#17
"Jadi, orang yang terseret ombak saat itu Oliver?" tanya Chloe ingin memastikan. Bibi Brenda baru saja selesai menjelaskan semuanya, tapi rasa tak percaya masih menggelayuti pikiran Chloe.
Bibi Brenda mengangguk.
"Oliver datang ke sana sendirian. Dan dia berangkat dengan mengenakan jaket hijau tua itu. Dia tiba di sana sehari sebelum kejadian itu," tutur Bibi Brenda melengkapi kisahnya.
Jadi, mobil polisi dan tim SAR yang dilihatnya saat itu untuk mencari Oliver? Chloe terus saja berpikir. Gadis itu mencoba untuk mengulang kembali ingatannya ketika ia dan Emily baru tiba di pantai.
Saat itu, ia dan Emily sedang makan di sebuah restoran, tapi tiba-tiba saja mereka mendengar suara sirine mobil polisi.
"Lalu, kapan Oliver ditemukan?"
"Pada sore harinya."
"Tapi, aku bertemu Oliver saat siang harinya." Chloe tidak mungkin salah. Ia ingat betul kejadiannya. "Aku duduk di sebuah bangku kayu dan tiba-tiba Oliver datang."
"Benarkah?" Bibi Brenda terlihat rapuh dengan sepasang mata yang nyaris meneteskan air mata. Wanita itu sangat merindukan putranya.
Sekarang Chloe mengerti. Terakhir kali ia melihat sosok Oliver berdiri di tepi jalan dengan tubuh basah kuyup. Wajahnya terlihat pucat dan tanpa ekspresi. Namun, semua ini masih belum bisa dipercayainya. Mana mungkin orang yang sudah meninggal, hidup kembali dan bertingkah seperti manusia normal lainnya?
"Ini tidak masuk akal." Tanpa sadar Chloe menggumam sendirian. Pasalnya sosok Oliver yang ditemuinya saat itu memang sangat nyata. Sayangnya Emily tidak sempat bertemu dengan Oliver. "Tapi ... "
"Ada apa?"
Chloe baru menyadarinya sekarang.
"Saat aku bersama Oliver, orang-orang yang kebetulan lewat di depan kami, melihatku dengan tatapan aneh. Mungkinkah hanya aku yang bisa melihatnya? Tapi kenapa hanya aku yang didatangi Oliver?"
"Karena dia menyukaimu." Casey yang sejak tadi diam, akhirnya ikut menyela juga.
Chloe menoleh pada Casey. Namun, ia tidak terkejut mendengar ucapan Casey. Oliver pernah mengatakan hal itu sebelumnya.
"Ah," Bibi Brenda menyambung. "aku jadi ingat sekarang. Aku pernah melihatmu di laptop Oliver."
Chloe kaget mendengar pengakuan Bibi Brenda.
"Maksud Bibi?" tanya gadis itu dengan kedua alis yang hampir bertaut.
"Tunggu sebentar." Bibi Brenda langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan ke arah anak tangga yang mengarah ke lantai dua.
Chloe melirik ke arah Casey, tapi tak ada satupun kalimat yang keluar dari bibirnya. Benak gadis itu penuh dengan pertanyaan. Namun, Chloe memilih untuk menyimpannya sementara waktu. Ia penasaran dengan apa yang akan Bibi Brenda tunjukkan kepadanya.
Tak butuh waktu lama bagi Bibi Brenda untuk kembali ke ruang tamu. Wanita itu datang dengan membawa sebuah laptop.
Begitu sampai di ruang tamu, Bibi Brenda segera membuka laptop milik Oliver dan menyalakan benda itu. Setelah menunggu beberapa saat, barulah Bibi Brenda membuka isi file di dalam laptop milik putranya.
Kedua mata Chloe seketika terbelalak saat ia mendapati ada begitu banyak foto dirinya tersimpan di dalam laptop milik Oliver. Hampir keseluruhan foto Chloe diambil dari jarak jauh dan tanpa sepengetahuan gadis itu. Mayoritas foto diambil saat Chloe berada di kampus.
"Apa-apaan ini?" Chloe bergumam pelan. "Apa kau bisa menjelaskan semua ini?" Gadis itu beralih pandang ke arah Casey setelah selesai memeriksa foto-fotonya. Satu-satunya orang yang bisa menjelaskan semuanya adalah Casey. Dan Chloe tak punya kesabaran lebih untuk menyimpan rasa penasarannya. Ia tak peduli ada ibu Oliver di dekatnya.
Casey terlihat tegang. Ia merasa terpojok.
"Aku juga tidak tahu apa-apa soal ini," ucap Casey berusaha membela diri. Pasalnya ia tidak pernah tahu menahu tentang foto-foto itu. "Aku tidak tahu Oliver mengambil foto-foto itu."
"Tapi, kau kan teman dekatnya. Kau lah yang sudah menceritakan semua hal tentangku pada Oliver," debat Chloe.
"Kurasa ada kesalahpahaman di sini," ujar Casey berusaha menenangkan mantan kekasihnya. Ia merasa canggung untuk berdebat dengan Chloe di depan Bibi Brenda. Lagipula Oliver juga telah tiada. Haruskah Chloe mempermasalahkan ini dan mempermalukan Casey di depan Bibi Brenda?
"Maaf," sela Bibi Brenda seolah bisa mengerti apa yang sedang terjadi.
Chloe berusaha mengendalikan diri setelah Bibi Brenda menyela. Casey juga merasa terselamatkan meski sejujurnya ia malu pada wanita itu.
"Mungkin yang dilakukan Oliver keterlaluan. Aku sebagai ibunya Oliver meminta maaf padamu, Chloe," ucap Bibi Brenda tulus. "Aku merasa menyesal dengan apa yang telah dilakukan Oliver padamu. Tolong maafkan Oliver."
Emosi Chloe seketika luruh begitu mendengar permintaan maaf yang diajukan Bibi Brenda.
"Tidak apa-apa, Bibi. Aku juga minta maaf," balas Chloe setengah tertunduk. Gadis itu juga menyesali emosi yang tadi sempat meluap dalam dadanya.
Tak lama setelahnya, Casey dan Chloe pamit pada Bibi Brenda. Sepenggal misteri tentang Oliver telah terkuak beberapa bagian. Sebagian lagi masih menjadi pertanyaan dalam benak Chloe.
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu." Chloe sengaja menghentikan langkah sebelum mereka keluar dari halaman rumah keluarga Oliver.
Casey yang berjalan di depan Chloe, langsung menghentikan langkah saat telinganya menangkap suara gadis itu. Cowok itu berbalik.
"Bicara apa?"
"Tidak sekarang. Kita harus mencari tempat untuk bicara."
Casey melirik ke sekeliling. Tempat itu memang bukan tempat yang nyaman untuk berbincang. Bibi Brenda bisa saja keluar dari rumah setiap saat.
"Baiklah. Kita akan mencari tempat untuk bicara." Casey setuju. Semua permasalahan tentang Oliver harus dituntaskan hari itu juga agar tidak ada lagi kesalahpahaman di antara mereka.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top