Bab 36

“Yah, tanyain Keyna kalo mau dilamar kita datengnya ke mana?” Jati berseloroh tanpa aba-aba.

Keyna melotot padahal baru saja menyuapkan nasi dengan potongan daging iga beserta kuahnya dari sayur sup masakan buatan Tante Widi. Makanan yang seharusnya enak sekali itu mendadak jadi menyiksa tenggorokan Keyna. Kini dia membeku sebab Jati membahas soal pernikahan.

Keyna nyengir kaku, sedangkan Om Kamil dan Tante Widi tertawa. 

“Ya, kamu yang nanya aja sana. Masa yang nanya Ayah, kayak Ayah yang lamar Keyna.” Om Kamil terkekeh keras.

Keyna nyaris menyemburkan makanan. Kocak sekali dua orang ini. Untungnya Tante Widi juga ikut tertawa.

“Keyna nggak pernah jawab serius, malah nantangin aku. Dia bilangnya, ‘halah, kayak berani aja bawa rombongan keluarga kamu ke aku’. Gitu terus, Yah.” Seperti anak kecil Jati menggerutu.

“Jadi ke mana, Na, kalo kita mau dateng?” Om Kamil menatap pada Keyna serius.

Keyna tertawa. Dia juga bingung. “Pak Darso, Om, hehe.”

Entahlah hanya nama itu yang mampu dia sebut.

Om Kamil tertawa seraya menoleh pada Jati. “Gampang, Nak. Dia teman ayah. Ayah tahu rumahnya. Kita temuin di tempat pemancingan juga bisa.”

Keyna melongo. Apakah semudah itu? Jika iya, cewek itu takut tiba-tiba saja Pak Darso memberikan kabar kalau keluarga Jati sudah ada omongan untuk melamarnya.

“Omongan dulu aja, Yah, nanti secara resmi bisa diatur lagi. Yang penting ketemu Pak Darso dulu, Yah.”  Jati mengedipkan sebelah matanya.

“Mau rombongan diiringi ondel-ondel, Nak Keyna?”

Keyna nyaris menjerit lalu menggeleng cepat. “Enggak usah, Om. Jangan! Aku takut.”

Jati tertawa. “Dia pernah merem dan meluk aku kenceng banget terus teriak-teriak, karena saat pergi sama aku, dia ngeliat ondel-ondel jalanan di Jaktim.”

Cewek itu jadi manyun karena malu mengingat bagaimana kejadian saat mereka masih pendekatan setelah bertemu lagi, Keyna sudah berani peluk Jati erat-erat di atas motor, karena ketakutan melihat ondel-ondel gede banget.

“Keyna pacaran sama Jati serius buat ke arah menikah, kan?” Tante Widi bertanya.

Keyna menjadi berhenti makan. “Iya, Tante.” Senyumnya agak cemas.

“Kamu udah cerita? Soal itu?” Tante Widi memberikan kode aneh pada Jati.

Keyna menoleh pada Jati yang segera tersentak mendengar ucapan ibunya.

“Belum. Secepatnya, Bu.” Jati senyum kecil. 

Keyna kebingungan jadi memandangi Tante Widi kemudian Jati lagi. Ada apa ya??

“Jati udah punya rumah di kluster baru dekat sini. Keyna siap kerjanya jadi jauh?” Tante Widi serius memandangi Keyna.

“Na, aku punya rumah di sini. Tapi, nanti kita pikirin bareng-bareng lagi ya?” Ungkap Jati menganggukkan kepala menenangkannya.

Keyna ikutan mengangguk mantap. “Aku akan resign kerja. Aku yakin nggak akan kuat naek transum. Nanti Jati capek bolak-balik jalanan sampe 20 kilo. Lebih nggak mungkin lagi kalo aku tetap ngekos, akan jadi LDR. Aku udah ambil keputusan ini, Bu.”

Jati segera melotot.

Sebelumnya Keyna belum pernah membicarakan hal ini pada Jati. Hanya pernah sedikit dibahas saat Nava mencecar masa depan hubungan Jati dengan Keyna di acara makan malam keluarga beberapa waktu lalu. Keyna bisa melihat Jati terlihat menjadi murung dan cemas. Kenapa cowok itu??

❤❤❤

“Minggu depan aku mau ke kios, Ja.”

Sudah dijadwalkan dalam sebulan sekali Keyna mengecek kondisi bangunan kosong yang belum laku jua itu. Dia memberitahu Jati agar minggu depan Jati tidak ada rencana besar untuknya.

Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju kosan Keyna, pulang setelah acara perayaan ulang tahun Jati selesai.

“Aku takut kiosku lama-lama jadi lapuk. Huuuh.” Cewek itu lelah menghela napas berat dan matanya menatap kosong pada jendela depan dashboard mobil.

“Mau coba sekali lagi buka usaha kafe?” tanya Jati memperhatikan gelagat aneh Keyna.

“Kapok. Aku nggak bisa. Bukan passion-ku.” Geleng cewek itu lesu disertai desisan sedih.

“Kamu pengen usaha apa? Bangunan itu lumayan kalo kita segera bisa manfaatkan, daripada,” Jati menggantung ucapannya. Mungkin tidak tega mengungkapkan dengan lugas. “Apa pun itu, aku akan bantuin. Asal kamu bahagia jalanin usahanya.”

“Aku nggak kerja lagi nggak apa-apa. Semoga aja dapet kerjaan yang dekat rumah kita nanti.” Keyna melemparkan senyum simpul.

“Masih bisa kita pikirkan lagi bersama. Rencana masa depan kita bagaimana. Pasti akan ada jalan keluarnya. Kalo dalam seminggu 3 kali aku nganter dan jemput kamu di tempat kerja, aku masih sanggup. Kerja di perusahaan pabrik gede kayak tempatmu gajinya gede. Sayang banget kalo kamu lepas, Na.”

Keyna memandangi Jati yang terlihat muram. Sangat terlihat kalau Jati sedang cemas dan tidak enak hati. Sangat takut Keyna mengambil keputusan resign kerja itu sangat berat dan menyakiti hati Keyna.

“Ja…,”

“Na, kita bisa kontrak rumah di daerah yang tengah-tengah, dekat dengan kantor kamu bekerja dan kantorku. Gimana?”

“Ja, kamu kan punya rumah. Masa nggak dipake? Aku udah yakin setelah menikah akan resign. Aku nggak akan membiarkan kita LDR atau kamu kecapekan nganter-jemput aku jauh-jauh.”

“Pilihan lainnya, kita ambil rumah yang daerahnya bisa dekat dengan kantormu dan kantorku.”

“Ja….”

“Rumahku bisa dikontrakin ke orang.”

“Aneh banget kalo gitu.”

“Aku nggak mau egois. Ini puncak perjuangan usaha kamu dalam berkarir.”

Sekali lagi Keyna meyakinkan Jati kalau keputusannya untuk resign dari kantor yang sekarang adalah pilihan yang terbaik.

“Maaf, Na, kemarin aku nggak pernah cerita aku udah ada rumah di dekat rumahku.” Jati benar-benar tidak enak hati dengan matanya semakin muram menggelap.

“Aku tahu kamu bukan orang yang suka pamer.” Keyna merasa tidak ada yang salah malah bercanda hal itu pada Jati.

“Karena aku mau kasih info itu sebagai kejutan. Tapii, tadi Ibuku malah bocorin.”

“Kejutan apa? Ultahku udah kelewat.”

Jati nyengir malu-malu. “Kalo saat aku lamar kamu, dan kalau kamu terima lamarannya.” Keresahan akibat masalah tadi perlahan menghilang.

“Memang kamu bakal ngelakuin lamar aku dengan adegan berlutut buka cincin? Adegan melamar yang kayak di novel dan film itu?”

Jati berkedip panik. “Kok kamu sangsi aku akan melakukan hal yang kayak gitu?”

“Aku kira kamu yang simple aja. Langsung sat-set.”

“Pertama aku akan memastikan dulu, kamu memang mau menikah. Kedua, aku akan melakukan adegan itu. Kalo aku nggak memastikan sejak awal, aku takut ditolak.”
 
Keyna mengangguk. “Benar juga.” Tiba-tiba dia teringat sesuatu. “Bukannya sejak awal kita udah sepakat ini hubungan serius. Kenapa kamu kayak meragukan aku?”

Jati terdiam. Cukup lama sampai rasanya ada hal yang dipikirkannya. Apakah ada yang mengganggu pikirannya?

“Apa aku kelihatan nggak potensial? Dan kamu ingin aku melakukan persiapan sejak awal agar bisa lebih lama sampai waktunya nanti?” terka Keyna.

Kontan Jati gelagapan dan menggelengkan kepala dengan gerakan cepat. “Bukan. Enggak ada masalah soal itu kok, Yang.” Kalau sudah pakai panggilan manis pasti lagi berusaha menenangkan.

“Kenapa kamu takut aku akan menolak ajakan menikah kamu?”

Mungkin inilah situasi yang tepat karena Jati tidak segera mengelak tudingan itu.

“Kamu takut aku belum siap masuk dunia pernikahan ya?” Keyna nyengir kecil.

“Nggak ada masalah, Na. Aku cuma takutnya kamu siap nikahnya dalam beberapa bulan lagi. Aku akan selalu memberi kamu ruang dan waktu buat mempersiapkannya. Karena aku yakin, kita ini akan layak sampai waktunya nanti. Waktu persiapan kita akan lebih banyak ngasih kita kesempatan untuk menjadi lebih baik. Bukannya sejak awal kamu nggak sempurna jadi aku memaksa kamu jadi berubah. Tapi, aku ingin, kita selesai dengan ego masing-masing dulu. Selesai dan berdamai dengan masa lalu, terutama. Aku kepikiran berat kalo kamu sampe resign kerja, maski kamu udah ikhlas memilih itu.”

Entah mengapa Keyna mendadak jadi membeku. Seolah Jati mengetahui apa yang tengah terjadi padanya, dan ini bukan soal karir Keyna. Jelas sekali ucapan lelaki itu tidak sinkron. 

Ja, ini bukan soal aku resign kerja, kan? Apa yang kamu tahu??

Keyna tidak menyela lagi. Dia tahu ini bukan soal ego atau keinginan-keinginan yang ingin dicapainya selagi masih ada waktu sebelum menuju langkah pernikahan.

Keyna tidak berani membuka cerita.

Mungkin kah ini soal Arsyi?

Kenapa dia takut berkata jujur malah membuat Jati marah. Dia takut disalahkan oleh Jati karena bagaimana bisa Arsyi berpaling mencecarnya ngajak bertemu.

Bagaimana jika Jati akan menuduhnya berselingkuh diam-diam dan selama ini sudah berbohong? Saat sudah parah seperti sekarang malah pusing sendiri dan baru cerita. Keyna sangat takut Jati akan marah besar dan memutuskan hubungan ini.

“Ja, aku udah berapa kali ambil risiko besar dan menghadapi banyak hal berat. Jangan meragukan aku.”

“Habisnya kamu sering mengelak kalo aku bahas itu.”

“Kamu kayak bercanda aja sih!!” Tepis Keyna.

“Itu kode. Aku takut pas eksekusi, kamu malah nolak. Aku mati muda gimana?”

“Sembarangan!!!”

Ponsel Keyna berbunyi. Cewek itu mengeceknya. 

Arsyi:
Kata Ibu kamu lagi ada di sini, ke rumahnya Jati
Ketemu yuu Na

Sejak kapan Arsyi menjadi orang gila seperti ini?

❤❤❤


17 Nov 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top