Bab 23
Jati sebal dengan sosok Arsyi yang seperti tokoh utama novel romansa. Digilai cewek-cewek si kakak-adik itu. Hidup sempurna. Ganteng. Kaya. Pewaris tunggal. Punya pacar dan punya fans. Agak tengil.
Tapi Jati butuh orang tengil ini dan bakalan terikat masuk dalam lingkaran si tengil ini.
Arsyi itu teman akrab Nava sejak kuliah, pasti bisa dikorek informasinya. Mereka juga bisa dibilang sudah menjadi saudara. Kalau Nava pernah mengaku menyukai Arsyi, mereka pasti juga pernah dekat sekali dalam hal perasaan.
Minggu malam hari ini juga Jati berhasil bisa mengajak Arsyi untuk ngopi bareng dan akan bertanya sesuatu. Rencana yang sangat dadakan dan genting. Alasannya pengen kenalan lebih deket aja. Jati butuh cerita dari sudut Arsyi.
Untungnya orang itu mau diajak bekerjasama menyambut misi-nya untuk mengenal Nava lebih jauh. Beda saat melakukannya ke Kenari yang didapat hanyalah semprotan kekesalan cewek itu.
“Kenapa Kenari pernah ngamuk dan nuding Nava sebagai tukang fitnah?” Jati tidak mau banyak basa-basi apalagi malu buat nanya.
Arsyi yang lagi menunduk mengamati isi gelas es kopinya segera mengangkat wajah dan melotot. Mau marah. “Tahu dari mana lo?” Nada suaranya meninggi.
“Nava cerita dia diamuk Kenari yang lepas kendali pas marah-marah.” Jati menjelaskan tidak mau dianggap sebagai orang kepo, padahal dia yang diceritakan oleh Nava.
“Lo mau tahu? Gue males bahas soal keluarga orang.”
Arsyi nyaris membuat Jati mengumpat kasar.
“Keluarga lo juga. Bro, tolonglah,” pinta Jati penuh harap.
Sepertinya reaksinya sangat nelangsa sampai mengundang Arsyi malah jadi tertawa dan ngeledekin.
“Mau deketin Nava malah jadi tahu gosip seru ya? Gimana?” celotehnya.
Jati mulai naik pitam. Dari ucapan Arsyi memang ada yang tidak beres pada semuanya.
“Udah jelasin aja, cepet. Jadi siapa yang bener dan salah?” cecar Jati tidak sabaran.
“Gue takut dikira ikut-ikutan jadi pengaruh buruk,” geleng Arsyi.
Makin menyebalkan orang ini.
Jati memutar otak. “Oke, gue kasih opsional. Nava yang salah, kan? Dari caranya yang jelekin Kenari, kayak ada masalah kepribadian tu orang. Ganjil dan aneh juga. Ceritanya kayak kurang lengkap. Kenapa Kenari nyebut dia tukang fitnah sampe ngamuk kalo emang gosip yang beredar adalah fakta. Kenapa nggak dikatain ‘dasar tukang gibah, lo mak lampir!’.”
Arsyi memalingkan wajah. Kedua alisnya sempat bertaut, mungkin karena ucapan aneh Jati yang menyebut-nyebut ‘mak lampir’.
“Selagi masih ada kesempatan, mending lo pertimbangin lagi. Masih ada banyak waktu buat mengenal lebih jauh, kan?” Arsyi menjelaskan dengan raut wajah lesu, mungkin tidak enak hati juga harus berkata demikian.
Nah, benar! Ternyata cewek itu rada-rada nyebelin.
“Lo ngobrol sama dia asyik bener. Akrab?” Tawa Jati.
“Karena nggak ada masalah sama gue. Gue butuh dia.” Sorot mata Arsyi ada kesedihan.
“Dalam hal?” Jati heran, semakin tidak paham dengan hubungan keluarga orang-orang ini.
Arsyi menggeleng dengan tatapan mata sendu seolah melihat hal yang jauh. “Jadi, apa lagi yang mau lo tanya nih?” Kembali mengembalikan topik obrolan.
“Apa yang Nava gosipin ke Indra, sampe Keyna gagal dilamar sama Awan karena info itu?”
Arsyi nyengir lebar. “Wah! Bahkan lo apal tokoh-tokohnya? Lo pasti udah penasaran banget ya?” Lalu tawa pria itu meledak.
Jati mendecak kesal, harga dirinya sudah jatuh ke tanah dan berantakan. Sekarang dia tampak seperti lelaki nyinyir tukang gosipin perempuan. Ini semua demi masa depannya, kan? Hal yang dia lakukan ini bukan semata penasaran. Ini karena ada keputusan berat yang akan dia ambil di kemudian hari.
“Gue harus tahu dan nyari info valid. Sedangkan Kenari tuh susah buat dikulitin. Dideketin aja gonggong galak banget. Ceritanya agak ganjil dan kurang lengkap kalo cuma tahu dari satu orang.”
“Oke, gue kasih tahu karena gue akan berpihak ke yang benar. Karena dari awal emang gue yang dengerin cerita dia. Nava cerita palsu kalo keluarga kandung Kenari itu dukun santet yang dibakar hidup-hidup. Padahal, kakeknya Kenari cuma orang yang kayak bisa bantu ngobatin orang sakit di desa, namanya orang zaman dulu. Neneknya Kenari yang masih hidup kena fitnah dituduh mewarisi ilmu perdukunan dan baru saja menyantet orang sampe meninggal. Saat disabotase warga kampungnya, waktu kejadian itu Kenari segera dititipin ke ibunya Pak Darso makanya dia selamat dari tragedi itu.”
Jati dibuat menganga dengan hati mencelus sakit dan rasanya jantungnya seperti terjatuh menggelinding. Ada rongga yang sakit seperti sudah bolong sungguhan. Dia mendesis, marah yang tertahan. Butuh beberapa saat untuk bisa menetralisir keadaannya.
“Anjinglah! Itu cewek gila ya???” pekiknya tidak percaya. Dia tidak bisa menahan meloloskan kata-kata kasar dari mulutnya.
Jati melongo. Tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ternyata cerita dari Nava memang kurang lengkap. Siapa yang tidak marah kalau difitnah seperti itu, yang benar saja?
“Gue tahu info itu dari Indra dan Awan. Gue pernah diajak nongkrong sama Awan lewat Indra. Awan minta gue buat jadi nasabah invest ke dia. Dia kerja di perusahaam pialang. Gue iyain ajakan dia karena mau nanya-nanya kenapa dia batalin janjinya ke Pak Darso. Gue juga heran kenapa dia jahat sama Keyna.
“Keluarganya melarang Awan nikahin Keyna. Taunya mereka kemakan info gosip dari Nava soal keluarga Keyna yang dibakar warga karena neneknya dituduh sebagai dukun santet. Indra juga penasaran dan nanya ke gue soal kebenarannya. Gue maksa mereka siapa yang infoin itu. Bahkan gue yang temen dekatnya Keyna nggak tau soal itu.
“Gue nggak tega dan kasih tau Keyna kalo kegagalannya itu ada penyebabnya. Gue sedih lihat dia hancur dan bingung. Pas gue tanya ke Keyna. Dia bahkan mengira cuma anak angkat yang ortunya kecelakaan. Dia nggak percaya sama info yang beredar di belakangnya itu. Gue nggak kasih tau siapa sumber penyebar gosip itu, saking sakit hatinya gue kalo berada di posisi Keyna. Gue nggak bisa infoin Keyna siapa dalangnya. Akhirnya Keyna tau sendiri dari Riesa, tetangga teman mainnya dulu, kalo Nava yang nyebarin gosip itu.”
Jati tahu seseorang bernama Riesa karena Nava juga pernah menceritakan soal tetangganya yang itu. Bahkan tadi sore dia bertemu dengan perempuan yang disebut Nava bernama Riesa itu.
“Keyna melabrak Nava dan terjadilah kejadian keributan itu. Pak Darso cerita jujur tentang keluarga Keyna. Sebenarnya udah mau cerita dari lama dan menyerahkan surat warisan keluarga Keyna di kampung sana. Cuma ada kendala. Lagian Awan juga bukan lelaki yang baik. Dia minat mau dijodohin sama Keyna karena dapet tawaran yang menurut dia menggiurkan. Tawaran dari ibu gue bakal dikenalin ke teman-temannya yang tajir dan pengusaha. Awan tuh tukang nyari nasabah invest. Dia nggak beneran suka sama Keyna.”
Jati semakin penasaran. “Kenapa lo belain dan berada di pihak Keyna?”
“Dia teman dekat gue. Dan dia juga pihak yang benar.”
Mata Jati menyipit dari balik lensa kacamatanya. “Lo suka sama dia ya?”
“Pertanyaan apa itu?”
Oh, jadi benar kalau Arsyi tidak menyukai Kenari, karena sekarang cowok di depannya itu terlihat jadi kesal. Mungkin bingung mau mengaku jujur bagaimana. Kalau mengatakan tidak suka, pasti takut akan menyakiti hati Kenari.
“Jadi nggak suka?”
“Bukannya udah bisa lo tebak?”
Jati mengangguk. “Kalo lo suka sama dia, pasti kalian udah nikah.” Simpulnya dengan cepat.
Arsyi melongo dan bagai ingin menimpuknya dengan asbak rokok.
“Soal Keyna yang suka sama lo sejak kuliah itu juga bener?” Jati mengalihkan pembicaraan.
“Soal itu … tahu dari mana lo?” Arsyi seperti malas menjawab. Jati mendecak kesal seraya melotot. “Oke, itu soal masa lalu. Keyna udah nggak suka sama gue lagi. Dia lihat muka gue aja kayak udah males.”
“Lo suka sama dia?” Jati bertanya penuh selidik masih berusaha supaya Arsyi bisa membocorkan.
“Gue nggak suka sama dia. Kita akrab karena dia teman dekat gue pas kuliah.”
Arsyi memberikan keterangan sejelas itu.
Tapi, Jati merasa, itu bukan jawaban yang memuaskan.
“Kalo lo memang berada di pihak dia. Kenapa sekarang menjauh padahal dia kesepian dan sendirian? Dia tersisih.”
Arsyi menjawab dengan mata muram dan bibirnya terkatup rata. “Dia yang menjauh, Bro.”
“Keyna bingung sama sikap lo kayaknya. Karena lo kelihatannya akrab banget sama Nava. Tadi lo bilang harus selalu dekat dengan Nava. Kenapa?” Jati tahu sikap Arsyi itu membingungkan dirinya juga. Membela Kenari, tapi juga masih berteman akrab dengan Nava.
“Biar Nava takut buat cari masalah atau mengganggu Kenari lagi. Mengganggu Kenari sama saja cari masalah dengan gue. Lo ganggu Kenari, lo jadi musuh gue.” Itu istilah dari Arsyi.
“Jadi, lo berarti banget buat Nava ya?” gumam Jati dengan nada penuh sarkastis dan menatap pada Arsyi dengan sorot memuja.
Arsyi berjengit karena mulai jijik. “Jangan cemburu lah!” ledeknya semakin resek.
“Nava tuh yang galau cemburu karena lo memperkenalkan si Tifa.”
Jati semakin kesal karena reaksi Arsyi hanya menahan senyum seolah itu hal yang biasa saja dan wajar jika terjadi.
Lelaki itu juga numpang curhat pada Arsyi tentang suatu penemuannya saat menemani Nava datang ke acara reuni teman SMA-nya tadi pagi. Dia diajak Nava untuk datang ke acara itu di kafe kecil yang sudah di-booking panitia acaranya.
“Ceritanya begini, Bro,”
❤❤❤
Kalo rame yang baca, hari ini bakal up lagi😀
11 Agustus 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top