau sama Arsyi. Gue udah punya pasangan. Kelanjutan hubungan kalian ada di kalian sendiri.” Keyna segera menjelaskan isi hatinya.

Tifa mengangguk.

“Jadi, semalem kalian udah menyelesaikan masalahnya, kan?” Jati akhirnya membuka suara. 

“Gue dapetin bisa ketemu Tifa di pub tempat biasa kita sering nongki. Abis itu kita ngobrol panjang lebar di apartemennya.”

“Sampe subuh?” ledek Keyna.

Arsyi mengulum senyum tipis. 

“Gue bisa pastiin, Fa, kalo Keyna gak ngeladenin Arsyi. Dia 24 jam dipantau sama gue waktu itu.” Jati memandang serius ke arah Tifa. “Arsyi nggak bisa ganggu selama masih ada gue.”

Keyna menyenggol lengan Jati. “Kesannya kamu seram banget loh. Aku kayak tawanan aja.”

“Selama masih ada gue di antara mereka, mereka nggak bakal macem-macem.” Jati tersenyum keji.

Tifa menyeringai kikuk. Arsyi mendengkus. Keyna juga memaklumi reaksi Arsyi yang tampaknya geli dengan ucapan Jati.

Keyna meraih tangan Tifa dan menenangkan. “Arsyi udah kayak saudara gue. Beneran gue nggak minat lagi sama dia. Jadi tenang aja.”

“Yaaa, gue aja yang bego. Gue memang layak ditendang sama Tifa.” Arsyi kemudian merenung.

“Aku akan kasih kesempatan kedua, kalo kamu bisa berubah dan nggak mengulangi lagi,” jawab Tifa ke kekasihnya itu.

“I love you, Babe.”

Keyna dan Jati jadi mendengus jijik.

Mungkin benar, Arsyi tidak menceritakan kejadian di taman minggu lalu. Kini entah mengapa Keyna menjadi kesal. Sudah se-drama itu Arsyi menyatakan cinta padanya, ujungnya kembali dan mengumbar janji pada ceweknya! Keyna merasa sudah dipermainkan dengan amat menyedihkan. Setelah masalah ini selesai, Keyna tidak mau lagi terlalu akrab dengan Arsyi maupun Tifa. Tega sekali Arsyi menyakiti hatinya dan mengganggu hubungannya dengan Jati.

“Maaf, Bro, gue ganggu hubungan kalian. Terusin lah rencana masa depan kalian. Gue gak akan ganggu Keyna lagi.” Arsyi menatap teduh pada Keyna dan Jati secara bergantian.

“Ini juga cobaan hubungan aku sama Jati.” Keyna amat yakin cobaan kisah cintanya memang akan berhubungan dengan masa lalu dan … mempertaruhkan karir.

“Dari awal gue udah memperingatkan lo, Bro. Tapi lo malah makin enggak-enggak ke Keyna. Gue benci semua ini.” Meski mulutnya bicara begitu, Jati tidak terlihat bengis. 

“Jati udah tahu kelakuan Arsyi?” cicit Tifa.

“Yaaa.” Jati menjawab cuek.

“Urusan gue belom selesai, masih ada satu lagi orang yang harus gue cecar. Fa, kamu ikut ke rumahku ya? Kita kelarin sama dia. Aku pengen dia tahu kalo aku udah tahu apa yang dia lakukan di belakangku.”

Tifa memandangi Arsyi. “Kita memang harus mendengarkan penjelasan dia.”

Keyna mendadak jadi menatap kesal. “Mau ngomong ke Nava? Gue harus ikut. Ini menyangkut nama gue. Gue benar-benar makin emosi.” 

“Aku kira kamu nggak mau berurusan lagi sama dia. Jadi, kamu mau ikut buat nyerang dia?” Arsyi bernada menawarkan.

Jati menatap pada Keyna dengan sorot cemas. Bibirnya sudah bergerak ingin bicara.

“Iyalah,” sahut Keyna lantang. 

“Na, beneran?” Jati sangat cemas seolah itu adalah pilihan yang buruk.

“Ja, dia makin kelewatan, jadi ngapain aku lewatin gitu aja?” celetuk Keyna ketawa kesal. 

Arsyi dan Tifa melongo syok bukan main. Jati tampaknya tidak heran, lelaki itu hanya menarik napas lesu bagai tidak ada pilihan lain. Ini semua bukan yang pertama untuknya, kan?

“Aku pengennya gak marah, tapi aku beneran kena tipu sama dia. Beberapa hari lalu temanku cerita soal Nava yang ada masalah di kantor. Sejak hari itu aku sempet deg-degan dan meragukan semua sikapnya selama ini.”

“Dia kenapa?” tanya Keyna tidak bisa menahan kepo, ini menyangkut imej-nya juga karena dia yang membawa cewek itu ke kantornya.

Tifa menceritakan sesuatu yang membuat Keyna menganga. Dari reaksi santai Arsyi, pria itu sepertinya sudah mendengar ceritanya. 

“Jadi, apa rencana kita ke Nava?” 

Pertanyaan itu dilontarkan oleh Arsyi. Tidak pernah disangka-sangka dalam hidup Keyna, pria itu akan melakukan sesuatu untuk menyakiti Nava. Beberapa tahun ini Keyna selalu menganggap Arsyi tidak pernah berpihak padanya karena masih saja berakrab ria dengan orang yang pernah berbuat jahat padanya. Arsyi bagai koin yang memiliki dua sisi berbeda. Tapi koin tetap memiliki nilai yang sama di mana pun sisinya, kan?

❤❤❤






29 Des 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top