Bab 15

Seharusnya sudah bisa ditebak bersekutu dengan makhluk licik berbentuk apa pun pasti tidak ada yang gratis. Keyna menyesal sudah menerima kebaikan Jati yang dikira dilakukannya secara sadar dan ikhlas.

Jati ternyata berakhir minta imbalan. Ingin ditraktir makan dan nonton di bioskop. Minta nomornya juga. Serakah. Banyak maunya. Gila saja si Jati. Keyna tidak mau memberikan, hanya diimingi makan gratis di kafe saja daripada menuruti permintaan aneh pria itu.

Namun, Jati berhasil memaksanya. Untuk membalas jasa usaha Jati yang memang ada hasilnya, walau sedikit saja. Kafe Keyna mulai didatangi beberapa orang setelah mereka melakukan promosi waktu itu. Mungkin penasaran dan juga kena sasaran dari harga paketan makanan yang dibuat harga miring. Cuma beda 5 ribu dari harga makanan dan minuman yang dibeli terpisah, tapi orang lebih memilih makanan yang sudah dipaketin beserta minumannnya.

Gerak-gerik ke-akraban Keyna dan Jati juga mengundang tanya dan pergosipan antar karyawan kafe. Dari raut wajah bingung dan penasaran para karyawannya saat Keyna pulang diantar Jati habis sebar brosur, wanita itu tidak bisa menjelaskan apa-apa. Karyawannya tampak penasaran, tapi tidak ada yang bertanya. Jadi, Keyna tidak membuka suara apa-apa. Dia juga tidak memiliki penjelasan.

Kedatangan Jati untuk menagih imbalan berakhir setelah berdebat panjang. Hasil akhirnya menjadi Keyna mengiyakan ajakan Jati untuk pergi ke pasar malam di Lapangan Banteng, tempat yang terkenal jadi pusat hiburan di daerah situ.

Jati menjanjikan agar menjemputnya di malam jam 18.30, Keyna sudah harus siap dan tidak boleh kabur. Meski kerjanya tidak ke kantor, Jati juga perlu bersih-bersih dan ingin meninggalkan laptopnya di rumah. Pria itu tidak mau sakit punggung karena menggendong tas laptop, lebay, memangnya laptopnya itu seberat batu kali? Bukannya laptop keluaran baru apalagi tipis seperti miliknya itu ringan? Keyna memang hanya ingin mencibir pilihan Jati.

Keyna juga sudah rapi. Saat menyisiri rambut di ruang ganti baju yang juga digunakan untuk solat di kafe. Wanita itu mengamati penampilan wajahnya di cermin. Haruskah malam ini menggunakan bedak anti longsor, atau pakai bedak yang tabur? Haruskah pakai pensil alis. Selagi berpikir pintu ruangan itu digedor pelan.

“Teh Keyna, udah belum? Via mau solat udah wudhu ini.”

“Sebentar yaaa!”

Keyna memutuskan untuk menggunakan bedak yang tabur agar setelah pulang nanti malam tidak butuh waktu yang lama dan tenaga ekstra saat membersihkannya. Dia menggunakan lip cream warna pink. Tidak perlu pensil alis, maskara, blush on dan lainnya.

Hei, ini cuma ke pasar malam. Dan, pergi bersama Jati? Ngapain dandan?

Keyna juga seperti baru sadar, pergi mengiyakan ajakan Jati saja sudah kesalahan dan keanehan. Cewek itu menarik napas.

Ini diri kamu, Na. Kamu nggak se-tirani apa yang Arsyi pikirkan. Kamu yang asli, kamu yang baik dan terbuka pada dunia, bisa berteman dengan siapa saja, 'kan? Ini hanya urusan soal bisnisnya.

Setelah rapi dengan kegiatan terakhirnya semprot parfum sana-sini, Keyna mencangklong tas ke bahu untuk pergi ke lemari loker meninggalkan tas yang isinya barang-barang tidak penting.

Saat keluar ruangan kecil itu dirinya berpapasan dengan Via yang segera tersenyum menggoda.

“Deuu, mau ke mana, tumben mau pergi, Teh,” ledeknya. “Wangii banget, uhuy.”

Keyna segera mendesah sebal. “Emang kamu doang yang tukang nongki. Aku gini-gini mantan anak tengah malam ibukota. Udah ah, aku mau pergi, mungkin pulangnya akan ke sini lagi.”

Dia nggak akan lama-lama pergi sama Jati, kan? Sepertinya satu jam di sana sudah cukup.

Belum ada jam setengah 7 malam, Jati sudah muncul dengan motornya memasuki halaman. Keyna menunggu di teras, bukannya tidak sabar mau bertemu, dia sengaja mencegat Jati agar tidak ada karyawan yang melihat kedatangannya dan mencegah gosip ternyata Keyna pergi malam ini dengan si pria yang pernah dianggap bakteri itu.

“Buruan, buruan,” titah Keyna seraya menerima helm dari Jati yang terlihat diam saja saat sejak muncul dan memberikan benda itu.

❤❤

Jati sudah lapar, karena setibanya di sana pria itu mengajaknya untuk makan kebab terlebih dulu. Dia memesankan 2 kebab large plus topping keju.

Mereka duduk di salah satu kursi depan kios kebab di pusat stand makanan, yang disediakan meja dan kursi kayu. Berkat cahaya dan mereka duduk saling berhadapan Keyna jadi melihat jelas sosok Jati, malam ini pria itu berjaket hitam dengan kaus berwarna hitam-putih. Jati masih seperti saat awal mereka bertemu, menggunakan kacamata. Jati terlihat diam saja atau tidak mood. Kalau begitu kenapa harus jadi pergi-nya? Keyna yang jadi bingung, tapi dia tak peduli, dia sedang makan kebab.

Keyna mendadak sebal saat teringat pada sesuatu dan harus menyelesaikannya kepada Jati.

“Ngapain kepo-in Nava lewat orang lain? Nava itu mudah dideketin dan dibaca. Kamu sendiri yang tinggal nyari tahu dan rasain sendiri.” Omongan Keyna menjadi menarik perhatian Jati yang menjadi menatap lurus tepat di manik matanya. “Cara kamu salah, kalo kamu cari info ke orang yang benci dan ada masalah sama dia, kamu malah jadi mendengar berita yang jelek-jelek. Yang mungkin aja itu adalah fitnah atau kebohongan.”

Mata Keyna mendadak menjadi berembun. Entah mengapa dia menjadi kesal. Bukan salah Awan jika menjadi mengetahui cerita tentang masa lalu keluarganya, tapi mengapa kebohongan yang mesti didengar dan dipercaya? Bahkan setelah semuanya terbongkar kalau itu hanya informasi yang salah, hubungan mereka tidak kembali menjadi lebih baik.

“Kenari,” panggil Jati tidak langsung menjawab omongan Keyna tadi.

Cewek itu menatap menunggu ucapan Jati selanjutnya.

“Kamu yang lebih menarik aku. Satu sisi aku melihat kamu hatinya keras. Dingin ke orang lain. Tapi satu sisi kamu juga bisa ngasih ruang ke orang lain. Kamu akrab sama staff kafe. Tapi, kamu dingin ke keluargamu. Oh ya, kamu juga lembut sama kucing jalanan. Bikin aku penasaran.” Suara Jati yang lancar berbicara hal itu seolah sudah dipersiapkan pidatonya atau memang sudah terbiasa menggoda cewek.

Keyna ingin membaca dari mata Jati. Namun, justru dia yang menjadi kikuk karena mata lelaki itu tajam dan tak berkedip.

“Mana mungkin kamu penasaran! Kamu tuh kayaknya emang cowo gatel yang hobi deketin cewek-cewek ya? Kamu baik dan ganjen ke semua cewek?” Keyna tergagap dan mendadak kesal sampai nada suaranya ketus.

“Aku cowok baik-baik. Karena kalo baiknya satu kali, ya semua orang juga baik.”

“Apa yang bikin kamu penasaran? Nava pasti udah cerita banyak tentang aku, 'kan? Dia kan nggak bisa nahan cerita. Semua orang mudah percaya ke dia, sedangkan kamu malah penasaran ke aku?” tanya Keyna, dengan dada bergemuruh. Dia menyimpan ruang skeptis dan tidak menaruh harapan besar. Suatu saat mungkin Jati akan juga membencinya jika Nava sudah berulah.

Kamu sih yang cari gara-gara berurusan dengan manusia lagi!

“Tapi, aku nggak mudah percaya sama dia, Na. Aku nggak kayak orang lain.”

Keyna salah tingkah. Astaga, kebab-nya kok rasanya seperti pedas yang tidak biasa ya? Mengapa seperti kebab berisi wasabi? Kok wajahnya jadi panas.

“Kamu keliatan beda. Keyna yang sekarang aku lihat kok beda sama yang waktu itu? Na, kamu dingin ke orang lain bukan karena itu adalah karakter asli kamu, ya kan? Mungkin karena kamu udah terlalu sering dibuat kecewa sama orang, bener ya?”

Keyna syok karena Jati benar. Keyna menutupi perasaan lembutnya dengan sok dingin pada orang baru, salah satunya Jati, agar orang-orang menjauh. Apalagi cowok itu hadir diperkenalkan akan terlibat banyak dalam hidup Nava.

Sedangkan pada orang lama, Pak Darso dan Arsyi, yang dia jauhi karena dia tidak ingin lebih lama lagi terlibat emosi untuk bergantung. Keyna malu dan merasa tidak pantas masih diperlakukan baik oleh Pak Darso bahkan setelah kejadian dia menggampar dan menjambak, berantem dengan Nava. Sedangkan pada Arsyi, dia takut semakin mencintai lagi pada lelaki itu, karena menumbuhkan harapan. Harapan yang munculnya dari dirinya. Padahal Arsyi tidak pernah memberikan hal itu.

Kenapa bisa Jati paham dengan dirinya?

“Ja, aku kepedesan. Aku mau beli es teh dulu. Kamu mau juga, 'kan? Sebentar ya,” ucap Keyna segera pergi tanpa menunggu jawaban Jati.

Gue pernah berdoa dipertemukan sama seseorang yang membuat gue nggak akan ragu buat habisin waktu bersama dia. Saat ada perasaan itu, tapi kenapa suasananya rumit seperti ini? Masa iya gue suka sama cowok yang bakal jadi suami adek gue? Gimana pun status gue di keluarga Pak Darso, kita bakal sering berinteraksi.

Keyna menjadi takut salah melangkah lagi. Dia memutuskan sesuatu. Ya, tentu saja harus menjaga jarak dengan Jati. Masa iya mau naksir pria yang suatu saat nanti akan ada di pelaminan dengan saudaranya? Dia sudah salah langkah dalam memanfaatkan kebaikan Jati demi kepentingan bisnisnya.

Sekembalinya dari membeli minuman dan mereka menyeruput es bersama. Keduanya tetap saling diam saja. Jati sebenarnya memberikan tatapan mata penuh arti tapi karena mulutnya diam saja, Keyna malah menghindari mata itu lagi. Jati pasti akan berbicara sesuatu lagi kalau mereka masih memandangi satu sama lain.

❤❤❤

30 Juni 2024


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top