Bab 16
Keyna memilih menyibukkan diri untuk menghibur diri dengan bermain memecahkan balon dengan melemparkan bidik tajam dan penuh emosi. Dia tidak bisa menebak balon man yang memiliki nomor berhadiah, sampai balon ke-lima tidak ada yang berisikan kertas bernomor.
Memang dia tidak pernah pandai dalam memilih. Memilih jodoh saja juga selalu gagal. Sudah game receh pun, dia tidak bisa memenangkannya.
Keyna mengira hanya dirinya saja yang bermain game cupu itu, Jati membeli untuk 10 kali lemparan. Di lemparan ke-3 balon yang dipecahkannya mengeluarkan kertas.
Sang penjaga segera mengambil untuk mengecek nomor hadiah yang didapat. Hadiahnya adalah sebuah mug yang sudah diambil dan akan diberikan setelah Jati kelar menyelesaikan permainannya. Keyna melongo karena Jati mendapatkan 3x kemenangan, memecahkan balon bernomor, dari 10 kalinya kesempatan.
Keyna mengelak, ya mungkin karena kesempatannya banyak, jadi bisa bermain lebih lama. Sedangkan dia hanya membeli 5 kali lemparan. Kesempatan yang sedikit.
Keyna berusaha mengalihkan pandangan saat melihat Jati mendapatkan kolekasi hadiahnya, mug, boneka yang mirip babi warna hitam, dan kaus kaki.
“Ambil semua buat kamu.” Jati memberikan hadiahnya dengan tampang sombong. “Kasian nggak ada yang menang.”
Wanita itu diam saja sejak tadi bukan karena sedih tidak menang bermain game. Sebab karena obrolan mereka di tempat makan tadi.
“Makasih. Tunggu, aku ambil tote bag.”
Keyna memasukkan hadiah ke dalam tote bag yang dia bawa di dalam ransel kecilnya, karena sekarang minimarket sudah tidak menyediakan plastik.
“Lucu banget boneka babi-nya,” celetuk Keyna memandangi boneka putih dengan totol bulatan hitam di punggung dan bagian perutnya itu.
“Itu sapi, Na,” sahut Jati sambil menahan tawa geli.
“Mana sapi? Ini babi!!” seru Keyna tidak mau kalah. “Hidungnya aja babi.” Dia memandangi boneka itu penuh perhatian.
“Sapi itu pasti lagi kesal karena kamu katain mirip babi.” Jati terpingkal kecil. Mungkin tawanya bukan karena hal itu. Tertawa karena kebodohan Keyna yang tidak bisa membedakan mana babi mana sapi. “Kalo babi mukanya tuh tirus. Kalo sapi mukanya bulet dan tembem.” Seperti biasa Jati memang bicara hal aneh lagi.
Apa yang men-desain boneka ini memperhatikan detail? Ah, suka-sukanya si yang pembuat boneka saja lah.
“Kamu bodyshaming.” Keyna tidak peduli lagi mengenai boneka itu babi atau sapi dengan menyimpannya ke dalam tote bag.
❤❤
Keduanya sekarang sedang antre di loket untuk wahana rumah hantu. Keyna yang ingin masuk ke rumah hantu itu sedangkan Jati takut dan awalnya menolak. Keyna jadi tahu kalau pria itu ternyata takut dengan hal mistis. Melihat ketakutan Jati, Keyna tetep kekeuh ingin masuk. Jadilah mereka masuk ke dalam. Selama berjalan untuk menemui jalanan keluar dari wahana Jati terus menempel lekat pada Keyna.
Saat Keyna menyikut dan ngomel. “Jangan pegang-pegang, bukan muhrim.”
“Nanti bajuku rusak.”
“Kamu jangan deket-deket ntar nginjek aku.”
Beneran saja, Jati memang beberapa kali menginjak kaki Keyna karena mereka berjalan terlalu dekat. Apalagi saat mereka melewati kumpulan pocong.
“Awas aja sendalku ntar putus.”
“Awas ya ntar kalo aku lecet, karena kena kuku kamu.”
Meski cahayanya cukup remang Keyna bisa melihat Jati yang menatapnya dengan mata melebar dan mulut setengah terbuka.
Untuk yang ucapan itu kok agak ambigu? Keyna menyesali ucapannya sendiri segera menambahkan. “Kamu kan pegang-pegang aku, karena kamu ketakutan, siapa tahu aja jadi nggak sengaja cakar aku.”
Keyna menikmati raut wajah Jati yang ngeri sekaligus sebal. Sudah ketakutan lihat hantu-hantu palsu yang memang bentuknya seram, ditambah mendengarkan omelan galaknya.
Setelah keluar dari wahana rumah hantu, Jati terlihat gerah dengan mengusap dahinya dan menyugar rambut yang turun ke dahinya. Keyna mengambil ide untuk mereka mencari minuman. Smoothies buah-buahan. Dia memesan rasa stroberi, Jati yang buah mangga.
Selagi menunggu di meja depan tempat jus itu, Jati sudah melepas jaketnya, karena katanya gerah. Jaketnya disampirkan pada bahunya.
“Kamu takut setan, hahaha, udah tahu itu boongan,” ledek Keyna meledakkan tawa palsu. Dia tidak benar-benar merasa ketawa karena lucu. Ingin menindas orang saja.
“Kamu udah tau itu setan-setan bohongan. Kenapa masih mau masuk dan bayar mahal?” Jati membalas telak dengan wajah kesal dan tersinggung berat dinilai cemen takut pada hantu-hantu palsu.
Keyna tergapap, kenapa ya? Untuk apa ya? Ya biar seru saja, iya tidak sih? Tanya saja sama yang membuat wahana itu? Apa visi dan misi membuat wahana rumah hantu?
“Kamu udah tahu itu setan boongan masih aja ketakutan dan rela mau bayar mahal,” caci Keyna sekali lagi. “Kalo kamu memang takut setan meski yang palsu kayak gitu, ya udah nggak usah masuklah. Buang-buang duit aja kamu sih!”
Di sebelahnya Jati sudah menghela napas berat dan memberikan tanda dengan gerakan tangannya agar mereka berhenti ribut. Mungkin dia lelah dengan keributan.
“Udah nyerah kamu nggak bisa jawab lagi?” ledek Keyna tertawa jahat.
Jati meliriknya dan bersuara. “Karena jawabannya, akan aku lakukan apa pun yang bisa bikin kamu senang, termasuk masuk ke dalam wahana rumah setan tadi.”
Sekarang Keyna yang kalah telak karena tidak bisa menepis ucapan Jati. Dia menunduk dan terus-terusan menghindari tatapan pria itu.
❤❤
Rasanya tidak cukup kalau cuma menikmati smoothies. Keyna membeli cilok yang pakai saus dan kecap. Sudah lama tidak makan cilok. Jati pun juga dibelikan tanpa Keyna tahu cowok itu akan suka atau tidak, soalnya cewek itu main kabur saja saat mau beli.
Saat disodorkan Jati menerima bungkusan cilok itu. Untungnya Jati juga suka makan cilok dan tidak mubazir. Keyna tidak mau menghabiskan 14 biji cilok sendirian.
“Aku nggak percaya kamu udah 30 tahun,” kekeh Jati dengan tatapan lembut.
Keyna menoleh dan tersentak. Kenapa Jati-Jati ini memandanginya dengan muka manis begitu? Keyna mengusap sudut bibirnya saat terasa ada sesuatu yang menempel. Dia mengambil tisu untuk membersihkan area mulutnya. Benar saja ada sisa-sisa kecap yang tertinggal di bibir terluar.
“Memang kenapa kalo aku udah 30 tahun di tahun ini? Kamu sendiri umurnya berapa? Tapi, mungkin di atas Nava. Karena Bapak pasti nyari pria mapan buat dia. Sedangkan aku dan Nava bedanya 3 tahun.”
Jati memandang tengil seraya senyum miring. “Tebak dong.”
Keyna mendecih, malas dipermainkan. Nyebelin banget gaya ni orang sih!
“Aku beberapa tahun di bawah kamu. Aku seumuran sama Nava.”
“Kamu tahu dari mana soal umurku?” Keyna benar-benar agak tersinggung dikuntit habis-habisan oleh Jati. Entah kenapa menjadi malu karena ketahuan umurnya sudah tua.
Sedangkan jawaban Jati hanya nyengir, itu misterius.
❤❤❤
Mereka keluar dari parkiran pasar malam di jam 9 malam. Keyna sudah lelah dan menguap ngantuk. Sudah lama tidak jalan-jalan energinya langsung habis, dasar jompo.
Saat Keyna mulai terlelap dengan menempel di punggung Jati, dia langsung tersadar. Meski ngantuk berat dia merasa ada yang tidak wajar, bisa-bisanya menempel di punggung yang mungkin memiliki daya magnetnya besar itu.
Saat Jati membangunkannya, motor pria itu sudah tiba di depan sebuah restoran fast food. “Mau mampir dulu nggak? Kamu ngantuk berat, tapi aku takut kamu jatoh kejengkang.”
“Mau ngapain lagi?” tanya Keyna heran karena dibawa mampir. Tapi dia juga tidak mau terjatuh mengerikan “Mau makan apa lagi? Kamu belum kenyang?”
“Mungkin es krim?” Jati memasang wajah memohon yang berharap tidak bisa ditolak. Seperti pengen banget makan es krim.
Keyna menurutinya. Dengan girang Jati mengendarai motornya lagi masuk menuju gerbang dan berhenti di parkiran.
Jati berbohong karena dia tidak cuma ingin es krim. Saat kembali membawa makanan, lelaki itu juga membawa kentang goreng, burger, dan soft drink. Lapar, Mase???
Karena pesanan Keyna hanya ice cream, itu saja yang dia terima. Jati mau berbagi kentang goreng miliknya. Keyna mengajarkan Jati untuk memakan kentang goreng yang dicolekkan ke ice cream.
Kali ini Jati sepertinya hendak ingin pergi pulang dan tidak akan menemui Keyna lagi. Cowok itu sampai bilang, “Psikopat.”
Sembari menemani Jati makan malam burger-nya, Keyna memanfaatkan wifi restoran fast food yang kencang. Seharusnya kafe-nya juga difasilitasi wifi sebagus ini, pasti banyak yang datang dan betah. Akan rame terus kafenya. Keyna menonton video pendek dari Instagram.
“Kamu masih buka IG tapi nggak follback aku?” celetuk Jati di sela-sela kegiatan makan burgernya.
“Harus kah?” Keyna tersenyum miring.
“Kalo gitu, please, nomer hapemu?” Jati memohon seraya menyalakan ponselnya.
Kemarin saat Jati mengirimkan video buatannya dikirim ke E-mail Keyna dengan alasan agar kualitas tetap bagus. Ponsel keduanya bukan Iphone, jadi jangan disuruh mengirim melalui AirDrop.
“Kamu tahu umurku, tahu kafeku, tapi nggak tahu nomer hapeku. Kamu pasti nyogok orang itu nggak full premium bayarannya.” Keyna tertawa sinis.
“Nggak ada yang ngasih tau aku. Aku cuma menyimpulkan apa yang aku lihat dan aku dengar. Aku lihat tahun kelulusan kamu di figura foto pas wisuda. Aku cuma nebak dan menyambungkan dengan informasi yang ada. Kebetulan, ternyata kamu satu angkatan sama Arsyi. Aku denger nama kafe kamu, nggak ada yang nunjukin alamat lengkap atau denahnya. Aku nyari namanya di Google Maps.”
Keyna menatap ngeri. “Ngapain?”
“Jadi berapa nomer hapemu? Kosong delapan?”
“Enggak!” Keyna melotot.
“Aku takut kamu salah kira, Na.” Jati memandanginya dengan sorot lesu.
“Emang apa yang aku kira?” tanya Keyna heran dan ketus. Ini ngomongin apa ya?
“Aku deketin kamu buat biar deket ke keluarga Nava. Bukan gitu.”
Oh, ini??? Ini???? Keyna akan mendengar alasan kelakuan absurd lelaki itu selama ini?
Keyna tercekat. “Jadi untuk apa?”
“Kamu. Tujuanku ya kamu. Pengen kenal sama kamu.”
Keyna terbelalak. Dia segera menyentak Jati dengan nada suara keras dan emosi. “Kamu kan dijodohinnya sama Nava. Hari itu, aku lihat sendiri kamu suka dan tertarik sama Nava.”
Jati langsung menjawab. “Aku nggak cocok buat hubungan serius sama Nava. Kita nggak cocok. Aku nggak bisa suka sama dia.”
Lagi-lagi Keyna melongo dan melotot. “Semudah itu sikap kamu ke dia begini?”
“Aku udah jalan beberapa kali sama dia. Aku juga udah ngomong jujur ke dia sebulan lalu. Aku nggak bisa suka meski udah beberapa kali jalan. Daripada dilanjut akan berakhir tetap sakit hati.”
“Enak banget si orang-orang bisa bilang begitu. Harusnya bilang nggak suka dari awal!” semprot Keyna.
Terus gimana reaksi Bapak ya?
“Kalo kamu ngira aku ini seenaknya, kamu salah. Kamu yang lebih lama kenal sama Nava, tahu kan kalo dia punya segudang kenalan cowok. Dia punya banyak pilihan dibanding aku. Padahal sejak diminta ibu-bapak buat kenalan sama dia, aku memang pengen serius. Na, adikmu itu nggak suka amat sama aku.”
Masa sih alasannya itu? Semudah menyerah itu Jati pada Nava? Padahal melihat usaha Jati yang mengganggu Keyna belakangan ini, menunjukkan pria itu penuh usaha. Masa nggak berjuang keras untuk Nava?
“Mungkin kamu butuh waktu dan kesempatan lebih lama lagi buat kenal sama Nava, Ja. Kenalan untuk memutuskan menikah memang nggak bisa secepat itu. Ada masanya. Ada juga pertimbangannya. Keraguan. Dan, sikap-sikap yang mungkin nggak cocok. Butuh waktu dan pemikiran dalam.”
Jati diam saja dengan pandangan tetap lurus. Keyna tersentak, jangan-jangan alasannya karena Jati menganggap dirinya sebagai orang yang menarik dan bikin penasaran?
Makanya Jati ingin tantangan lebih. Apa Nava yang terlalu ramah itu membosankan untuknya? Bukannya Nava jauh lebih asyik dan menyenangkan saat diajak bicara? Nava memiliki banyak teman cowok pertanda dia disenangi dan menarik sekali. Cantik, ramah, manis, lembut, dan baik, pada orang-orang, selain pada Keyna tentu saja. Nava itu definisi cewek sempurna di mata orang lain. Sedangkan jika Keyna mengatakan Nava sebagai cewek yang menyebalkan, rasanya tidak akan ada yang percaya. Inilah tidak adilnya hidup menjadi seorang Keyna.
Keyna meneguk ludahnya sebab tadi lidahnya sempat kaku kelu. Matanya menatap wajah Jati dengan berani. “Kalo kamu mengira aku sulit didekati, kamu udah salah. Aku mudah. Mudah banget. Aku mudah buat jadi baik. Aku nggak seperti yang kamu bayangin atau bikin kamu tertantang. Jangan penasaran. Aku nggak semenarik itu. Aku mudah banget jatuh cinta.”
Itulah keyataannya. Selama ini hanya topeng yang dia gunakan. Dia sangat lembut dan mudah jatuh cinta.
Jati malah tersenyum mengundang kebingungan pada kepala Keyna. Kenapa lelaki itu malah terlihat senang? Sejak awal lelaki ini memang agak aneh, seharusnya Keyna tidak heran melihatnya.
“Jadi, kamu juga sama? Udah jatuh cinta ke aku?” tanyanya dengan nada senyum.
Keyna melongo. Sepertinya dia sudah salah bicara. Atau memang Jati yang mengartikannya berbeda. Cewek itu tadi bermaksud ingin mengusir Jati dan menguburkan ekspektasi pria itu kepadanya kalau sudah mengira dirinya sebagai cewek dingin yang sulit ditaklukan.
Tapi?? Ini makhluk pria yang benar-benar sulit. Katanya perempuan adalah makhluk yang sulit dimengerti. Apa Jati ini robot rusak? Kalaupun dia manusia asli, kira-kira apanya yang rusak sampai sulit diprediksi? Pemahamannya benar-benar di luar nalar normal.
Keyna menggeram. Dia kesal dan mendengus. “Geer. Nggak begitu! Maksud aku bukan begitu!!” jelasnya dengan nada suara agar tidak kasar.
Meski dalam hatinya mengiyakan. Kalaupun memang iya, semudah itu dia suka pada Jati. Tapi, dia tidak mau menggebu-gebu. Cinta selalu berakhir menyakitkan untuknya. Hanya manis di awal, ujungnya pasti akan menjatuhkan hidupnya.
“Aku kira akan lebih susah deketin kamu. Ternyata kamu memang nggak se-dingin itu.” Jati tersenyum lega.
Loh, kok jadi begini sih???
Setelahnya Keyna diam saja, Jati tersenyum memandanginya.
Dia menyerah sebab pikirannya ruwet dan dadanya mulai sakit. Otaknya rasanya berhenti bekerja sampai gugup setengah mati dan tidak melakukan hal yang semestinya.
Sampai diantar pulang oleh Jati ke kafe, yang ternyata sedang dibereskan dan dibersihkan, karena mau tutup. Jati ingin membantu para karyawan membereskan kursi ke atas meja, tapi Keyna segera melarang dan memohon agar lelaki itu pulang saja.
Saat otaknya sudah berjalan normal. Keyna menyesali mengapa dia hanya membatu saja padahal ada banyak hal yang dia lakukan saat pembicaraan tadi. Seperti menegaskan pada Jati, bahwa semua ini sudah salah dan harus dihentikan secepatnya. Sebelum akan menjadi lebih buruk.
❤❤❤
7 Juli 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top