Bab 22
Jati bisa menarik napas lega saat Nava menghubunginya kembali setelah beberapa hari tidak membalas pesan darinya.
Awal mula wanita itu tidak membalas pesannya yang diduga pasti marah, 3 hari yang lalu Nava mengungkapkan kalau dia sedang kesal seharian. Jati yang sedang sibuk mesti lembur bahkan harus datang bekerja ke kantor, lelaki itu tidak sengaja baru bisa membalas pesan Nava dengan agak lama. Jati sedang fokus dengan pekerjaan laporan bejubelnya.
Saat dia bisa membalas, perempuan itu tidak membalas apalagi mengangkat teleponnya. Sekalinya Nava menghubunginya untuk mengajak ke rumah Tante Sanna, ibu tirinya itu merayakan pesta ulang tahun. Jati tidak masalah, justru ada kesempatan. Dengan ajakan itu menandakan jika ternyata Nava tidak marah padanya.
Begitu bertemu kembali saat Jati menjemput Nava di rumahnya, cewek itu pulang ke kota mereka dan sudah tiba di rumahnya sejak pagi, katanya.
Nava terlihat sudah biasa saja tidak membahas mengapa tidak membalas pesan Jati beberapa hari lalu itu.
Jati mulai merasakan suasana hati Nava berubah setelah mereka tiba di rumah Tante Sanna. Nava menjadi diam dan terlihat malas bicara. Jati sampai mengajaknya untuk bicara berdua di taman depan rumah itu. Di taman rumah Tante Sanna banyak tanaman, ada pohon besar, dan beberapa pot tanaman bunga hias, salah satunya yang mencolok karena tampak megah adalah pohon bunga kertas yang sedang mekar cantik-cantik berwarna pink.
“Va, duluan mana biji atau serbuk bunga?”
Inginnya membuat suasana mencair dengan pertanyaan iseng. Mereka sedang berdiri di pojok taman, depan air terjun mini hiasan taman rumah Tante Sanna. Ikan-ikan kecil dan gemericik air dari pompa mesin menemani mereka.
Nava merespon dengan datar. Tidak ketus. Tapi juga tidak manis. “Biji kali. Dari bibit.”
Ini sudah beberapa kali upaya Jati untuk mencairkan suasana mendapat respon yang dingin.
“Kamu kenapa, Va? Sakit?” Sudah penasaran dan heran Jati segera menanyakan perihal penyebab kelakuan Nava. Mungkin masih kesal karena kejadian beberapa hari itu.
Nava menggeleng. “Nggak. Cuma lagi bad mood aja.”
Jadi bener cewek itu sedang lesu dan tidak bersemangat. Sedang sendu atau bisa jadi galau? Mungkin ada masalah lain?
“Kenapa? Ada masalah apa?”
Cewek itu mengangkat bahunya, nyebelin. Jati benci dengan cewek yang sulit ditanya apa maunya seperti ini.
“Karena masalah aku yang bales pesan kamu lama ya? Maaf yaa, hari itu aku sibuk ngurus kerjaan sampe nggak ngecek hape.” Jati memandangi Nava yang segera menoleh dan balas menatapnya.
“Bukan, Mas. Aku nggak apa-apa soal itu kok.”
“Kalo gitu jangan diem aja dong, Va. Kalo cemberut gitu jelek deh. Kamu cantik kalo senyum dan ceria.” Jati menatap Nava menyayangkan cewek ini bad mood dan kesal yang tidak tahu penyebab asalnya dari mana.
Dia berusaha menghibur Nava agar hari ini tidak berujung jadi kesal bersama. Siapa tahu jadi menular karena kelakuan Nava yang aneh dan dingin begitu.
Tiba-tiba cewek itu berubah jadi tersenyum ceria. Perubahan yang ekstrem tapi yang penting Jati tidak menghadapi Nava yang lagi bad mood dan menjadi cuek padanya.
“Nih, aku udah senyum. Cantik banget ya?” tanya Nava lalu terkekeh.
Jati jadi ikut tertawa. Saat itu juga dia mengalihkan pandangan ke arah teras dan melihat Kenari muncul menenteng tote bag. Jati berusaha memberikan gesture menyapa. Yang pastinya wanita itu tidak membalas keburu masuk rumah. Mungkin juga tidak melihat sapaannya.
Tiba-tiba Nava berbicara padanya. “Jangan baik-baik ke Keyna. Cewek itu gampang geer dan suka sama cowok baik. Keyna pernah kegeeran karena Dion cuma nganterin dari Bojonggede ke rumah, padahal cuma kasian aja.”
Jati mengernyitkan dahi. Seperti biasa, cerita Nava itu agak ambigu kurang jelas. Jati tidak mau menanyakan detail. Ngapain, kepo banget! Masa sih Keyna gampang geer karena cuman dianterin sama cowok? Cewek itu kan galak banget dan tukang ngusir orang.
❤❤❤
Nava memintanya untuk menemani sampai acara pestanya nanti malam. Jati sangat ikhlas berada di rumah itu. Cuma kenapa dia dicuekin oleh Nava yang tiba-tiba suka menghilang dari dekatnya? Tiba-tiba Jati jadi sendirian saja.
Jati menjadi nempelin Arsyi, yang harusnya berduaan dengan Tifa. Jati sudah berjanji akan menemani Nava sampai acara selesai, makanya dia menahan diri agar tidak emosi dan berakhir memilih ingin cabut pulang.
Sementara Tifa ngobrol dengan saudara Tante Sanna dan bermain dengan anak kecil saudara Arsyi. Arsyi yang tampaknya butuh teman ngobrol menjadi mengajak Jati untuk merokok.
“Ke mana si Nava ya? Kok ngilang?” tanya Arsyi.
Mereka berdua merokok bersama di taman depan.
“Ketemu si Kenari kali. Tadi kakaknya itu udah dateng,” jawaban spontan Jati membuat Arsyi tersenyum kecut.
Jati pura-pura tidak mengerti soal hubungan keduanya yang tampak aneh, bisa dibilang mungkin tidak akur. Dia kemudian memilih diam saja meski sudah penasaran.
“Tadi Nava kayaknya lagi bete ya? Biasanya dia ketawa mulu. Lo apain?” Arsyi menatap penuh tuntutan.
“Ah, enggak. Gue juga kagak paham.” Jati mendelik sebal dituduh jadi penyebab Nava menjadi kesal.
Jadi, semua orang juga melihat bagaimana ekspresi dan gelagat Nava ya? Jati tidak salah menduga, Arsyi yang sudah kenal lama saja menyimpulkan hal yang ternyata benar sesuai firasat Jati. Jadi, memang sungguhan Nava hari ini bad mood total.
“Ooh, sabar ya. Dia emang mesti dimanja. Dibaikin. Dilembutin.”
Ohh, jadi begitu caranya. Jadi ini bukan akhir segalanya kan? Kalau bisa meluluhkan emosi Nava pasti masih ada kesempatan panjang.
“Dia emang harus dimanja ya? Dilembutin?” tanya Jati memastikan.
“Ya, gitu deh, dia orangnya moody.” Arsyi membocorkan hal aneh.
Jati akan mengingat ucapan Arsyi baik-baik. Tapi bukankah yang lebih cocok ber-label moody itu Kenari? Orangnya judes gitu.
“Lo kena efeknya?” Arsyi masih berbicara diiringi tawa keras.
Jati menjadi melihat sisi lain Nava, yang suka kesal tidak pada orangnya. “Masa sih dia bisa kesal tanpa alasan?” decaknya agak kesal.
“Ya, paling kesalnya udah dari kapan tau. Trus pas ke sini ada hal-hal sebenernya receh tapi dia bawa ke perasaan.”
OH. Apa iya masalah beberapa hari lalu itu ternyata masih membuat Nava kesal?
❤❤❤
Jati kini dalam perjalanan mengantarkan Nava pulang ke rumahnya, sampai malam dia nongkrong di rumah Tante Sanna meski cewek itu tidak menemaninya saat acara dinner. Lelaki itu ingin pulang. Tapi bagaimana jika Nava menjadi semakin marah padanya?
Acara bubaran nyaris lewat tengah malam. Sedangkan Kenari menginap di rumah Tante Sanna dan ada Arsyi juga karena itu rumahnya. Jati semakin menduga seburuk itu hubungan Nava dengan Kenari.
Seharusnya Nava bisa menginap di rumah itu juga, memang besok Nava ada acara reuni teman sekolahnya di salah satu kafe yang tidak jauh. Jarak bisa ditempuh dengan mudah. Nava yang tidak mau melihat Kenari lebih lama.
Beberapa kali Jati mengamati Nava yang memandang Kenari dengan tatapan jijik dan kesal. Dan, Kenari selalu menjauhi Arsyi. Mereka ber-tiga tidak pernah ngobrol bersama selama pesta itu. Mungkin perasaan ganjilnya akan semakin mendekati jawaban.
Di jalan pulang menuju rumah Nava, Jati memastikan langsung agar tidak lama-lama dicuekin oleh Nava. Agar masalah itu selesai malam ini juga.
“Aku ada salah, Va?” Jati menatap penuh kecemasan. Dalam hatinya ada desiran aneh. Dia takut sekaligus ada dorongan untuk berani memastikan hal ini.
“Eh, enggak, Mas. Kok nanya gitu?” Nava terlihat terkejut dan menatapnya bingung.
“Abis kamu diem dan kayak kesal trus.”
Nava tertawa palsu. “Kayaknya PMS si, Mas. Maaf ya.”
Sepertinya cewek itu berbohong. Kalau memang tidak kesal padanya, mana mungkin Nava masih tetap irit bicara dan mukanya bagai baju tidak pernah disetrika begitu. Jati mulai paham dan tidak akan memaksa Nava untuk cerita apalagi kembali bersikap baik.
“Tadi kamu liat Keyna nggak, Mas? Mukanya tuh bete banget. Tau nggak karena kenapa? Soalnya Arsyi bawa cewek. Dia cemburu. Dia juga kelihatan banget hindarin orang-orang terutama Arsyi dan ceweknya.”
Selagi mengemudi di tengah jalanan dengan kecepatan sedang itu Jati menoleh dan tergagu. Dan, hal yang membuat Nava membuka suara bercerita panjang lebar adalah hal yang aneh.
“Oh, ya??” Jati sungguh tidak mau bicara tentang orang lain. Namun, dia tidak mau juga mengabaikan ajakan obrolan dari cewek di sebelahnya.
Nava menoleh dengan raut wajah sendu. “Kadang aku kasihan ama Keyna. Kayak masih ngarep sama Arsyi. Tuh cowok juga sikapnya sih kayak ngasih harapan kalo dia suka juga. Pas Keyna patah hati gara-gara Awan, Arsyi yang selalu nemenin dan dengerin. Kita mengira mereka bakal nikah.”
Jati bisa menduga, interaksi Kenari dengan Arsyi memang kaku. Raut wajah bingungnya seperti ditangkap jelas oleh Nava yang lanjut bercerita.
“Keyna pernah naksir Arsyi padahal tahu kalo aku ini, adiknya, suka juga sama Arsyi. Keyna menutupi perasaan dari aku, tapi ke Arsyi ditunjukkin. Munafik banget.”
“Kalian udah kenal akrab banget sebelum ortu kalian kenal dan menikah?” tanya Jati agak syok dengan informasi baru itu. “Aku kira kalian cuma satu almamater.”
Jati belum banyak bertanya soal masa lalu Nava. Pesan-pesan yang Kenari kirimkan tempo hari ada benarnya juga dan mencegahnya menguliti Nava lewat saudaranya. Dia harus mengenali Nava lewat orangnya secara langsung terlebih dahulu. Arsyi tidak pernah bercerita soal kedekatan intim mereka bertiga lebih jauh. Siapa juga cowok yang bakal mengumbar kisah asmara cinta segitiga dengan dua cewek, kecuali narsis?
“Iya. Kita bertiga satu kampus. Satu fakultas. Aku adik tingkat Keyna dan Arsyi. Ortu kita ternyata saling kenal karena mereka sering ketemu di pasar. Bapak suka main ke kios temannya. Ibunya Arsyi suka belanja ke pasar itu. Dunia yang sempit. Itu masalah awalnya. Awalnya Keyna bersikeras menolak pernikahan Bapak dan Tante Sanna. Mungkin karena masih suka dan ngarep bisa nikah happy end sama Arsyi. Padahal Arsyi cuma kayak nganggep sebagai teman loh.”
Astaga, ada cerita menarik di dua keluarga itu! Setelah cerita masa lalu gagalnya lamaran Kenari dan gagal perjodohan itu. Astaga, ternyata Kenari dan Arsyi memiliki Cinta Dalam Hati. Cinta bertepuk sebelah tangan pula. Lalu orang tua mereka menikah. Sakiiiiitttt.
“Waktu Bapak mau nikahin Bu Sanna, Bapak sampe nyariin jodoh dan bikin supaya Keyna yang nikah duluan. Kurang baik apa Bapak sama dia sampe usaha sana-sini? Keyna maunya dijodohin asal sama Mas Awan, cowok tetangga rumah yang dia suka. Bapak perjuangin ke rumah Mas Awan buat mau jodohin ke Keyna. Sampe sekarang orang-orang di sekitar tau kalo Keyna yang ngebet sama Mas Awan. Aku yang juga malu sama rencana Bapak dan kelakuan Keyna yang agresif.
“Ujungnya juga nggak berhasil. Berakhir Mas Awan nggak mau, nggak suka amat ya nggak bisa dipaksa. Dia mengira alasan utama Mas Awan nggak jadi mau karena aku cerita ke Indra kalo Keyna tu bukan anak kandung Bapak.”
Jati mendengarkan cerita Nava yang penuh nada emosi. Melihat bagaimana cewek itu melampiaskan kekesalan yang terpendam dan akhirnya bisa marah-marah. Dia diam saja. Akhirnya ni cewek bisa emosi marah-marah, semoga setelah ini bete-nya jadi sembuh. Amiiin.
“Bapak masih baik pengen Keyna di rumah. Tapi tu cewek malah mutusin pergi dari rumah dan keluar kerja, alasannya udah beli kedai di luar. Padahal mungkin dia malu atau sebal sama kita. Bapak udah baik bantuin Keyna dapat tanah warisan peninggalan keluarganya yang beberapa tahun jadi tanah kosong dan bangunannya masih ada sisa-sisa kebakaran.”
Jati menahan tawa. “Kamu pernah cerita kalo Keyna ngamuk karena ada gosip tentang dia. Dia pasti marah karena kamu nyebarin info yang nggak bener?” Cowok itu ingin sekali membekap mulutnya. Bisa-bisanya asyik menimpali. Bahkan dia mengeluarkan isi kepalanya secara terang-terangan. Keceplosan!!!
Nava membelo. “Aku udah pernah cerita ya?”
Iya, dan kita berdebat soal mantri dan dukun, sahut Jati dalam hatinya.
“Infonya kan bener kalo keluarganya itu dulunya orang pinter. Dia marah kenapa? Malu? Atau takut gagal nikah sama cowok idamannya? Mampus aja!!”
Jati kontan memelototkan matanya dan menjadi ngeri melihat sumpah serapah kemarahan gadis di depannya. Melihat raut wajah Nava membuatnya jadi ketakutan.
Nava seolah tidak peduli masih terus mengoceh. “Mana mau ada orang yang dibohongin soal latar belakang? Makanya dia semakin jutek dan sinis ke aku. Karna dendam dan marah. Keyna memang pendendam banget jadi orang!”
Jati menahan napas. Dia melihat tatapan mata cewek di sebelahnya itu berubah semakin berkilat emosi penuh marah. Dendam. Kebencian.
Ada apa sih dengan cewek ini?
Jati menelisik mata Nava dan mengunci tatapan itu. “Kenapa Kenari dan Arsyi sampe nyebut dan bilang kamu sebagai tukang fitnah?”
Pasti ada yang tidak beres, sampai Arsyi yang tampaknya paling waras saja bisa kecipratan mendapatkan peran drama untuk belain Kenari.
Jati mulai menduga-duga, pasti ada hal yang lebih ekstrem. Kalau itu fakta, kenapa si Kenari dan Arsyi sampai menyimpulkan ada info yang salah? Kenari mengamuk begitu karena merasa difitnah oleh Nava. Siapa yang salah?
Nava mendesis sebal dan gelisah. “Nggak tahu, padahal info itu kan fakta. Kenapa jadi ngomongin Keyna si ini?” gerutunya dengan judes.
Jati langsung bereaksi keheranan. “Kalo kamu tadi nggak mau cerita padahal nggak apa-apa loh. Maaf, ya.” Dia berusaha tidak terlihat ketus dan jutek juga.
Padahal kamu sendiri yang nyerocos semangat ceritain tentang si Keyna itu loh!
Nava bete di sepanjang jalan pulang dengan diam saja dan sibuk bermain ponsel. Jati berusaha mencairkan suasana kembali dengan menanyakan jadwal acara reuni teman-teman sekelas Nava di SMA esok hari.
“Mas Jati besok jadi mau nemenin aku pergi?” Nava memastikan kembali.
“Kalo kamu mau dateng, ya Mas anterin.”
“Aku harus dateng, karena ada dua temanku yang pengen dateng cuma kalo aku ikut dateng. Sebenarnya aku males dateng karena geng-ku nggak lengkap. Dua temanku ini berharap banget kita jadi dateng, jadi aku harus dateng, hehe.”
Jati mengangguk pelan. “Ya udah, Mas temenin dateng.”
Sepertinya tadi Nava keceplosan cerita atau memang sadar sudah membuat pengakuan kalau dirinya dulu menyukai Arsyi. Jati bahkan sudah bisa menebak alasan mengapa hari ini Nava emosi berat.
❤❤❤
Gimana pendapat kalian soal kisah hidup Jati?
Wkwkwk
10 Agustus 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top