#15

Chloe cukup terkejut setelah membuka pintu dan menemukan sosok Casey sedang berdiri di depan matanya. Benarkah Casey yang tadi mengetuk pintu rumahnya? batin Chloe setengah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Aku tadi mencarimu di kampus," ucap Casey sebelum Chloe sempat membuka mulut.

"Oh." Chloe hanya menggumam pelan. Ia baru tiba di rumah beberapa menit yang lalu. Bahkan Chloe belum mengganti pakaian. "Ada apa mencariku?" Kening gadis itu sedikit mengerut. Rasanya tidak ada hal yang belum terselesaikan di antara mereka.

"Bisa kita masuk?" pinta Casey karena gadis di hadapannya tak kunjung menyuruh agar ia masuk ke dalam rumah.

Chloe mengangguk meski masih bingung dengan kemunculan Casey yang tiba-tiba di rumahnya. Apa mungkin ini tentang kejadian tadi pagi? batin Chloe seraya membimbing langkah Casey masuk ke dalam rumah.

Chloe menyuruh Casey duduk di ruang tamu rumahnya.

"Ada apa?" tanya Chloe penasaran.

"Ini tentang Oliver."

Chloe menelan ludah. Ia benar. Casey datang karena harus membahas masalah Oliver. Bukan untuk membahas hubungan mereka yang telah kandas tanpa pertikaian apapun.

"Apa Emily tidak memberitahumu kalau dia yang bertemu dengan Oliver?" Chloe mencoba untuk mengelak demi Emily. Agar kebohongan Emily dapat tertutupi dengan baik.

"Justru Emily yang mengatakan kalau kau yang bertemu dengan Oliver."

Chloe tercekat. Jadi, Emily sudah mengaku pada Casey bahwa Chloe lah yang sudah bertemu dengan Oliver, tapi Emily tak bicara terus terang pada Chloe?

"Awalnya Emily mengaku kalau dia bertemu dengan Oliver, tapi waktu aku minta untuk menyebutkan ciri-ciri Oliver, Emily tampak kebingungan. Dari situlah aku tahu kalau bukan dia yang sudah bertemu dengan Oliver," sambung Casey menjelaskan situasinya. Dan Chloe akhirnya bisa mengerti.

"Ya, memang aku yang bertemu dengan Oliver," ucap Chloe mengaku. Casey adalah cowok cerdas dan peka dengan situasi. Tidak gampang untuk membodohinya.

"Benar kau bertemu dengan Oliver?"

Kepala Chloe mengangguk.

"Ya. Dia mengatakan kalau kalian bersahabat," tandas Chloe memperjelas pengakuannya.

Casey mengeluarkan ponsel pintarnya dari saku celana, mengusap layarnya beberapa kali, lalu menyodorkan benda itu ke hadapan Chloe.

"Apa Oliver yang kau lihat, Oliver yang ini?" tanya Casey sembari menunjukkan sebuah foto pada Chloe.

Chloe mengamati sebuah foto di layar ponsel pintar milik Casey. Seraut wajah tampan milik Oliver terpampang di sana sedang tersenyum dengan jari jemari membentuk huruf V.

"Ya. Aku bertemu dengan Oliver yang ini. Tapi, kenapa kau bertanya seperti ini?" Chloe merasa tidak nyaman dengan perlakuan Casey. Semestinya Casey memberikan alamat Oliver pada Chloe dan bukan memberondong gadis itu dengan banyak pertanyaan yang lebih mirip dengan interogasi.

"Kapan kalian bertemu?"

Chloe membuang napas kesal. Ia tadi bertanya pada Casey, tapi lagi-lagi cowok itu mencecarnya dengan pertanyaan.

"Kenapa bertanya? Apa itu penting buatmu?" Chloe menumpahkan kekesalannya. Tidak mungkin Casey cemburu pada Oliver, kan?

"Jawab saja, Chloe." Giliran Casey yang tampak tidak sabar menunggu jawaban dari bibir Chloe.

"Beberapa waktu lalu. Saat awal liburan." Meski kesal, Chloe akhirnya memberi jawaban pada Casey.

Namun, jawaban Chloe justru mengundang reaksi aneh dari raut wajah Casey. Cowok itu terlihat kaget bercampur heran.

"Di mana kalian bertemu?"

Chloe semakin kesal dibuatnya. Casey terus saja mendesaknya dengan pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat Chloe seolah dipojokkan.

"Di pantai. Kenapa? Kau tidak akan berkelahi dengan Oliver, kan?"

"Lalu kenapa kau mencari alamat Oliver?"

"Karena aku ingin mengembalikan jaket yang kupinjam darinya." Kali ini Chloe memberi jawaban tanpa mengajukan protes.

"Jaket? Bisa aku melihatnya?"

Chloe tak habis mengerti dengan sikap Casey. Cowok itu terus mencecarnya dengan pertanyaan tentang Oliver. Apa Casey benar-benar cemburu pada Oliver?

"Sebentar, aku ambilkan."

Chloe bangun dari tempat duduknya, lalu berjalan ke kamar untuk mengambil jaket milik Oliver yang ia pinjam saat di pantai malam itu.

Selang tidak lama, gadis itu kembali ke ruang tamu dengan membawa jaket hijau tua kepunyaan Oliver.

"Ini jaketnya." Chloe mengulurkan jaket itu ke tangan Casey.

"Jaket ini ... " Casey menggumam, lantas mulai memeriksa jaket Oliver. Gelagatnya sangat aneh menurut Chloe. Tapi, gadis itu tak tahu apa yang salah dengan mantan kekasihnya.

"Apa kau bisa mengembalikannya pada Oliver?"

Casey mengangkat dagu dan menatap Chloe dalam-dalam. Ekspresi wajah Casey terlihat sendu, tapi Chloe tak dapat menduga apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa kau mau pergi ke rumah Oliver?"

Astaga, jerit Chloe dalam hati. Kenapa tidak dari awal Casey menawarinya untuk pergi ke rumah Oliver? Setelah bertanya ini-itu barulah Casey menawarinya untuk pergi ke rumah Oliver.

"Ya, tentu saja."

Chloe kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil sebuah tas kecil dan ponsel, lalu bersiap pergi ke rumah Oliver.

Rasa ragu sempat terbersit dalam benak Chloe saat gadis itu melihat sepeda motor milik Casey yang terparkir di depan rumahnya. Ini pasti akan sangat canggung, batinnya. Tapi, Chloe tak punya pilihan lain. Ia terpaksa harus duduk di atas boncengan motor Casey sebagai konsekuensi dari persetujuannya untuk ikut ke rumah Oliver.

Sepanjang perjalanan ke rumah Oliver, Chloe bungkam seribu bahasa. Casey juga melakukan hal yang sama. Tidak ada perbincangan yang mereka bagi satu sama lain sepanjang jalan. Pikiran Chloe berputar antara Casey dan Oliver, serta kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi seandainya Casey dan Oliver bertemu nanti. Apakah semua akan baik-baik saja ataukah akan terjadi pertikaian antara dua sahabat karib itu?

Chloe berusaha semaksimal mungkin untuk menepis pikiran negatif dari kepalanya. Ia pasti akan mencegah hal-hal buruk yang mungkin bisa terjadi pada kedua cowok itu. Chloe berupaya untuk menumbuhkan tekad dalam hati.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #misteri