Bab 40

Beberapa hari lalu Arsyi masih berusaha menghubunginya beserta pesan-pesan mengajak untuk bertemu. Pria itu ingin minta maaf dan membicarakan hal penting secara langsung. Arsyi mengirimkan pesan panjang lebar mengenai penyesalannya yang membuat keributan di antara hubungan orang lain.

Keyna juga tidak ingin hubungannya dengan Arsyi menjadi berantakan, mereka akan terus bersinggungan karena masih berada dalam satu keluarga. Sekian lama mengenal Arsyi, baru kali ini melihat pria itu bertingkah sangat absurd. Keyna pun menjawab pesan itu dengan mengatakan mau bertemu asal Arsyi juga minta maaf dan mengajak Jati pada pertemuan mereka.

Dan, di sinilah mereka berada, Arsyi mengajak bertemu di sebuah kafe yang letaknya di dekat kota Keyna. Jati menjemput Keyna. Saat sudah tiba di tempat janjian, Arsyi sudah datang dan memandangi mereka dengan sorot lega dan sedih yang tak terbendung.

“Kalian pesan apa aja,” ucap Arsyi dengan senyum kecil.

Setelah menyelesaikan urusan pesanan makanan dan minuman, ketiganya sempat terdiam sibuk masing-masing. Keyna mengecek ponsel. Jati yang melihat ke arah air terjun taman samping. Arsyi yang menatap kosong ke arah langit. Keheningan terpecah saat Arsyi tiba-tiba berbicara.

“Gue minta maaf sama kalian. Gue nggak mau keadaan semakin memburuk. Kemarin gue egois nggak memikirkan hubungan kalian.”

Jati menoleh dengan raut wajah kencang. “Harusnya lo udah sadar pas gue udah bilang jangan ganggu Keyna lagi!”

“Ya mana bisa? Gue lebih lama kenal sama Keyna.”

“Terus lo berharap dia bakal lebih memilih sama lo?” cetus Jati.

Keyna sampai melongo melihat pacarnya itu dalam mode jutek bukan main. Arsyi tampaknya mengiyakan dengan samar, nyaris mengangguk, dan tidak ada kata pengelakan. Pandangan Arsyi menjadi pada Keyna.

“Kamu sakit saat acara lamaran aku sama Tifa, Keyna kelihatan stress waktu itu,” tutur Arsyi lalu ke arah Jati.

Keyna mendengus. “Aku punya trauma sama acara lamaran. Bukan karena sedih melihat kamu lamaran.” 

Jati menahan senyum geli, matanya yang tadi sempat menajam saat memandangi Arsyi menjadi sedikit berkurang. Sedangkan Arsyi menjadi mendesah kesal.

“Kalo udah begini kamu nyesel kan kehilangan kepercayaan Tifa?” cemoh Keyna sinis.

“Mana aku tahu dia bakal tahu dan jadi ketahuan.”

“Brengsek banget kamu!” seru Keyna dengan cepat merespon Arsyi.

“Jadi apa yang Tifa bicarain ke lo, apa yang membuat dia marah menganggap lo selingkuh? Gue nggak peduli soal kalian kalo ini nggak ada sangkutpautnya sama Keyna. Nama baik Keyna yang jadi jelek di mata Tifa. Padahal Keyna nggak respon pesan-pesan dan telepon lo. Gue bisa aja jadi saksi kalo setelah lo kirim-kirim chat itu, Keyna nggak bales mengiyakan apalagi sampe mau ketemu.”

“Apa buktinya? Segitu yakinnya lo kalo Keyna nggak pernah bales dan nggak mau diajak ketemu?”

Mendadak Keyna jadi menggeram kesal. “Kamu mau minta maaf atau nambah kekesalan orang sih?” Matanya melotot marah pada Arsyi.

Jati memegang tangannya di atas meja berusaha menenangkan sedangkan matanya menatap lurus ke Arsyi. “Yaaa, gue kan selalu sama dia di akhir pekan. Keyna juga selalu ngasih tahu keberadaannya lagi di mana. Terlebih Keyna udah ogah ketemu sama lo.”

Arsyi tampak tertegun dengan mata menatap lurus pada sesuatu di atas meja. Keyna mengikuti arah padangan Arsyi. Oh, pada tangannya yang sedang dielus mesra oleh Jati. Bukan hanya itu yang membuat pandangan Arsyi terpaku. Cowok itu ternyata sedang memandangi sesuatu di jemari manisnya. Ada kilauan cantik dari cincin pemberian Jati. 

“Kalian udah lamaran? Cepet banget tahu-tahu udah pake cincin. Kok nggak ngundang-ngundang gue?” celetuk Arsyi memandangi pada Jati berang. “Tahu-tahu mau nikah aja.”

“Dari awal hubungan kita memang buat menikah kok,” jawab Keyna. “Aku udah sering bilang ke kamu soal hubungan aku dan Jati, kan?”

Keyna tidak sengaja melihat reaksi Jati yang sedikit terkejut.

Arsyi mengulum senyuman pahit. “Semoga lancar rencana kalian. Aku akan menyerah, karena kesempatan buat aku udah 0 banget ya? Aku minta maaf udah menganggu hubungan kalian. Tapi, aku nggak menarik ucapan confess aku di taman, Na.”

“Kamu masih bisa menyelamatkan Tifa. Karena kita memang nggak ada hubungan perselingkuhan. Dia nggak perlu mencemaskan apa-apa.” Keyna mencetuskan sebuah ide.

“Mungkin rumit, dia berhak marah karena kelakuan aku yang brengsek. Aku masih ingin melanjutkan hubungan dengannya, tapi perasaan Tifa juga yang utama. Dia melihat kontak nama Keyna paling atas, dia memaksa minta lihat isi pesannya. Dia marah banget padahal kolom chatnya cuma ada pesan-pesan aku yang nggak dibales sama Keyna.” Mungkin waktu itu memang Arsyi sedang berpikir berantakan dan gegabah.

“Siapa yang nggak akan marah melihat cowoknya ngechat-in cewek lain?”

Arsyi terlihat termenung. “Waktu itu aku mikir begitu, tapi rasanya aneh karena Tifa sama sekali nggak mau mendengar penjelasanku dulu. Tifa kayak nggak mau tahu jelasnya. Dia memutus komunikasi begitu saja setelah kirim pesan membatalkan pernikahan. Dia pindah rumah jadi menempati apartemennya, aku jadi sulit menemuinya.”

“Siapa yang mau denger alasan omong kosong orang brengsek?” komentar Keyna pedas.

“Aku rasa Tifa juga aneh,” timpal Jati kali ini seolah mendukung Arsyi.

Kenapa cowok dengan logikanya seolah tidak paham pada perasaan cewek macam Keyna dan Tifa? Keyna melirik pada Jati dengan kesal.

“Tifa seolah menghindar banget nggak mau tahu lagi itu aneh.” Jati mengangguk kecil.

“Aneh di mananya?” Lantas Keyna mengingat bagaimana dirinya dulu ditinggalkan oleh Dudi. Dia mencari tahu segala info tentang Dudi. Dia berakhir diam saja karena tidak mau dikira mengejar-ngejar lelaki itu. “Ngapain bersikap menyedihkan ngemis nanya-nanya ingin tahu penjelasan? Seolah si cewek desperate dikhianati si cowok. Bukannya bukti kelakuannya yang brengsek udah cukup jelas.”

“Chat itu ambigu, Na, bisa bikin salah paham. Mungkin Tifa kabur karena mengira isi pesannya sudah dihapusin sama lo, Bro. Dia merasa udah cukup tahu dengan asumsinya.” Jati berkomentar.

“Dia nggak percaya sama gue sedikit pun sampe cukup puas dengan asumsinya?” gumam Arsyi. “Kejadian dia melihat isi pesan dan dia menghilang lalu kirim pesan pembatalan itu hanya dalam beberapa hari.”

“Masa iya dia percaya sama cowok yang dikasih hati minta jantung?” cetus Keyna kembali sinis pada Arsyi.

“NA?” Arsyi menghela napas berat.

“Kalo kamu merasa bersalah dan masih mencintainya, temuin Tifa, bilang sama dia kalo nggak ada hubungan apa-apa sama aku.”

“Kesannya aku mengejar dia karena nggak mendapatkan kamu.” Arsyi mendecak.

“Bukannya memang iya?” gumam Jati menambah kekesalan Arsyi. Bagus, sekarang Jati kembali berpihak pada Keyna.

“Apa dia mau dengerin aku dulu? Kamu mau bantuin, Na?” Mata Arsyi memandang penuh harap. 

“Tapi Tifa aja nggak ngejar penjelasan dari aku kalo dia memang pengen tahu apa yang terjadi.” Keyna termenung. “Biasanya cewek main melabrak cewek yang menganggu cowoknya.” Karena Keyna juga pernah melakukannya.

“Iya, dia bodo amatan. Apa aku se-nggak penting itu?” Arsyi menggerutu. Wajahnya tampak sangat tersinggung karena terbukti sudah dihempaskan begitu saja oleh perempuan tanpa babibu.

“Aku nggak peduli akibat dari kelakuan bodoh Arsyi. Aku cuma nggak mau Tifa mikir soal aku yang enggak-enggak. Dari cueknya Tifa, mungkin dia capek dan nggak ada energi untuk mencari tahu hal yang menyakitkan lagi.”

Kontan Arsyi menggeleng. “Ini aneh!”

“Makanya kamu cari tahu, kejar dia!” geram Keyna.

Hanya dua jam mereka berada di kafe itu. Setelahnya Arsyi pamitan untuk ke pergi mencari Tifa. Katanya dia sangat tahu di mana Tifa akan muncul kalau malam minggu akhir bulan. 

Di jalan pulang Jati ingin mengantar Keyna pulang, mereka juga bagai kehilangan energi. Jati tahu-tahu saja membelokkan kendaraannya ke arah daerah puncak. Keyna tidak protes karena itulah yang dia butuhkan.

Mereka sampai di tujuan saat langit sudah gelap. Bisa-bisanya Jati mengajak dirinya untuk masuk ke kebun binatang pada malam hari.

“Memang ada binatang yang kelihatan, Ja?” Keyna terkekeh. 

“Paling pocong sama kunti.”

Kini keduanya jadi tertawa geli. 

Sudah nyaris larut malam saat di perjalanan pulang menuju rumah kost Keyna. Cewek itu tertidur nyenyak dan tersentak kaget saat ponselnya berdering dengan nama sang penelepon adalah Arsyi.

“Halo?”

“Naaaa! Gawat!! Selama ini Tifa curhat dan ceritanya ke Nava.”

Suasana di luar sedang tidak hujan, tapi rasanya seperti ada petir yang menggelegar keras.

Kenapa?? Kenapa selalu orang itu sih?
Bagaimana bisa semua ini terjadi?

Arsyi belum bercerita jelas karena dia sedang bersama Tifa dan ingin menyelesaikan masalah mereka. Arsyi juga belum bisa pulang ke kota mereka malam ini. Lelaki itu menjanjikan akan menghubungi lagi saat sudah berhasil membujuk Tifa. Mereka harus menyelesaikan bersama semuanya.

Di dalam mobil Keyna terus meracau kesal. Dia selalu mengecek ponsel berharap Arsyi akan menghubunginya.

“Sayang, kamu tenang ya. Arsyi pasti juga lagi sibuk dengan urusannya sama Tifa dulu.” Jati menenangkan dengan raut wajah juga sudah ikut cemas dan dingin. Tangannya meremas lembut jemari Keyna.

“Sumpah aku sama sekali nggak kepikiran ke arah sana! Kok bisa terjadi?” geram Keyna sudah mendesah kesal. Matanya sudah membara api kemarahan. “Gimana kalo kita tanya langsung ke Nava? Dia nggak bisa dibiarin!”

“Jangan, Na! Kamu mau ngamuk lagi? Itu terbukti nggak akan menyelesaikan masalahnya. Kamu tahu Nava nggak akan pernah dengerin omongan kamu apalagi takut. Biar Arsyi yang pikirin gimana caranya. Kali ini dia yang dikhianatin sama Nava. Gimana tu orang hadepin si Nava.”

Keyna tertegun. Dia memandangi Jati, rasanya sangat aneh mendapati cowok itu masih mengenal akrab soal Arsyi dan Nava. Memang benar Jati dulu banyak berinteraksi, hanya saja keyakinan ucapan cowok itu tadi menjelaskan sekali bahwa
Jati memang masih ingat betul kedekatan mereka semua.

“Aku harus bagaimana? Bahkan aku udah bisa menebak kalo Nava melakukan hal yang benar-benar busuk.”

Kalau tidak ditahan Jati, Keyna sudah berambisi besar untuk segera pulang ke rumah Pak Darso. Bukan untuk silaturahmi, melainkan ingin menjambak Nava untuk ke sekian kalinya.

Saat Keyna sampai di kosan tidak ada kabar dari Arsyi. Begitu jam 5 pagi bersama dengan alarm berbunyi, dia membaca pesan-pesan yang Arsyi kirimkan satu jam lalu. 

Arsyi:

Siang nanti aku bakal pulang bawa Tifa

Aku dan Tifa mau ketemu sama kamu dan Jati. Kamu jangan ada komunikasi dulu sama Nava, aku takut dia ketakutan dan nge-drama

Aku udah punya rencana

Jati memang benar. Sudah benar dia tidak melakukan apa pun karena emosi dengan kabar buruk itu.

❤❤❤




28 Des 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top