Bab 29

Susah mengajak Keyna keluar dari sarang karena dikira selalu sibuk di kafe. Begitu bisa muncul berbaur dengan kawan lama, karena kafenya sudah bangkrut dan tutup.

Saat ini Keyna lagi reuni kecil-kecilan sama Lisna, Mia, dan Putri. Mereka bertemu untuk makan siang di warung pasta terkenal di kota yang letaknya berada di tengah-tengah peta, sehingga Keyna tidak bisa kabur dari ajakan teman-temannya.

“Enakan jadi anak buah emang bener sih, nggak perlu muter otak banyak-banyak,” cetus Mia.

“Kalo bos yang kejam dan pinter tuh enaknya bisa memperkaya diri. Keyna mana bisa kejam,” sahut Lisna. “Kalo kejam dikit, bisa dapet untung gede tau.”

Keyna mengiyakan dengan anggukan pelan. Tapi dia tidak akan menyetujui ide kejam itu.

“Enakan jadi istri orang kaya, nggak perlu kerja,” celetuk Putri.

Omong-omong yang sudah menikah si Putri bahkan juga ikut, dia lah alasan penting Keyna harus banget dateng. Perempuan yang sudah menikah itu saja masih bisa bebas, maka Keyna yang belum ada ikatan sah juga harusnya lebih bebas. Sebab dalam kamus zaman dulu pernikahan itu artinya penjara. Memenjarakan kebebasan. Belum lagi saat nanti sudah memiliki anak, akan lebih susah lagi untuk bertemu.

“Lo sendiri kok masih kerja?” sahut Mia bertanya pada Putri.

“Gabut, lagian gue baru nikah banget. Ntar aja kalo gue udah mulai ada masalah karena gue sibuk kerja,” jawab Putri santai.

“Belum pengen punya anak lo ya?” Mia menjawab lagi.

“Kita mau pacaran gemas dulu,” jawab Putri
.
“Gue bakal tetep kerja setelah nikah nih, rumah mahal banget,” desis Lisna mengeluh.

“Gue juga sih, sekolah anak aja mahal.”

Lisna mengangguk setuju pada ucapan Mia.

Lalu bagaimana Keyna merangkai masa depannya ya? Diam-diam dia sudah membayangkan uang warisannya keluarganya akan digunakan untuk usaha kontrakan atau kosan. Tapi harga tanah saja mahal banget. Dia akan menabung sisanya untuk tambahan tabungan pendidikan anak. Keyna sudah membayangkan memiliki anak lucu dengan Jati.

Mereka sudah sepakat hubungan itu untuk jenjang menikah, meski belum tahu kapan menikahnya, karena meski Jati pernah menggoda ingin nikah cepat. Lelaki itu belum melamarnya juga. Keyna juga bimbang. Dia ingin menikah, tapi belum bisa cepat-cepat. Dia masih ingin kerja di tempatnya sekarang sementara lokasinya jauh. Menikah memiliki arti akan melakukan LDR atau berhenti bekerja.

Guys, kalo ada kenalan yang butuh tempat buat buka usaha di Bogor, rekomenin aja kios gue. Minggu kemarin ada yang lihat-lihat, ternyata dia nggak cocok sama tempat lokasinya. Padahal gue cocok aja sama harganya,” ujar Keyna.

Mas Gilang yang minggu lalu datang untuk melihat kiosnya mengungkapkan bahwa tidak cocok dengan kios itu. Keyna tidak apa-apa, semoga saja akan ada yang datang dan cocok menyewa kios tersebut.

“Coba lo sekali lagi usaha, Na. Dagang yang harganya lebih merakyat,” usul Lisna.

“Misalnya?”

“Karedok atau gado-gado.”

Keyna menahan agar tidak batuk-batuk karena tersedak ludah. “Itu di bisa jualan di halaman lapangan atau pos kamling. Nggak perlu di kios gede kayak kafe gue itu.”

Lisna nyengir. Keyna menahan diri tidak berdecak sebal.

“Usaha coffee shop sekarang emang banyak, tapi susah bertahan, Na.” Putri bersuara.

“Gue nggak terlalu berminat kalo kopi-kopian.”

“Jual teh sisri atau pop es kalo gitu,” celetuk Mia.

“Huhh, kalian mendingan diem daripada ngomong hal yang aneh-aneh deh.”

Semuanya cekikikan, memang bertujuan ngeledek Keyna. Kemudian Keyna diam saja sebab dia sedang berpikir akan sesuatu, di ponselnya tepatnya di grup keluarga yang berisi Pak Darso, Bu Sanna, Nava, Arsyi, dan juga dirinya, sedang ada keramaian sampai ada banyak pesan masuk. Keluarga itu ingin makan malam bersama hari ini.

Keyna belum menjawab dan kontaknya sudah ditandai terus oleh Arsyi di grup itu supaya notifnya terus muncul. Dia bisa beralasan sedang pergi jauh, tapi nanti saja membalasnya, dia ingin kelihatan tak peduli. Belakangan ini entah mengapa dia jadi terlibat banyak interaksi dengan keluarga itu, dia takut ini akan membawanya pada masalah, sebab si sumber masalah masih ada di sana.

“Na, lo ada cowok, kan? Kita sering liat update-an lo gitu, waktu lo ultah disurprise-in siapa si? Yang lo foto kue ultah!” Putri menginterogasi. “Mata gue yang jeli ini menangkap ada tangan cowok di salah satu foto kompilasi buatan lo.”

Keyna yang tadi sedang minum lemon soda nyaris menyembur. Dia segera nyengir gugup. Saat dia berulangtahun, Jati memberikan kejutan saat mereka makan malam romantis di restoran. Hari itu juga di mana Jati menyatakan perasaan mengajaknya berstatus untuk pacaran.

Hanya dalam waktu satu bulan setelah bertemu lagi di kandang rusa, Keyna berani memberikan kesempatan hidupnya untuk memulai lagi dengan orang baru. Keyna merasa cocok dengan Jati, jadi ya sudah se-mudah itu cara jadiannya. Hubungan masih baru tidak enak kalau dipamerin ke orang-orang.

“Jangan bohong lo ya! Soalnya di kantor ada desas-desus kabar miring juga soal lo,” ungkap Mia dengan tatapan serius.

Lisna dan Putri kompak menatap Mia dengan sorot melotot, ketakutan dan kaget.

“Desas-desus apaan? Gila aja gue kan udah gak di sana, masih diomongin terus aja.” Keyna tertawa sinis. 

“Makanya lo cerita ke kita. Pas kita denger tuh gosip jadi kayak, apaan deh tuh gosip.” Putri menimpali. “Kita aja nggak tahu apa-apa!”

“Kata orang-orang lo ngerebut calon suami Nava. Padahal laki-laki itu pilihan bapaknya buat Nava. Waktu itu si Lolla sama Metty dan Jihan, rame banget pada ngomongin Nava soalnya. Mereka kasihan sama Nava tapi sekalian ketawain juga. Cowok kece yang nemenin dia kondangan ke nikahan Putri itu berduaan sama lo di kafe. Bener kagak itu gosipnya?” Mia memandang Keyna menanti jawaban.

“Kalian percaya sama gue nggak?” tanya Keyna sambil mendesah lesu.

Ketiga temannya itu mengangguk. Keyna berusaha bodo amat dengan gosip itu karena yang penting para temannya tidak percaya. Maka dia harus menjelaskan ceritanya dengan jujur.

“Gue awalnya juga heran, itu cowok dikenalin ke Nava, tapi malah sukanya sama gue. Dia deketin gue pas udah say goodbye pamit mundur ke Nava kalo mereka nggak cocok buat berhubungan. Emang gue salah ya kalo buka kesempatan jalan sama cowok itu dan kita ternyata cocok?”

Namanya jalan hidup, siapa yang bisa mengatur sih kalau Jati malah jatuh cinta pada Kenari dan juga sebaliknya.

“Ohhhh, gitu.”

“Nggak salah si, Na.”

“Ya kadang ketemu jodoh jalannya emang nggak bisa diprediksi.”

“Cuma ini lo kontroversi banget sih.”

Keyna hanya nyengir malu. Agak tidak enak hati. Dia tidak tahu semua ini benar atau salah.

“Lo juga pernah disebut-sebut di gosip lain. Lo sih jarang mau diajak nongkrong! Ini yang paling cetar soalnya tentang Mas Dudi.” Lisna semakin memanasi acara gosip.

Keyna mendesah sebal. Ngapain sih membahas lelaki itu?

“Si Sofia, lo inget kan si istri Mas Dudi, dia keguguran lagi, Na. Info yang beredar mereka berdua selalu mimpi lihat lo yang mengambil janin dari kandungan Sofia.”

Kali ini Keyna benar-benar menyemprot minuman soda lemon itu dan mengambil tisu untuk mengelapnya. “Keguguran lagi? Bukannya pas Putri nikah itu istrinya lagi hamil? Gue ketemu dan sempet ngobrol dikit sama mereka. Dudi yang ngajak ngobrol ngasih tau kalo istrinya lagi hamil. Gue sih ya terpaksa aja dengerinnya.”

Mimpi apaan itu, kok menyeramkan sekali? Mana menggunakan wajahnya.

“Itu hamil kedua, Na.”

Mata Keyna membulat nyaris lompat keluar. Kasihan sekali mengalami keguguran sampai dua kali.

“Abis kalian ketemu di acara nikahan gue, Sofia mimpi buruk itu, stres dan keguguran lagi. Jadi bahan gosip hot di kantor. Mereka digosipin katanya kena tulah karena bikin lo sakit hati dan mimpi buruk terus jadinya.”

“Apaan?” Keyna menyela tidak terima dibilang begitu. Dia sampai menyahut dengan nada suara tinggi. “Nggak ada sangkutannya sama gue.”

“Gue denger dari si Metty, kata si Nava lo ada keturunan orang pinter, Na. Itu kerjaan leluhur lo yang nggak suka cucu cicitnya dijahatin orang. Hahahaa.” Mia ngakak hebat. “Siapa yang percaya sih? Kalo berhubungan sama mistis memang menarik. Tapi ini lucu.”

Keyna melotot. Emang anjing si Nava! Dia menjadi semakin emosi dan memiliki hasrat besar ingin menjambak cewek itu lagi.

“Kok jadi gue yang dikira jadi pelaku kejahatannya?” gerutu Keyna kesal. “Masih aja jadi bahan gosip padahal udah nggak di sono. Iyuhh.”

“Ho’oh, bener banget, Beb, padahal itu hasil tuai tabur kelakuan dulu si Dudi dan Sofia sendiri,” timpal Lisna dengan suara keras.

❤❤❤

Jujur saja setelah mendengar kabar kalau Nava bertingkah cari masalah lagi, emosi segera memenuhi sekujur tubuh Keyna. Karena bisa-bisanya cewek itu bertingkah munafik lagi.

Waktu itu di depan Bapak sok baik dengan mengatakan sudah selesai dengan Jati. Tapi, malah asyik bergunjing di belakangnya.

Bukan hanya itu saja, perempuan culas itu kembali mengumbar rahasia keluarganya. Disangkutpautkan ke kejadian aneh yang dialami Sofia, si istrinya Dudi. Semua orang pasti langsung percaya kalau kejadian itu memang ulah Keyna saat ditambahin bumbu penyedap dari Nava kalau keluarganya merupakan keturunan orang pinter.

Keyna memiliki rencana, dia memutuskan untuk pulang ke rumah Bapak dan mau ngomong sama Nava. Kebetulan ada ajakan Bu Sanna dan Bapak untuk pulang ke rumah mereka. Sebenarnya acara makan malamnya di rumah Bu Sanna yang ruko toko ATK-nya. Rumah yang digunakan untuk berdua. Sedangkan rumah Bu Sanna yang asli ditempati oleh Arsyi sendirian, rumah besar yang waktu itu dijadikan tempat pesta ulangtahun. Begitulah kelakuan orang puber kedua, tidak mau diganggu dan pindah ke rumah yang lain tidak mau diganggu. Tidak mungkin menempati rumah Pak Darso karena ada kesinisan Tante Sari yang tidak merestui pernikahan mereka.

Keyna tidak akan bilang tentang kedatangannya ke rumah Bapak. Biarkan menjadi kejutan untuk Nava. Dari info di grup keluarga, perempuan itu baru bisa berangkat ke rumah Bu Sanna jam 17.30. 

Acara reuni Keyna sudah bubar sejak pukul 3. Cewek itu segera menuju stasiun yang tidak jauh amat dengan lokasi warung pasta. Dia akan segera pulang ke rumah Bapak dan melabrak Nava. Mampus!!

Di grup masih aktif beberapa pesan masuk yang membahas Keyna. Ada Arsyi juga yang nimbrung di pembahasan itu. 

Bu Sanna:
Katanya Keyna udah punya pacar, bener yaa?
Keyna lagi mau malming ya atau lagi jalan-jalan ni? 
Kok nggak muncul?

Bapak:
Keyna lagi jalan-jalan sama pacarnya sampe sibuk banget gitu
Hehehe

Nava
Kok ga dikenalin ke kita sih? : )

Arsyi:
Pacarmu siapa?
Orang mana Na?
Diem-diem aja punya kabar bahagia

Keyna mendengus lelah saat membaca pesan-pesan itu, memang dia masih menutupi hubungannya dengan Jati. Istilahnya belum go public. Lagian juga baru dan masih labil. Siapa tahu tidak cocok lagi. 

Perihal kepulangannya ke rumah tempat dia dibesarkan juga dirahasiakan pada Jati. Nanti tahu-tahu lelaki itu muncul juga karena sudah beberapa hari lagi rewel banget minta ketemu. Dan, hari ini Keyna pamit bilang pergi buat datang ke acara reuni geng kerjanya itu sampai malam. Bukannya tidak mau bertemu Jati, rencana reuni itu memang rencananya mau sampai malam. Tapi, Putri diminta cepat pulang oleh suaminya. Acara reuni pun bubar tidak sesuai rencana. 

Keyna juga bisa cepat pulang untuk menjumpai Nava menyelesaikan masalahnya. Keyna tidak mungkin nanya ke Nava perihal gosip itu saat ada orang lain apalagi di acara makan malam bersama. Makanya Keyna ingin pulang ke rumah Pak Darso. Mencegat Nava di tengah jalan yang lagi bawa motor juga tidak mungkin. Kayak tukang begal. Kalau mengajak bicara baik-baik dengan chat pasti cewek itu akan mengatur drama atau laporan ke orangtuanya kalau dirinya akan dilabrak Keyna lagi.

Saat jarum jam menunjukkan pukul 17.15 Keyna sudah tiba di halaman rumah Nava. Perempuan itu sedang mengeluarkan motornya. Nava terlihat terkejut melihat dirinya masuk ke pekarangan rumah semakin mendekatinya, cewek itu segera berpaling sok cuek melengos masuk ke dalam rumah meninggalkan pintu tetap terbuka dengan motor berada di teras.

Keyna ingin masuk ke dalam rumah bersamaan dengan Nava segera muncul sedang melangkah keluar.

“Acaranya di rumah toko Ibu Sanna. Ngapain ke sini? Kamu nggak baca grup?” tanya Nava dengan wajah mau tertawa. 

Mungkin mengira jika Keyna sudah salah tujuan. Muka Nava sudah berusaha tapi masih terlihat tertawa merendahkan.

“Aku ke sini bukan karena acara itu. Aku mau ketemu sama kamu,” jawab Keyna dengan suara lantang.

“Ngapain?” Nava mendongakkan dagunya angkuh. Matanya mendadak berkilat marah. Suaranya agak bergemetar seperti takut.
Sebuah sikap yang aneh kalau sampai takut. Pasti memang ada salah dan sedang ketakutan kelakuannya sudah diketahui.

“Kamu kira aku nggak tau apa yang kamu omongin ke orang-orang. Munafik banget sok baik depan aku pas ada Bapak. Taunya nyebarin info nggak bener lagi!” seru Keyna sudah tidak sabar, dia nyaris menjerit.

“Apaan sih nuduh-nuduh aku? Emang aku ngapain?” Nava bertanya balik dengan dengusan kesal.

“Aku tau kamu ngomong ke teman-temanmu soal aku yang deket sama Jati. Heh, cowok itu deketin aku setelah urusannya sama kamu itu udah selesai. Segala nyebarin rumor kalo aku yang ngerebut!” seru Keyna lantang.

Cie, berasa orang penting dan terkenal sampai digosipin sana-sini.

Keyna memandangi Nava yang berdiri diam saja dengan mata memandang ke arah lain dengan rahang bergemeletuk. Seolah ocehan Keyna itu tidak penting dan tidak akan mengubah apa-apa. Keyna juga tahu dia tidak akan mendapat jawaban atau respon yang baik, dia hanya ingin marah saja pada Nava.

“Katanya udah nggak berminat sama Jati. Tapi masih ngomongin kita. Lucu!” ledek Keyna.

Jangan-jangan ucapan Nava soal pacar barunya juga suatu karangan indah untuk menjaga harga dirinya? Sekarang emosi karena cemburu berat??

“Ada apa ini ribut-ribut? Keyna, kamu ngapain bentak-bentak Nava?” Suara Tante Sari membelah keheningan panjang itu.

Efeknya Nava segera memasang wajah memberengut ingin menangis segera berlari menuju Tante Sari. Cewek itu memeluk dan menerima pelukan penuh perlindungan dari Tante Sari.

“Tante, Keyna tu, dia—” Nava terisak-isak nangis. Cuma beberapa tetes yang keluar karena itu tangisan palsu.

Dih, aktingnya jelek!

“Kamu tuh hobinya mengganggu dan marah-marah aja! Ada masalah apa sih kamu jadi tempramen begini?” tanya Tante Sari galak dan penuh nada bentakan. Suaranya menggelegar keras. Matanya melotot dengan wajah memerah.

“Loh, yang bermasalah itu dia!” balas Keyna langsung menunjuk pada Nava.

“Kurang ajar banget kamu! Nggak tau diuntung! Jahat banget sama Nava!” pekik Tante Sari.

“Dia yang jahat!” Keyna menunjuk Nava dengan mata melotot marah. Bisa saja akan keluar menggelinding.

“Kamu nggak pernah tahu rasa terima kasih atas kebaikan keluarga ini! Selalu berantem sama Nava.”

Keyna menahan kekesalan yang menyesakkan dadanya, matanya sudah memanas dan menciptakan efek buram.

Nyebelin banget Tante culas ini!

Cewek itu mendesah kasar dengan mata menatap penuh kebencian pada Nava, tangannya terkepal erat di samping pahanya. Nava memandanginya juga dengan tatapan sok lesu dan lemah. Sedangkan Tante Sari masih menatap marah dan siap untik ribut.

Lalu Keyna milih pergi melenggang menuju pagar depan rumah. Tidak peduli pada suara teriakan Tante Sari.

“Kamu sadar diri dan bisa jaga sikap! Kamu nggak punya rasa malu??”

Keyna terpojok karena ocehan Tante Sari yang ikut-ikutan, yang pasti masih menyimpan rasa marah dan kesal padanya atas kejadian waktu itu. Seperti dua lawan satu. Keyna segera melangkah pergi dari rumah itu dengan berjalan cepat.

Sambil menangis terisak-isak menghubungi Jati yang menyapanya dengan suara rendahnya dan lesu. Keyna menduga selama beberapa jam ini Jati menghilang karena tertidur pulas. Sekarang dibangunkan oleh dering telepon darinya.

Saat mendengar Keyna berbicara ingin bertemu sambil menangis heboh, Jati segera merespon dengan rentetan ucapan menanyakan mengenai keadaan dan keberadaannya.

❤❤❤

Naek tensi dulu

14 Sept 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top