Bab 25
Apakah ini sudah selesai? Dengan cara ini begitu saja akhirnya?
Salahnya sendiri, setelah kejadian pembicaraan dengan Kenari di halaman kafe itu saat sebelum sakit dan ada banyak waktu malah menjauhi Kenari. Saat sedang sakit begini jadi makin kangen.
Boleh kangen nggak? Apa itu wajar kalo kangen sama orang yang baru dikenalnya?
Meskipun dikenal hanya sebagai orang asing, Jati sudah tahu banyak cerita soal Kenari. Seolah dia sudah mengenal Kenari seumur hidupnya. Jika mengurutkan alur hidup Kenari, mungkin dia masih ingat.
Kenari itu warna identitasnya biru. Hanya itu cerita yang paling imut. Kenari satu kampus dengan Arsyi dan Nava. Satu fakultas dengan Arsyi. Mereka berteman baik. Kenari yang usil, tapi juga dingin. Hangat, tapi bukan padanya. Kenari suka jus alpukat. Kenari lebih suka nulis cerita fiksi dibanding membuat video. Kenari yang payah mengambil foto. Tidak bisa membedakan mana boneka babi atau sapi. Kenari terlihat membencinya, tapi mengambil semua barang hadiah darinya. Kenari yang makan cilok lalu celemotan kecap.
Dan, utamanya cewek itu tidak bisa ditebak.
Meski selang infusan itu mengurungnya tidak akan bisa ke mana-mana, pikirannya yang tanpa bisa ditahan melalangbuana membayangi banyak hal.
“Jangan dipikirin soal kerjaan, Jat. Kerjaan bisa dicari. Kamu satu-satunya anak Ibu.”
Jati yang sedang memandangi langit-langit rumah sakit tersentak kaget dan jadi menoleh ke asal suara itu. Ibunya memandangi dengan cemas. Mata Jati yang memandang kurang jelas karena tidak memakai kacamatanya itu semakin menyipit. Saat tadi pagi pergi ke toilet, dia bisa berkaca, meski bayangannya tidak jelas dia melihat dirinya sudah memprihatinkan. Bibir kering dan pucat. Mata sayu makin menyipit. Rambut berantakan dan lepek. Ya namanya juga orang sakit.
Bukan kerjaan yang dia pikirkan. Bosnya sudah berbaik hati membiarkan dirinya bed rest setelah tubuhnya mengamuk berakhir menjadi masuk rumah sakit harus rawat inap sudah beberapa hari ini.
“Kamu melamun terus, ada apa, Jat? Ada masalah besar?” tanya ibunya seraya mendesah lesu. “Kalo stress mulu, kapan sembuhnya?”
“Namanya juga orang sakit, Bu. Gabut begini.” Tidak heran. Katanya, orang dewasa duduk-duduk dikit tanpa aktivitas bisa tahu-tahu menjadi bengong. Apalagi orang sakit yang lagi galau dan tidak mood ngapa-ngapain ini.
“Jangan melamun gitu. Ibu takut.”
Jati mendelik. Apa yang Ibu takutkan ya? Apa ibunya takut dia mau mati? Astaghfirullah.
“Cuma lagi kangen seseorang,” aku Jati dengan jujur.
“Ceritain ke Ibu dong. Cewek mana yang akhirnya berhasil menarik perhatian kamu ini? Ibu jadi penasaran siapa yang bisa cocok sama kamu.” Ibu tersenyum kecil. “Dia nggak ke sini, Jat?”
Bibir Jati yang pucat dan kering hanya senyum simpul. Mata sayunya makin menunjukkan kesenduan mendalam. “Kita ini rumit.”
“Ada masalah sama dia? Jangan-jangan kamu sakit tipes ini karena mikirin dia.” Ibu tersenyum menggoda.
“Mungkin karena kerjaan juga,” tukas Jati cepat.
“Jadi siapa cewek itu? Ibu udah penasaran.”
“Keyna. Kenari. Ibu tahu orangnya.”
Mata ibunya segera melebar tak percaya dengan mulut sedikit terbuka. “Yang bener? Gimana ceritanya?”
Jati mengingat apa yang membawanya pada cewek bernama Kenari, semuanya terjadi dalam beberapa bulan itu. Dimulainya sejak hari di mana Jati berani memutuskan selesai pada Nava karena tidak menemukan ketertarikan. Alias Jati tidak mau dekat-dekat dengan cewek itu lagi. Yang dia rasakan justru perasaan tidak nyaman, mengapa dia harus tahu rahasia seseorang yang tidak dia kenal amat bahkan tahu dari orang lain? Rasanya tidak pantas hanya dengan mendengarkan cerita saja terlebih itu tidak benar.
Jati memutuskan sesuatu itu dengan secepatnya. Dia minta maaf pada Nava ingin menyatakan jika mereka cuma bisa cocok jadi teman. Dia lelaki yang dikenalkan dengan baik-baik maka saat pergi juga harus baik-baik.
Seminggu kemudian, saat Nava pulang ke rumahnya, Jati mengajak untuk bertemu dan mereka ngobrol di kedai es krim. Melihat Nava yang sangat ceria saat makan es krim dan bercerita soal teman kantornya, jadi urung mengatakan hal itu.
Jati tidak mau kehilangan kesempatan. Dia membuka obrolan agar mereka membicarakannya di mobil saat jalan pulang. Agar hari itu juga semuanya selesai.
“Va, kamu suka sama aku nggak?”
“Suka, Mas. Eh, kenapa?”
Jati tahu Nava tidak tertarik amat dengannya. Maka dengan segala keberanian yang sudah membakar dirinya, dia berujar lancar. “Va, semua ini demi kepentingan bersama. Aku lihat kamu cuma jadiin aku sebagai teman. Teman main. Aku nggak merasa kamu suka apalagi menjadikan aku sebagai calon suami kamu. Kalo kita nggak cocok gini, kita stop aja ya?”
Jati tidak mungkin jujur rasa tidak sukanya pada Nava karena sifat dan sikap cewek itu yang tidak membuat nyaman. Mungkin saat ini Nava sangat baik padanya, mengingat pada hubungan dia dengan Kenari dan Riesa, bisa saja suatu saat nanti dia yang akan jadi korban atau bermasalah.
“Ya, karena aku memang belum mau nikah amat, Mas. Minimal 2 tahunan lagi. Bapak bilangnya mau ngenalin aja, nggak maksa aku buat nikah cepat-cepat, makanya aku iyain aja kenalan sama Mas. Kirain Mas nggak pengen nikah cepet. Kalo pengen nikah cepet harusnya bilang Bapak dari awal. Aku kira cuma pengen kenalan aja, beruntung kalo cocok. Ya udah kalo Mas merasa kita nggak cocok, apa nggak terlalu cepat merasa begitu?” Nava memandangi Jati dengan tatapan terluka dan mata mulai berair menciptakan gambaran bayangan di depannya.
“Kamu nggak tertarik sama aku apalagi pengen nikah sama aku. Maunya pacaran 2 sampe tahunan lagi? Aku tahu aku pilihan ke sekian, yang cuma akan masuk list daftar teman cowokmu itu selagi kamu mencari kecocokan kita. Kalo aku ternyata punya nilai lebih dibanding teman cowokmu yang lain, ya mungkin suatu saat ya pasti bisa jadi prioritas kamu. Aku nggak suka dijadikan perbandingan. Aku nggak ada saingan lain.”
Jati inginnya bilang jujur, ogah lanjut sama lo, soalnya lo nyeremin sih!
Jika Nava merupakan cewek normal pun, rasanya dia juga meragukan perasaan cewek itu padanya.
“Mas, aku kan cewek yang punya standar soal pasangan. Memang nggak boleh nyari yang sesuai nilai-nilaiku?”
Tuhkan benar. Ternyata Nava memang tidak suka amat padanya. Masih mencari seseorang lain yang sesuai dengan kriterianya.
“Memangnya aku cewek kebelet nikah, yang nanti akhirnya malah jadi gagal karena ternyata salah pilih?” Nava menutupnya dengan tawa kecil sinis penuh makna.
Jati tahu apa maksud ucapan dan tawa penuh dosa itu.
“Kamu punya banyak pilihan, Va. Lutfi? Indra? Iqbal? Yudi? Naufal? Bahkan aku apal nama-nama teman yang sering nelpon kamu itu. Sedangkan aku nggak punya pilihan lain. Aku nggak suka itu. Ini nggak adil.”
Nava mulai menangis dan memalingkan wajahnya ke arah jendela menatap jalanan dan bangunan pinggir jalan. “Aku nggak layak dicintai ya? Apa Arsyi ngomongin hal yang jelek-jelek tentang aku?”
Jati menjadi heran dan membatin kesal, “itu mah kelakuan lo!”
“Kamu udah akrab sama Arsyi, kan? Arsyi tuh nggak suka juga sama aku. Soalnya aku dulu dianggap jadi penghalang. Pas kuliah aku juga pernah suka sama Arsyi, dan Keyna pernah jaga jarak karena diam-diam memendam perasaan. Arsyi kesal soalnya kehilangan fansnya.”
Jati menahan agar tidak tersedak ludahnya karena ucapan Nava yang lagi kesal itu. Dia tidak habis pikir, ternyata Arsyi yang masih mau berhubungan baik dengannya sebagai saudara itu juga bisa dikata-katain jelek.
Nah, ini dia!!! Ini maksud gue, sikap ini yang nggak gue suka, tapi gue nggak bisa bilang.
Jati melongo dengan degub jantung berdebar tak karuan saat mendengar Nava yang masih ber-monolog.
“Arsyi itu seneng disukain sama Keyna. Tapi dia nggak suka balik. Cowok itu cuma seneng punya teman-teman cewek yang suka sama dia. Saat Keyna mulai lupain dia, dia sok baik dan nemenin Keyna pas jatuh karena Awan dan ribut sama aku. Jago baperin orang. Kamu pasti denger cerita tentang aku dari Arsyi, kan? Ngaku aja, Mas!!”
Woii, lo bisa diem nggak, jangan ngomongin orang dengan hal yang negatif terus!!!
Jati lelah dengan semua ini. Dengan si Nava, maksudnya.
“Va, ini nggak ada sangkutpautnya sama Arsyi,” tutur Jati dengan suara pelan. Mencoba lembut. “Bukannya tadi kita memang udah bicara, kalo kita memang nggak cocok?”
“Yaa! Oke! Kita memang nggak cocok, Mas. Aku nggak nyesel kenal sama Mas kok. Tapi mungkin benar, kita memang nggak cocok. Mas terlalu kalem dan pendiam buat aku. Aku juga merasanya kaku kalo interaksi sama Mas.”
Jati tahu, mana mungkin cewek itu galau setelah perpisahan perasaan hari ini. Dia tahu Nava tidak suka amat padanya. Dari gelagat Nava yang mulai biasa saja seperti sudah biasa melalui hal ini. Sudah berapa banyak cewek ini closure dengan cowok-cowok?
“Makasih ya, Va, atas hari-hari kebersamaan kita.”
Setelah memulangkan Nava ke rumahnya, Jati sempat merasa bersalah melihat Nava yang menunjukkan kegalauannya di postingan history Whatsapp dan IG story.
Hati Jati sempat bergetar tidak enak. Dia sudah jahat memutuskan hal itu tanpa bisa jujur dengan keadaan aslinya. Dia sempat tertegun mengetahui jika Nava sangat sakit hati dan galau karena kejadian malam itu.
Apa terlalu cepat jika menilai Nava seburuk itu? Hati, tolong ya bisa diajak kompromi. Jangan nggak enakan. Ya allah, tolong tunjukkan kalau malam itu dia sudah melakukan hal yang benar.
Ternyata tidak lama hasilnya keluar, besoknya Nava sudah mengunggah foto bersama cowok yang ditandai namanya adalah Indra.
Cuma Mas Indra tempat terbaik aku ❤❤❤😃😀😀😁
Jati merasa keputusannya benar. Mana mau dia diadu oleh cowok-cowok itu. Fuck lah kata gue teh.
❤❤❤
Sebulan setelah Jati bicara pada Nava, entah kenapa dia merasa hatinya selalu mengarahkan pada seseorang. Tidak menyangka bahwa ada orang lain yang membuat dirinya akan selalu kepikiran dengan sosok itu. Tiba-tiba saja sering kepikiran. Padahal jarang bertemu.
Entah apa yang diingatnya layak untuk disimpan dalam memori padahal hanyalah kejadian bersinggungan tak disengaja. Pandangan mata pertama kali mereka di mana saat itu tatapan penasaran Kenari terlihat sangat … imut.
Dan, senyum tawa lepas Kenari yang dilihatnya tanpa sengaja waktu di ballroom Senayan itu.
Ya, namanya Kenari.
Awalnya Jati menilai bahwa Kenari sang ganjil. Kini dia menilai Nava juga memiliki ganjil yang lain. Ganjil yang berbeda.
Ucapan Nava tidak benar, tentang Kenari yang malas datang ke acara yang akan membuatnya bertemu dengan teman lamanya yang menyebalkan. Dia melihat Kenari muncul di tengah acara pernikahan temannya Nava yang bernama Putri itu, Kenari yang berdandan cantik dan rapi dengan kebaya warna biru muda. Wanita itu sendirian. Tidak merasa canggung dan malu dalam setiap langkah sendiriannya.
Jati juga melihat sesuatu yang unik. Dia melihat Kenari yang ramah menyapa temannya dan tertawa-tawa saat bersama 2 orang cewek itu. Gaya tertawa yang tidak dia sangka dimiliki oleh Kenari. Cewek itu juga disapa dengan ramah semringah oleh beberapa orang, membuktikan jika perempuan itu tidak alergi terhadap manusia.
Ganjil yang genap. Atau genap yang ganjil.
“Ngapain ketemu sama orang-orang yang males ditemuin?”
Jati tersenyum geli memaknai ucapan-ucapan itu. Rasanya aneh. Dia memang ingin menemani Nava untuk pendekatan. Kenapa hati kecilnya waktu itu bersuara lain jika kepergiannya karena ada goresan takdir yang menggerakkan bahwa akan bertemu dengan seseorang ini. Di acara itulah dia melihat sisi lain Kenari.
Kenapa tatapan mata perempuan itu berubah padanya? Saat kita kenalan pertama kali, kamu inget nggak, Kenari? Sorot mata kamu tuh nggak se-dingin itu sama aku. Mata kamu saat mengerjap sangat imut.
Kenapa engkau menjadi dingin padaku, Kenari?
❤❤❤
Hal apa yang membawanya sampai hati kecilnya sering memberikan rencana tak terduga. Jati mencari lokasi kafe Kenari, yang pernah Nava dan Arsyi sebutkan namanya. Nama kafenya Keylight.
“Kalo ada nama kafenya di Google Maps, datengin. Kalo nggak ada atau ketemunya yang aneh-aneh atau di luar kota ini, udah jangan dicari tahu lagi. Jadi orang kok penasaran amat.” Jati yang iseng mengetikkan nama itu di Google Maps dan di browser segera terperanjat begitu menemukan titik kordinat kafe itu berjarak kurang dari 5 km. “Loh, ada? Deket banget??”
Menggoda banget buat dicaritahu. Terlalu dekat dan mudah.
Tidak mungkin punya Kenari. Pasti itu kafe punya orang lain. Kalau bukan punya Kenari, lantas punya siapa ya? Reviewnya masih sedikit. Dekat dengan kedai kopi reMang. Ah, gue pernah ke daerah ini!!!
Siang itu juga di luar rencana, dengan modal Google Maps, dia mampu menemukan lokasi kafe itu. Butuh keberanian besar yang harus dia ambil untuk melakukan ini. Apa alasan yang logis untuk bisa menjelaskan kemunculannya? Jati masih ragu padahal sudah memarkirkan motor di halaman kafe.
Ini kafe tempat umum, bilang saja tidak sengaja datang.
Dia tidak menyangka jika bangunan sepi itu disebut sebagai kafe. Semula Jati ragu untuk masuk. Menurut penanda kafenya sedang buka. Ini juga sudah jam makan siang, perutnya sudah lapar. Masuk aja, belum tentu kafe ini sungguhan punya Kenari …
“Astaga, kaget!” Seseorang perempuan berbaju hitam yang muncul dari arah dalam pintu kafe memergokinya. “Silakan masuk, Akang.” Sapanya dengan ramah.
“Beneran kafe ya?” cengir Jati malu.
Pegawai itu tertawa renyah. “Ayoo, silakan pesan di kasir, Akang. Makanannya kelas bintang 5.”
Sudah jam makan siang dan harus segera membuka laptop meneruskan kerjaan yang tadi sempat tertunda. Begitu masuk kafe sudah memesan makanan, dia duduk dan membuka laptop karena dicecar oleh pesan-pesan Pak Damir di Whatsapp menanyakan hasil laporan kerjaan dan mengingatkan sebentar lagi harus ikut Zoom Meeting. Dia langsung diberikan pelayanan spesial. Mungkin karena dia segera membuka laptop disangka pekerja elite. AC kafe segera dinyalakan oleh si pegawai yang tadi menyapanya. Sejuknya AC membuatnya nyaman duduk. Sunyi sekali. Rasanya seperti di rumah. Tempat yang ideal untuk bekerja.
❤❤❤
Sudah cukup lama duduk, akhirnya si pemilik kafe itu akhirnya muncul. Saat Kenari muncul selagi menggendong tas belanjaan, cewek itu segera melotot seolah sedang melihat kecoa.
Jati sempat melihat kala Kenari ingin menyapa hangat, tapi batal dilakukannya karena seperti mengenali dirinya.
Dia inget gue? Tuhkan, ada apa dengannya? Mengapa dirinya juga dimasukkan dalam daftar orang yang dibenci?? Ada salah apa?? Jati butuh jawaban.
Cewek itu sungguhan tidak ramah padanya. Selalu menunjukkan ketidaksukaannya. Tatapan mata yang diberikan sangat berbeda saat mereka pertama kali bertemu pandang di ruang tamu rumah Pak Darso hari itu.
Apa dia juga akan dianggap sebagai geng-Nava? Contoh lain, si Arsyi juga berusaha netral untuk dua saudara cewek itu. Arsyi juga dijauhi, jelas-jelas dia adalah teman baik Kenari saat kuliah, sekarang lebih dekat dan akrabnya pada Nava. Kata Arsyi, dia harus dekat dengan Nava agar adik tirinya itu takut, tidak mengganggu Kenari lagi. Mengganggu Kenari sama saja cari masalah dengannya. Tapi Jati menilai itu agak salah. Kenari bisa jadi salah paham. Itulah yang Jati duga bagaimana Kenari dalam memandangnya. Dianggap sebagai ‘calon jodohnya Nava’.
Jati tahu dia dianggap sebagai orang yang dekat dengan Nava makanya tidak diinginkan kehadirannya sampai diperlakukan bagai diusir secara halus. Apa karena pesan-pesan yang pernah dia kirimkan sehingga Kenari mengira dirinya ingin mencari tahu soal Nava? Itu dia!
Harus pesan makanan dalam waktu 1 jam sekali. Tidak boleh charger laptop lama-lama, tagihan listrik akan naik.
Sebenarnya sikap Kenari ada benarnya juga. Tapi, mengapa gayanya seperti pemilik yang sombong angkuh tidak butuh pelanggan? Padahal sangat terlihat jelas, kafe ini tidak ada daftar tunggu. Sudah pasti akal-akalan cewek ini ingin mengusirnya dengan menunjukkan sikap juteknya. Bukan dengan cara yang halus lagi.
Entah sikap Kenari ini benar atau tidak. Dia memang layak diusir karena sikap tidak jelasnya itu atau Kenari memang sedang berusaha membasmi geng-Nava dari sekitarnya. Karena saat Jati hendak pulang, Kenari segera mengusirnya agar jangan datang lagi. Jati tidak mau diusir, walaupun dia memang agak mirip jelangkung.
Saat Jati berusaha meminta nomor Kenari, cewek itu malah memberikan ancaman mengerikan. Bisa-bisanya dia ditantang untuk repeat order jika ingin menumpang WFC di sana. Haha. Ya, jelas Jati akan menyambut dengan berani dan sombong. Mana diiming-iming memesan 10 makanan akan dikasih 1 bonus. Hah, itu sih mudah dan misi yang kecil. Tapi, dia inginnya minta bonus nomornya Kenari. Tentu saja langsung kena semprot dan mata Kenari melotot wajahnya murka.
Kenapa tingkah Kenari seolah mengusir lalu menariknya lagi? Hahaa, apakah cewek itu sedang ingin main tarik-ulur dengannya?
❤❤❤
Satu kali datang ke kafe itu rasanya tidak cukup. Dia ingin menanggapi tantangan iseng Kenari agar bisa mengumpulkan struk pembelian agar mendapat bonus. Cewek itu tampaknya ingin bermain siapa yang paling berani.
Namanya orang jualan, Kenari pasti juga ingin barang jualannya laris. Hanya saja caranya lebih gila dari orang normal, mungkin karena yang dihadapi orang gila macam dirinya juga yang tahu-tahu muncul ingin kenalan.
Cara pengusiran Kenari memang akan menguntungkan kafe. Sedangkan Jati suka tantangan.
Kebetulan saat Jati datang lagi, Kenari sedang berada di meja kasir. Godain, ahh. Berujung malah dia layaknya kena tipu muslihat sales barang.
Bisa aja si Kenari memaksanya makan siang dengan menu yang mahalllll. Itu bisa buat dua kali makan ayam bakar dengan paket es teh manis di warung dekat kantornya. Menu apa tadi? Cordon bleu? Jus alpukat? Cewek itu pasti lagi ngajak bercanda.
Sudah mengatur rencana yang resek ternyata. Benar saja, setelah makan 2 menu dia sudah kenyang sekaliiii.
Cewek ini sebenarnya lucu dan aneh. Menarik. Makin aneh dari cara Kenari mengusirnya dari kafe semakin membuatnya tertarik.
Sikap dan cara-cara pengusiran Kenari yang terlihat lucu membuat Jati jadi ingin terus menggoda Kenari. Kasihan pegawai-pegawai yang malang harus bicara meneruskan isi pesan kejam dari Kenari, bicaranya dengan wajah menunduk dan agak pucat pasi karena jelas sekali mereka takut pada Jati setelah memberikan informasi agar tidak lama-lama duduk setelah makanan habis.
Jati tidak tega ingin marah karena memang itu salahnya juga nongkrong lama buat godain Kenari.
Jati menyimpulkan sesuatu. Ini sebenarnya tidak aneh. Bukan Kenari main tarik ulur dengan melakukan tindakan aneh-aneh dalam menerima kehadirannya.
Perempuan itu mau tidak mau menerima kemunculan tamu tak diinginkan ini, dikarenakan kafenya sepi. Pasti butuh pemasukan.
Pantas saja malah bersikap seperti preman memeras orang. Ingin sekalian dekat dan mengenal lebih jauh, oke, ikutin saja permainannya. Jati memesan es teler meski sudah kenyang akibat double karbo persembahan kentang goreng-cordon-bleu-jus alpukat.
Sudah pesan es teler juga masih ada peringatan agar tidak lama-lama nongkrong di kafe itu.
Sepertinya Kenari tersinggung karena Jati memang ngatain kafe itu tidak ada waiting list alias sepi, tapi kenapa dia diusir-usir kalau itu hal yang tidak benar? Jadi Kenari sadar betul situasi kafenya.
Kenari mengajaknya bicara. Mereka pun jadi ngobrol meski cewek itu jutek banget, buset. Daripada ngobrol Kenari tampak mengajaknya berdebat.
Keadaan kafe yang memprihatikan dan tidak ada wifi semakin meyakinkan Jati mengenai keadaan tempat ini. Ditambah cara Kenari yang menekan tamu agar terus memesan.
Kafe ini mungkin dalam keadaan masalah genting. Pantas saja cara pengusiran Kenari aneh dan tidak logis.
Tapi lagi-lagi, Kenari memperingatkan dirinya agar jangan bertingkah aneh-aneh. Mungkin Kenari takut jika keluarganya mengetahui kelakuannya ini. Persetan dengan peringatan Kenari, dia masih ingin datang ke kafe ini. Kalau tidak diterima kehadirannya, setidaknya dia sudah membantu UMKM cewek kesukaannya.
Kenari, nggak usah pedulikan orang lain. Pedulikan saja persoalan kafe ini. Dan, cewek itu berakhir juga menjadi lengah.
❤❤❤
Happy satnite
Selamat hari kemerdekaan RI 🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
17 Agustus 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top