#11

"Apa kau akan berdiri di depan cermin itu terus, Chloe?" hardik Emily yang tengah berdiri di ambang pintu kamar mandi.

Chloe mencibir ke arah bayangan Emily yang terpantul di atas cermin besar yang terpasang di kamar mandi. Memang sejak tadi Chloe berdiri di depan cermin, seolah ada sesuatu yang kurang dari penampilannya malam ini. Entah itu dari rambut atau terusan selutut yang ia kenakan. Tak banyak pakaian yang dibawa Chloe. Jadi, ia tidak punya persiapan sama sekali untuk hal semacam ini. Siapa yang tahu ia akan bertemu dengan cowok setampan Oliver?

"Bagaimana penampilanku, Em? Apa aku harus meminjam bajumu?" Chloe sengaja membalik tubuh agar Emily bisa melihat pakaian yang melekat ditubuhnya. Entah kenapa ia merasa kurang percaya diri mengenakan terusan itu. Padahal selama ini ia merasa baik-baik saja mengenakan apapun. Chloe nyaris tak pernah memedulikan pendapat orang lain tentang penampilannya.

"Apa kau mulai menyukainya?" sindir Emily dengan mata menyipit. Gadis itu bisa mengendus sesuatu yang tidak beres pada diri Chloe. Meskipun Chloe menyangkal, tapi Emily bisa merasakan ada sesuatu yang lain pada dirinya. Chloe menyukai Oliver. Namun, Chloe tidak menyadarinya.

Bibir Chloe langsung mengerucut.

"Menyukai apanya?"

"Ya. Kau menyukainya, Chloe. Aku bisa melihatnya," debat Emily.

"Tidak. Kau salah paham, Em," sahut Chloe. Gadis itu berjalan keluar dari kamar mandi dengan langkah tergesa. Diikuti oleh Emily.

"Kalau kau tidak menyukainya, kenapa mesti bingung dengan penampilanmu, hah?"

Chloe tak berusaha menyangkal. Ia malah menyambar tas selempang kecil dari atas meja beserta sebuah ponsel pintar miliknya.

"Aku pergi dulu," pamit Chloe buru-buru pergi.

"Jangan lupa tanyakan nomor telepon dan alamat rumahnya, Chloe!"

Chloe tak menggubris teriakan Emily dan tetap melanjutkan niatnya membuka pintu kamar, lalu menutupnya tanpa berkata apa-apa.

Pikiran Chloe terus menyangkal pendapat Emily. Chloe baru bertemu dengan Oliver tiga kali dan belum saling mengenal satu sama lain. Bukankah terlalu cepat untuk menyimpulkan kalau Chloe menyukai Oliver?

Ini pasti ulah Emily yang sengaja ingin menjodoh-jodohkan Chloe dengan Oliver supaya Chloe bisa segera melupakan Casey. Chloe hanya berpikir seperti itu.

Oliver telah menunggu tak jauh dari pintu penginapan. Penampilannya berbeda dari sebelum-sebelumnya. Malam ini Oliver mengenakan celana panjang berbahan denim hitam, kaus putih, dan jaket hijau tua. Gayanya yang kasual tampak cocok dengan postur tubuh Oliver.

"Hai." Oliver menyapa lebih dulu ketika melihat Chloe sedang berjalan ke arahnya.

"Kau sudah datang?"

Oliver mengangguk.

"Apa kau ingin makan dulu?" tawar Oliver ketika gadis itu berhenti tepat di hadapannya.

Namun, Chloe menggeleng. Ia dan Emily sudah makan setelah selesai menikmati matahari tenggelam petang tadi. Ganti Emily yang merengek kelaparan dan Chloe terpaksa menuruti kemauan sahabatnya. Padahal Chloe merasa kurang nyaman makan di saat ia belum membersihkan diri karena pasir pantai banyak mengotori kaki dan sebagian pakaiannya.

"Aku tadi sudah makan. Tapi, kalau kau mau makan, silakan. Aku bisa menemanimu."

"Aku juga sudah makan tadi. Aku hanya takut kalau kau kelaparan."

Chloe mengumbar senyum tipis.

"Apa kita akan pergi sekarang?"

"Boleh. Apa kau mau jalan-jalan di pantai? Suasana malam seperti ini berbeda dengan siang. Kau pasti belum pernah melihat pantai saat malam, kan? Kalau beruntung kita bisa melihat bintang," tawar Oliver sengaja ingin mencuri perhatian Chloe. Biasanya seorang gadis tertarik dengan sesuatu yang bersinar.

Chloe mengiyakan hanya dengan satu anggukan kepala.

Selang beberapa menit kemudian, Chloe dan Oliver berjalan di tepi pantai. Sepanjang sore tadi, Chloe telah menghabiskan waktu di sana, tapi ia tidak mengatakan apapun pada Oliver. Pergi ke pantai bersama Oliver terasa sangat berbeda dengan saat bersama Emily.

Angin yang berembus menerbangkan ujung rambut Chloe yang tergerai bebas.

"Jadi kapan ulang tahunmu?" Ketika keduanya berjalan, Chloe membuka pembicaraan. Ia masih ingat dengan ucapan Oliver tadi siang.

"Oh, itu?" Oliver tampak bingung. "Aku tadi hanya memancing obrolan denganmu. Aku memang akan berulang tahun Minggu depan, tapi tidak akan ada pesta. Aku sudah terlalu tua untuk merayakan ulang tahun," jelas Oliver.

"Aku juga tidak pernah merayakan ulang tahun," sahut Chloe menimpali.

"Kenapa?"

"Karena aku memang tidak ingin. Ulang tahun hanya mengingatkan bahwa umur kita semakin bertambah dan masa hidup kita semakin berkurang."

"Kau benar," tukas Oliver menyetujui pendapat gadis yang kini sedang berjalan di sampingnya.

"Apa kau serius menyukaiku?" Langkah Chloe terhenti. Gadis itu memutar tubuh sehingga ia menghadap ke arah Oliver

Oliver ikut berhenti dan menghadap Chloe.

"Ya." Tanpa berpikir panjang, kepala Oliver mengangguk.

"Oh." Bibir Chloe membulat. Ia hanya tak menduga jika Oliver akan menjawab secepat ini. Gadis itu menatap seraut wajah tampan di hadapannya. "Apa kau sakit?" Tangan Chloe terangkat ke atas untuk menyentuh wajah Oliver. Chloe baru menyadari jika kulit Oliver tampak lebih pucat dari yang ia lihat tadi siang.

"Aku baik-baik saja." Oliver mengembangkan senyum dan seketika tangan Chloe urung untuk menyentuh wajah cowok itu. "Angin pantai selalu membuatku seperti ini." Oliver sedikit tergelak.

"Apa kau alergi udara dingin?"

"Tidak juga. Kalau aku alergi, sudah sejak kemarin aku jatuh sakit. Tapi sampai hari ini kau masih melihat aku baik-baik saja, kan?"

Oliver benar.

"Bagaimana kalau kita mencari tempat duduk untuk ngobrol?" usul Oliver kemudian.

Keduanya sepakat untuk duduk di atas pasir dan menikmati pemandangan pantai saat malam hari sembari berbagi obrolan ringan.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #misteri