#13

"Kita berangkat sekarang?"

Yang ditanya tak kunjung menyahut. Membuat Emily berdecak kesal. Jam menunjuk angka delapan lebih. Sementara bus yang akan mereka tumpangi harusnya tiba halte terdekat tepat jam setengah sembilan pagi. Hanya tersisa beberapa menit lagi.

Chloe masih mengintip ke luar jendela saat Emily menegur hingga berdecak karena kesal. Gadis itu masih tak menemukan siapa-siapa di luar sana. Sosok yang ia harapkan muncul belum menampakkan batang hidungnya.

"Chloe!" Emily terpaksa berteriak demi menyadarkan sahabatnya. "Kita harus bergegas kalau tidak mau ketinggalan bus."

"Ya, ya." Chloe tergagap. Ia segera menutup tirai, lalu membalik tubuh dan berjalan ke arah Emily. Kopernya telah siap sejak pagi.

"Kita berangkat sekarang?"

"Ya," sahut Chloe pendek.

Mereka meninggalkan kamar penginapan menit itu juga. Meski masih ada sesuatu yang mengganjal di benak Chloe.

"Apa dia tidak datang?" Mau tak mau, karena Emily merasa penasaran, ia memutuskan untuk bertanya pada Chloe. Ia tak menutup mata atas kegelisahan yang melanda hati sahabatnya sejak pagi.

Kepala Chloe menggeleng berat. Langkahnya juga tidak seringan ayunan langkah Emily.

Padahal Chloe ingin mengembalikan jaket milik Oliver yang ia pakai semalam, tapi cowok itu tidak kunjung menampakkan diri sekadar mengantar kepulangan Chloe.

"Apa mungkin dia lupa?" duga Emily.

"Kurasa tidak."

"Apa mungkin terjadi sesuatu padanya?" Emily menebak lagi.

"Jangan membuatku takut, Em." Chloe menepuk lengan sahabatnya pelan. Ia tidak suka saat seseorang berandai-andai tentang sesuatu hal yang buruk.

"Aku tidak bermaksud menakutimu, tapi kenapa dia tidak datang?"

"Entahlah. Dia pasti punya alasan sendiri."

Mungkin masih ada kesempatan lain untuk bertemu dengan Oliver dan mengembalikan jaket milik cowok itu, pikir Chloe.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya Chloe dan Emily tiba di halte. Bus yang mereka tunggu belum tampak dari kejauhan.

"Kau sudah bertanya nomor teleponnya, kan?"

"Belum," sahut Chloe. Sesekali tatapannya beredar untuk mencari sosok Oliver, tapi tetap tak ditemukannya.

"Kenapa belum? Memangnya semalam apa yang kalian bicarakan?" Emily heran pada Chloe. Seharusnya di antara semua hal, nomor telepon menjadi yang paling penting.

"Aku lupa."

"Lupa?" Emily terbelalak. Padahal sebelum pergi menemui Oliver, Emily sudah berpesan untuk menanyakan nomor telepon dan alamat Oliver. Bagaimana bisa Chloe lupa semudah itu?

"Aku sama sekali tidak mengingatnya, Em." Raut wajah Chloe menyiratkan sebuah penyesalan.

"Tidak apa, Chloe. Kau masih bisa mencarinya lewat Casey. Mereka berteman baik, kan?" Emily menepuk punggung Chloe agar gadis itu tidak terlalu menyesali kelalaiannya semalam.

"Kau benar."

Tapi, agaknya itu akan sedikit sulit dan canggung bagi Chloe. Pasalnya Casey tak pernah memperkenalkan Oliver pada Chloe.

"Bus kita sudah datang," beritahu Emily setengah berseru. Ia merasa senang karena tak perlu menunggu lama. Kalau mereka ketinggalan bus, mereka harus menunggu dua jam lagi untuk kedatangan bus berikutnya.

Sekali lagi Chloe mengedarkan pandangan ke sekitar, berharap Oliver akan muncul di menit-menit terakhir sebelum ia masuk ke dalam bus. Namun, kali ini pun masih sama. Tak ditemukannya sosok Oliver.

Chloe tak ingin berputus asa. Apa yang dikatakan Emily benar. Ia masih bisa mencari jejak Oliver melalui Casey. Pasti tidak akan sesulit yang ia bayangkan.

Emily lebih dulu masuk ke dalam bus, diikuti oleh Chloe. Mereka memilih bangku paling belakang karena hanya tempat itu yang masih tersisa. Ada beberapa kursi yang kosong, tapi tak ada yang berjajar dua.

Chloe telah menempati kursi di sebelah Emily. Dan entah kenapa, tiba-tiba saja gadis itu ingin memeriksa sekali lagi. Kali ini untuk yang terakhir, batinnya. Sebelum bus melaju semakin jauh, Chloe memutuskan untuk menoleh ke arah belakang. Meski ia tak yakin akan menemukan sosok yang dicarinya.

Chloe terenyak ketika kedua matanya menangkap sebuah sosok di belakang bus. Itu Oliver! batin Chloe berteriak kegirangan. Cowok itu sedang berdiri di tepi jalan dan menatap ke arah Chloe. Pakaiannya sama dengan yang Chloe lihat pertama kali di bangku kayu. Tatapan mata Oliver tampak kosong. Wajahnya pucat dan cowok itu hanya mematung. Tanpa ekspresi. Ia bahkan tak membalas lambaian tangan Chloe. Namun, yang membuat Chloe lebih heran lagi, tubuh Oliver tampak basah kuyup seperti baru saja tersiram air hujan. Pakaian, kepala, dan seluruh tubuh cowok itu benar-benar basah. Dan samar-samar Chloe bisa melihat air yang menetes dari ujung pakaian yang dikenakan Oliver.

Ada apa dengannya? Apa yang terjadi dengan Oliver? Kenapa tubuhnya basah? Apa ia tadi baru saja dari pantai?

"Hei! Apa yang kau lihat, Chloe?"

Chloe kaget saat pundaknya ditepuk Emily dengan keras. Gadis itu menoleh pada Emily dan berniat menghardik sahabatnya.

"Aku melihat Oliver," beritahu Chloe membatalkan niatnya untuk menghardik Emily.

"Oliver? Di mana?"

"Di sana." Chloe menunjuk ke belakang dan sontak saja Emily segera menoleh ke arah yang ditunjuk tangan Chloe.

Namun, betapa terkejutnya Chloe karena ia tak melihat sosok Oliver berdiri di tepi jalan. Tempatnya berdiri tadi sudah kosong. Oliver sudah tidak ada di sana. Ia sudah pergi.

"Mana, Chloe? Aku tidak melihatnya." Emily kebingungan karena tak mendapati siapa-siapa ketika ia melihat ke arah belakang bus.

"Tadi dia ada di sana, Em. Tapi dia sudah tidak ada sekarang." Chloe sendiri bingung, pasalnya Oliver begitu cepat pergi.

Emily kembali ke posisi duduknya semula.

"Dia pasti terlambat menemui kita," seloroh Emily.

Chloe tercenung. Semalam Oliver juga tiba-tiba raib saat Chloe berbalik ingin memanggilnya. Seharusnya Chloe masih bisa menemukan Oliver sekalipun cowok itu berjalan pergi karena selang waktunya tidak lama. Hanya satu atau dua menit saja. Begitu juga dengan yang terjadi barusan.

"Apa kau berencana akan menemuinya nanti?" Emily bertanya beberapa menit kemudian. Mengisi waktu selama dalam perjalanan kembali ke rumah.

"Aku belum tahu."

"Kalau kau benar-benar menyukainya, kau bisa menjadikan jaket itu sebagai alasan untuk bertemu dengannya, Chloe. Tenang saja. Aku akan selalu mendukungmu."

Chloe hanya mengulum senyum tipis. Chloe masih belum bisa mengatakan kalau ia benar-benar menyukai Oliver.

"Itu berarti aku harus menemui Casey dan bertanya alamat Oliver padanya."

"Tentu saja. Lalu kenapa? Apa kau takut untuk bertemu dengannya? Apa kau ingin aku yang bertanya alamat Oliver pada Casey?"

"Tidak, tidak. Aku bisa bertanya sendiri padanya."

"Kau yakin?"

"Ya," jawab Chloe setengah ragu. Ia pasti akan melakukannya meski terpaksa.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #misteri