Bab 19
Dua bulan kemudian…
Cepat atau lambat ya hal itu akan terjadi. Bangkrut ya bukan tanda akhir hidup. Perpisahannya sedih. Itu kan bukan akhir segalanya. Semua masih memiliki awal yang baru.
Setelah barang-barang di kafe kosong dengan meninggalkan penanda kalau bangunan itu disewakan. Keyna sibuk kerja kantoran lagi. Minggu lalu dia mendapat pekerjaan lagi di sebuah perusahaan pabrik di bagian finance, masih di provinsi yang sama, hanya saja menjauh dari kafe dan kosan sebelumnya. Para mantan karyawannya juga sudah mendapatkan pekerjaan lagi, menurut info di grup kafe mereka. Mantan kafe mereka.
Saat membereskan barang-barang di kosan barunya dan membuka tas ransel warna pink magenta itu, dia mendapati selebaran promosi kafe, yang dibuatkan oleh seseorang. Keyna melipat kertas itu dan menyimpannya di antara koleksi bukunya.
Saat Keyna merapikan pernak-pernik untuk di nakas meja. Cewek itu meletakkan jam beker, lilin aromaterapi, dan boneka.
Boneka berwarna hitam dengan bercak putih itu sempat diperdebatkan identitasnya. Sapi atau babi. Entahlah. Keyna mematung sejenak saat bertemu mata dengan boneka itu.
“Jadi kamu ini babi atau sapi?” tanyanya dijawab oleh keheningan.
Keyna terkekeh, menganggap dirinya sudah gila. Dia kehausan dan mencari gelas. Dia teringat menyimpan mug di dalam tote bag. Saat dia memegang benda itu untuk dituangi teh manis berbotol besar. Matanya mendadak berembun dan panas.
Sejak terakhir kalinya bertemu Jati di kafe saat kejadian yang menyebut nama Arsyi, lelaki itu menghilang.
Beberapa minggu lalu Keyna terpaksa menerima ajakan Pak Darso yang mengajak makan bersama Bu Sanna. Tentu ada Nava dan juga Arsyi.
Nava menyapanya dengan muka tidak ramah dengan pertanyaan. “Gimana kamu sama Jati?” Entah kepo dengan makna positif atau negatif.
Mungkin Nava penasaran karena Keyna dan Jati tidak ada tanda-tanda bersama. Nava pasti sudah siap ingin tertawa.
“Nggak tahu.”
Nava tersenyum angkuh dengan tatapan sinis. “Jati udah bilang tuh. Dia cuma bisa berteman sama aku. Males banget kalo mesti bersaing buat cowok. Kalo kamu mau sama Jati, ya silakan. Sono ambil aja. Siapa tahu dia emang jodohmu yang udah lama ditunggu.”
Dan, jodohku ketemunya dengan cara akan ada bayang-bayang dihantui sosok nenek sihir penuh kedengkian yang masih terus membahas masalahnya ini? Waw!!
“Santai aja, aku nggak mau nikah besok.” Keyna mendengus geli.
“Aku nggak mau lagi ada sangkutpautnya sama kamu. Apa-apa selalu berhubungan sama kamu. Ngapain aku maksa sama cowok yang sesukanya bisa milih? Seharusnya aku yang milih. Di mana harga diriku kalo sama cowok yang nggak suka sama aku? Lagian Jati bukan tipeku, tuh cowok flat banget hidupnya. Jangan munafik terus lah, kamu suka kan sama tuh cowok? Sampe sering chat komunikasi? Munafik banget sok-sokan nggak mau.”
Keyna melotot marah. “Aku nggak pernah chat sama dia.”
Keyna terheran. Jati bilang, Nava yang tidak suka padanya. Nava bilang, Jati yang tidak suka padanya. Dia jadi berpikir mungkin Jati dan Nava hanya salah paham. Buktinya Nava masih ngamuk dan terlihat cemburu besar.
Dan, sekarang si objek obrolan sudah menghilang dan mungkin sedang bersama wanita lain lagi.
Pak Darso juga berbicara membahas orang yang sama. Tentunya membahasnya saat membantu Keyna membereskan barang-barang di kafe. Untuk barang-barangnya seperti meja dan kursi sudah dijual Pak Darso melalui toko online. Beliau yang membantunya sampai ke tangan pembeli.
“Jati pernah telpon Bapak, Na, dia bilang inginnya kenalan sama kamu, Na. Dia minta maaf karena nggak bisa jadi sama Nava. Kamu mau sama Jati nggak?”
“Kapan dia bilang begitu? Orangnya aja ngilang tanpa kabar entah ke mana.”
“Ya, yang waktu itu kamu ada salah paham ribut sama Nava. Dia minta nomer kamu dari Bapak.”
Keyna ingat. Iya, dan dia masih memblokir nomor Jati setelah keributan itu. Cewek itu segera berbicara hal sakral itu.
“Jati tau kalo aku anak angkat Bapak, kan? Keluargaku dibakar massa.”
Ngapain sih masih bahas orang yang sudah menghilang itu!!
Pak Darso tersenyum lemah. “Yang lalu biar berlalu, Na. Keluarga kamu dibakar karena jadi korban tindakan kriminal, Na. Orang yang jadi biang keroknya udah dipenjara.”
“Tapi dia harus tau siapa aku, Pak. Siapa keluarga aku. Kalo dia tahu infonya dari orang lain gimana?” Keyna masih teringat kejadian Awan.
“Bukan keluarga kalian yang salah. Kalian nggak melakukan kejahatan. Kalian korbannya, Na. Kalo dia cinta kamu nggak akan pedulikan hal remeh itu.”
Kalo dia cinta sama aku, dia nggak akan menghilang begitu saja.
Mereka pasti sedang atau sudah banyak menghabiskan waktu bersama.
Dan, kalo aku nggak menyukainya, seharusnya aku nggak memikirkannya lagi.
Keyna yang sedang duduk segera terkesiap dan meneguk minuman dari mug, pandangannya tertuju pada kakinya yang memakai kaus kaki pendek warna abu-abu itu.
Di tengah keheningan dan sendirian di kamar kos barunya itu, Keyna menarik napas berat mendadak jadi teringat bagaimana senyuman lelaki itu. Isi kepala dan pandangannya mendadak dipenuhi bayangan kejadian-kejadian saat Jati tersenyum padanya.
Keyna merasakan ada hawa geli yang membelai lembut di pipinya. Saat wanita itu tanpa sadar refleks menyentuh pipi. Dia mengingat bagaimana seseorang itu memberikan sentuhan di pipinya saat mengusap sisa-sisa air hujan di wajahnya.
Keyna menyentuh bahu saat mengingat kala mereka berjalan bersisian dan tidak sengaja bersenggolan bahu. Bahu Keyna dan lengan lelaki itu tepatnya.
Jemari Keyna mendadak bergemetar. Saat memandangi jemari tangan kanannya, dia juga mengingat saat tangannya diraih dan digenggam Jati saat menyeberang jalan tempo hari ketika menyebarkan pamflet promosi.
Bagaiman tatapan mata cowok itu.
Bagaimana Jati berbicara memohon untuk dirinya diberikan kesempatan dan supaya Keyna melupakan Arsyi dan melihat kepadanya.
Kenangan-kenangan sialan yang muncul dengan sendirinya tanpa bisa ditahan. Semua ini hanya ilusi dan harapan kosong.
Hentikan ingatan kenangan yang tak akan terulang lagi itu!
Keyna sudah hapal dengan situasi seperti ini. Dia segera mengenyahkan perasaan penuh jebakan itu. Mendadak merasa tidak sedih amat. Dia sangat akrab dengan perasaan kosong setelah sempat merasakan kebahagiaan sesaatnya. Dia terbiasa dengan sakit dan patah hati.
Katanya akan ada momen di mana jatuh sedalam-dalamnya dulu baru bisa menemukan seseorang itu. Seperti pohon yang harus menggugurkan daun dahulu sebelum menyemikan bunga-bunga yang indah.
❤❤❤
27 Juli 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top