Bab 11
Keyna berhasil menggaji para karyawannya. Menggunakan duit tabungannya tentu saja, karena pemasukannya jelas tidak bisa membalikkan modal apalagi memiliki sisa untuk ditabung. Sepertinya mungkin 2 bulan lagi kafe akan benar-benar ditutup daripada duit Keyna habis tidak jelas.
Dan, bulan depan dia sudah harus membicarakan ini pada karyawannya. Meski gaji mereka tidak seberapa, tetap saja pemasukan hasil penjualan kafe tidak bisa dibilang banyak.
Keyna mulai menerima bahwa dirinya sudah gagal dan akan mulai melamar pekerjaan kantoran dari sekarang. Ambil pelajarannya yang sudah rugi banyak duit, karena namanya juga coba-coba. Buang-buang duit. Pasti bakal diledekin habis-habisan sama arwah-arwah keluarganya karena uang hasil jual warisan itu dibakar tidak ada hasilnya.
Keyna baru saja kembali dari pasar untuk membeli garpu plastik untuk kue. Benda sekecil itu terlupakan saat dirinya belanja keperluan kafe beberapa hari lalu. Tidak cuma membeli benda receh itu saja, dirinya juga membeli sabun cuci piring, cuci tangan, dan juga pengharum ruangan untuk area dapur. Untuk area dalam kafe menggunakan pengharum cair yang semprotan ditempel pada dinding. Angin melalui jendela yang dibuka tidak akan membuat area dalam panas. Disertai kipas angin dan AC jika diperlukan kalau panasnya sangat nyentrik. Cuaca pernah mencapai 30 derajat celcius.
Sambil membopong dengan menggunakan kedua lengannya, cewek itu masuk ke dalam kafe melalui pintu kaca yang dia dorong. Dia agak kesulitan mendorong pintu berat itu. Biasanya tidak ditutup, hey!
Keyna merasakan hawa aneh, tumben AC menyala, sebab hawa dingin langsung menyapanya. Dan, pintu kaca itu ditutup biasanya diganjal batu.
Baru masuk sudah mendapati ada pengunjung saat melihat siluet seseorang sedang duduk di meja dekat pintu masuk, menghadap ke arah meja kasir, membelakangi area depan, orang itu fokus melihat pada laptop di meja.
Cewek itu akan menyapa ramah dan manis jika sang pengunjung menoleh padanya. Saat berjalan Keyna melihat jelas sosok pria berkemeja dengan lengan digulung itu adalah Jati, Keyna segera batal menyapa dengan ramah. Karena kikuk sudah melebarkan bibir, cewek itu hanya menyapa dengan gerakan dagu sedikit. Sangat tidak sopan. Tapi, heii, itu kan Jati! Kok bisa berada di sini??
Keyna bersumpah melihat Jati yang melemparkan senyuman kecil. Dia tidak mau menghiraukan Jati lagi segera berjalan cepat menuju pintu kayu di sebelah kasir yang akan membawa ke arah dalam dan dapur.
Di meja kasir ada Ines yang memberikan tatapan bingung. "Teh, kok mukanya begitu sama pelanggan?" tanyanya yang pasti melihat adegan Keyna melengos buang muka.
"Kalo untuk orang itu beda. Dia-" Keyna mendesis sebal.
KOK BISA ADA JATI SIH?
Keyna meletakkan totebag besar pada meja dengan agak gegabah sampai bagian atasnya yang berupa biskuit untuk cemilan segera meloncat ke atas meja. Benda itu segera diselamatkan oleh Danil yang ngoceh-ngoceh karena kelakuan Keyna.
"Udah berapa lama dia di sini?" tanya Keyna pada Ines.
"Mungkin 45 menitan. Teteh kan udah 3 jam di pasar," jawab Ines.
"Dia aneh-aneh nggak? Minta AC dinyalain ya?" terka Keyna dan nyaris mengumpat 'dasar cowok ribet banyak mau'. Dikasih kipas angin emang kurang?
"Tapi emang panas sih siang ini."
Jam memang menunjukkan pukul 1. Jam makan siang. Sebentar lagi tuh cowok bakal pergi atau balik ke kantornya, kan?
Keyna berusaha menghubungi seseorang melalui ponselnya, dia melakukannya di area belakang luar kafe. Tentu dia mau mengamuk dengan tidak mau disaksikan oleh orang lain.
"Aku tadi lagi sama Bos. Nggak bisa angkat telepon. Ada apa, Na?" Akhirnya Arsyi menjawab panggilan telepon Keyna.
Iya, orang itu pasti tahu sesuatu.
Keyna tanpa basa-basi nyemprot Arsyi. "Kamu ngasih tau tentang kafeku ke Jati ya?" Marah nadanya. Mana bisa tidak ngegas.
Terdengar helaan napas dari lelaki itu. "Dari hari terakhir kita ketemu itu kamu nggak ngajak aku ngomong. Sekitar satu bulan. Sekalinya kamu nyariin aku malah ngajak ribut dan bahas orang lain?"
"Sebelumnya kamu bilang dia nanyain nomerku. Kenapa dia juga jadi ngejajah kafeku? Dia tau dari mana soal kafeku?"
"Tapi, dia bayar, kan?" Arsyi merespon ngeselin.
Keyna melongo. "Ya, tapi,"
"Tamu adalah raja. Jangan diusir atau dikasarin," tutur Arsyi.
"Raja apaan? Tu cowok keliatannya kek iblis. Mencurigakan." Keyna menahan agar tidak memekik keras. Kalau bisa dia ingin mendatangi Arsyi dan mencakarnya. "Dia ngapain ke sini? Kurang kerjaan atau nyari masalah?"
Pasalnya ini berhubungan dengan Nava. Si cewek monster itu.
"Selama dia nggak bikin onar, nggak apa-apa, kan? Danil pasti bisa handle dia lah. Kelakuan dia di luar kemampuanku. Kamu yang tanya dong ngapain dateng ke tempatmu."
"Bener kan kamu yang ngasih tau tempatku ini???"
Arsyi tertawa. "Dia bisa pake Google Maps. Aku cuma sebut nama tempatnya."
"Sama aja! Intinya kamu yang ngasih tahu!!" geram Keyna.
"Aku mana tahu dia bakal dateng ke situ."
"Aku kesel sama kamu!" seru Keyna segera menutup telepon tanpa babibu lagi.
❤
Keyna ingin mengkonfrontasi langsung pada Jati tentang kemunculannya secara aneh di kafe Keylight. Karena Jati sudah beberapa kali pesan minuman sampai ada 3 gelas kotor di sisi meja lainnya. Sedangkan lelaki itu sibuk menatap laptop dengan sesekali mengerutkan dahi.
Keyna nyamperin saat terlihat wajah Jati sudah santai, tetapi matanya masih lurus menuju laptop dengan headset tersambung ke telinganya. Tangannya terlipat di atas meja.
Paling lagi seru nonton film nih cowok!
Saat mendekat Keyna melihat kalau Jati mencolokkan laptop ke saklar listrik dekat situ. Dia segera mendesah kesal.
"Kalo mau lama pesen makanan yang banyak. Minimal 1 jam sekali ada makanan baru. Jangan charge laptop lama-lama tar tagihan listrik naik."
Emang Kenari tuh definisinya mau ngusir tamu. Kalau ada pegawai yang mendengar pasti sudah langsung nge-cap Kenari sebagai cewek yang aslinya ternyata seperti itu. Selama ini pura-pura manis, aslinya jutek dan galak bahkan ke tamu kafenya.
Jati mendecak nyuruh Keyna agar diam dengan gerakan jemari telunjuk depan bibir. Lagi meeting, mimik bibirnya mengucap demikian.
Keyna mendecih mencibir. "Emang nggak dimute apa? Bos-nya pasti otoriter. Yang dengerin aja si Jati dari tadi diem aja, kasian mic-nya mesti on, tapi yang boleh ngomong cuma si bos-nya."
Jam sudah tepat di angka 5 sore, saat Jati akhirnya mematikan laptop dan menyeruput teh tawar panas yang menjadi hangat karena lama didiamkan. Keyna melihat Jati sedang memakai jaket, akhirnya pergi juga orang itu.
Karena tamu kali ini mesti dikonfrontasi, Keyna menyambangi Jati yang sudah mau pergi usai menyapa pamitan pada kasir yang dijaga oleh Via.
"Kenapa kamu ke sini?" tanya Keyna setelah keduanya berada di halaman depan kafe. Motor Jati terparkir di bawah pohon halaman samping.
Jati berhenti melangkah. "Bukannya ini tempat umum, Kenari? Memang ada syarat tertentunya?" Pria itu membenarkan tas ranselnya menjadi disampirkan pada dua bahunya.
"Kamu kayaknya nggak akan tahu akibatnya setelah kamu pulang dari sini. Dan, dia bakal tahu hal ini," ucap Keyna penuh makna. "Kalo kamu cerita, namanya bunuh diri."
Jati menyeringai tipis. "Sesuai yang kamu pernah bilang, tindakanku ini secret mission."
Keyna mendengus jijik. "Jangan balik lagi! Aku nggak bisa bantu kamu. Nyebut nama dia aja aku udah nggak bisa. Apalagi buat ceritain soal dia!"
Karena cerita yang bakal kamu denger, bakalan sebuah cerita yang nggak akan bisa dipercaya. Kenanganku sama Nava tuh buruk semua! Aku aja pernah gampar dan jambak cewek itu.
Tapi, mana bisa Keyna mengakui hubungan buruknya pada si cowok yang baru dikenalnya itu? Lagian cowok ini aneh, tinggal pacaran dan kenalan pada Nava kan mudah, ngapain kenalan dengan saudaranya!
Jati diam sejenak. Lalu dia mengeluarkan suara. "Aku akan pesen banyak makanan, tapi imbalannya nomer hapemu." Lelaki itu tidak menjawab ucapannya malah berbicara hal mengerikan.
Keyna melotot dengan degub jantung berpacu. Heran. Ngeri banget. Lelaki di depannya ini sejenis maniak.
"Buktiin aja kamu bisa pesan banyak makanan. Kalo 10 kali memesan dapet voucher gratis 1 makanan. Kamu kumpulin struk bayarnya. Kalo kamu nggak bisa pesan 5 kali dengan minimal 2 pesanan saat satu kali pesan, aku bakal ganggu dan berusaha buat usir kamu terus."
"Nggak menarik. Aku maunya nomermu," tandas si cowok gila itu dengan tatapan mata serius.
"Nggak boleh!" tepis Keyna cepat dengan wajah ngeri.
Sebelum Jati melakukan hal-hal yang mengerikan atau nodong pakai pisau, Keyna segera berjalan memasuki kafe. Dari jendela sampinf dia mencoba mengintip kepergian Jati. Isi kepalanya penuh dengan tanda tanya dan sesuatu yang berat mengganjal pada hatinya menjadi berat. Gawat!!
❤
Besok harinya, Jati muncul lagi di kafe pada jam 1 siang. Saat kemunculannya Keyna sedang berada di meja kasir menghitung pecahan uang sedangkan Via sedang di toilet. Ines sedang makan siang di ruangan dalam tempat karyawan. Danil di dapur sedang membuatkan pesanan pengunjung berupa bakmi goreng. Azam sedang membereskan sampah di halaman belakang yang akan dijemput nanti sore.
Keyna tidak bisa tersenyum menyapa kedatangan lelaki yang segera mendatangi ke meja kasir itu. Sedangkan Jati sudah mengulum senyuman manis dengan gaya pakaian perlente seolah dia lah bos kafe ini. Pria ini kerjanya apa sih kok keluyuran terus?
"Kenari, ini pesan makanannya di kamu ya?" tanya Jati dengan raut wajah terlihat mengejek karena di situ memang hanya ada Kenari yang mesti melayani orderan.
"Iya." Kenari segera mengoperasikan mesin kasir elektronik.
"Kesukaan kamu apa, Kenari?"
"Kamu pesen makanan kan buat kamu sendiri. Kenapa nanya aku?" tanya Keyna sebal. Buang-buang waktu dan iseng aja nih cowok!
"Kemarin aku udah pesen yang aku suka. Bosen nanti," tukas Jati banyak alasan.
"Ah, aku suka chicken cordon bleu pake french fries. Dan, minumannya jus alpukat. Aku juga suka es teler si." Keyna dengan isengnya menyebutkan menu makanan yang mahal.
"Apa? French kiss?"
❤❤
Happy reading!!
1 Jun 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top