#07

"Kita mau makan apa?" tanya Emily yang masih sibuk menyisir rambut panjangnya. Gadis itu telah selesai merias wajahnya beberapa menit lalu. Bedak dan lipstik yang ia pakai tidak terlalu tebal malam ini. Toh, mereka hanya akan pergi keluar untuk mencari makan malam.

"Terserah," jawab Chloe. Ia baru saja keluar dari kamar mandi, tapi sudah mengenakan sebuah blus putih sederhana berpadu dengan celana panjang hitam. Rencananya Chloe juga akan mengenakan cardigan hijau tua sebagai tameng dari hawa dingin yang mungkin akan menyerangnya nanti. Angin yang berembus di kawasan pantai selalu lebih kencang ketimbang di daerah lain.

"Mau ramen? Aku ingin makan sesuatu yang panas dan berkuah. Kebetulan tadi siang aku melihat ada kedai ramen di sekitar sini," ucap Emily usai meletakkan sisirnya di atas meja. Ia menoleh ke arah Chloe.

"Boleh."

Malam ini Chloe lebih memilih untuk mengikat rambut panjangnya, sementara Emily justru menggerai mahkota di kepalanya. Kedua sahabat itu sepakat untuk mencari ramen sebagai menu makan malam mereka.

Kedai ramen yang dibicarakan Emily memang benar-benar ada dan letaknya tidak begitu jauh dari penginapan. Hanya saja pengunjung di sana lumayan banyak.

"Sepertinya kita harus mengantre, Em." Chloe berbisik di dekat telinga Emily begitu mereka tiba di depan kedai.

"Ya, kau benar," timpal Emily sedikit kecewa. Perutnya sudah mencapai level kelaparan.

"Apa kita mencari makanan lain saja?" usul Chloe memberi pilihan.

"Tidak. Aku ingin makan ramen, Chloe."

Emily menarik lengan Chloe yang telah hilang semangat untuk makan semangkuk ramen. Gadis itu menemukan sebuah meja kosong yang terletak di sudut kedai.

"Biar aku yang pesan," ucap Emily setelah memastikan Chloe telah menempati kursinya. "Kau tunggu di sini."

"Hei!"

Chloe ingin menghentikan langkah Emily, tapi gadis itu sudah terlanjur berjalan ke arah meja kasir untuk memesan dua mangkuk ramen.

Chloe mengembuskan napas kesal. Bukannya nanti karyawan kedai yang akan mendatangi meja mereka? Kenapa mesti repot-repot pergi ke sana? batin Chloe heran.

Sepasang mata Chloe terus menatap punggung Emily yang kini telah sampai di depan meja kasir. Ia menunggu semenit, dua menit, tapi Emily tak kunjung selesai memesan. Gadis itu justru tampak asyik berbincang dengan salah seorang karyawan kedai.

"Mau makan juga?"

Sebuah sapaan halus mengalihkan perhatian Chloe. Gadis itu spontan menoleh dan betapa terkejutnya Chloe, manakala ia mendapati Oliver telah berada di dekat mejanya. Detik berikutnya Oliver menempati sebuah kursi kosong di depan Chloe. Padahal seharusnya kursi itu ditempati oleh Emily.

"Apa kau mengikutiku?" cecar Chloe antara bingung dan heran. Jika pertemuan ini sebuah kebetulan, apakah itu tidak berlebihan?

Oliver mengembangkan tawa lebar. Di wajahnya bahkan tak terbersit perasaan khawatir kalau-kalau teman Chloe tiba-tiba datang ke meja itu.

"Untuk apa aku mengikutimu?" tukas Oliver menyangkal tuduhan Chloe. "Aku sudah lebih dulu ada di sini. Mungkin kau yang mengikutiku?"

Chloe mendesis geram. Tuduhan Oliver tidak masuk akal.

"Aku tidak punya waktu mengikuti orang sepertimu. Sebaiknya kau pergi sebelum temanku kembali," ancam Chloe berniat untuk mengusir Oliver.

"Tenang saja. Aku akan pergi. Tapi, setelah kau berjanji akan menemuiku di tempat yang tadi."

Sepasang alis Chloe mengerut tajam.

"Untuk apa? Kita kan tidak saling mengenal."

"Justru itu. Aku ingin mengenalmu lebih jauh. Karena selama ini aku hanya mendengar tentangmu dan baru kali ini bisa bertatap muka denganmu," papar Oliver.

Chloe bengong. Kalimat yang meluncur dari bibir manis Oliver tadi terdengar janggal. Ia bingung mengartikan maksud ucapan Oliver.

"Maksudnya?"

Bukan jawaban yang Chloe dapatkan, tapi justru senyum terbaik yang Oliver sunggingkan di bibirnya.

"Kalau kau ingin tahu jawabannya, datanglah ke tempat kita bertemu tadi. Besok siang."

Chloe belum menyiapkan jawaban, bahkan berpikir pun belum sempat gadis itu lakukan. Tapi, Oliver malah mengangkat tubuh dari kursi, lantas berlalu dari hadapan Chloe usai melambaikan tangan serta melempar senyum tipis pada gadis itu.

Chloe terus mencoba untuk mencerna maksud ucapan Oliver sambil memandangi punggung cowok itu yang bergerak ke arah pintu keluar kedai.

"Hei, apa yang kau lihat, Chloe?"

Chloe tersentak saat Emily menepuk pundaknya tiba-tiba. Chloe tergagap sebentar, lalu mengembuskan napas lelah.

Dua mangkuk ramen telah tersaji di atas meja. Tak lama kemudian dua gelas minuman datang setelah Emily berhasil menempati kursinya.

"Ada apa, Chloe? Apa kau melihat hantu? Wajahmu aneh," celetuk Emily dengan menahan senyum. Pasalnya wajah Chloe terlihat tak biasa. Gadis itu juga tampak linglung.

"Cowok itu, Em. Dia datang kemari. Apa kau melihatnya keluar dari kedai?"

Ganti Emily yang memasang tampang bingung.

"Mana? Aku tidak melihatnya," ucap Emily seraya mengarahkan pandangan ke pintu masuk kedai.

"Maksudku tadi. Sekarang dia sudah pergi."

"Oh," gumam Emily terkesan acuh. Gadis itu bersemangat untuk mencicipi kuah ramennya.

"Aku heran, kenapa dia bisa sampai kemari? Apa ini kebetulan? Atau jangan-jangan dia membuntutiku?" Chloe terus berpikir. Ia rela membiarkan mangkuk ramennya belum disentuh.

"Tempat ini sangat kecil, Chloe. Tidak banyak orang yang datang kemari karena tempat ini tidak populer. Peluang untuk bertemu dengan orang yang sama di sini juga sangat besar. Salah satu dari mereka pasti pernah melihat kita siang tadi," kata Emily seraya meniup kuah ramen yang akan masuk ke dalam mulutnya. Sedang ekor matanya mengarah pada pengunjung kedai yang sedang menikmati ramen mereka.

"Tapi dia mengajakku bertemu besok siang, Em."

"Benarkah?" Sepasang mata milik Emily membulat. Gadis itu urung untuk menyeruput kuah ramen. "Dan kau menyetujuinya?"

"Aku belum sempat mengatakan apa-apa, tapi dia sudah pergi. Apa kau tahu apa yang dia katakan sebelum pergi?"

"Apa?"

"Dia bilang ingin mengenalku lebih jauh karena selama ini dia hanya mendengar cerita tentangku. Bukankah ini aneh, Em? Dia tidak serius, kan? Bisa jadi itu hanya tipuan untuk mendekatiku, kan?"

"Bisa jadi. Tapi, aku merasa cowok itu serius ingin mengenalmu, Chloe. Bahkan dia mengatakan ingin mengenalmu lebih jauh, kan? Siapa tahu dia datang kemari untuk mencari cinta sejatinya," tandas Emily seraya mengedipkan sebelah matanya, bermaksud untuk menggoda Chloe yang telah kehilangan selera makan.

"Bagaimana kalau dia penipu?"

"Kalau begitu tidak usah menemuinya. Beres, kan? Daripada terjadi sesuatu nanti, lebih baik tidak mengambil risiko," balas Emily enteng. Ia tak memberi solusi, hanya membuat hati Chloe bimbang tak keruan.

Chloe memilih diam. Namun, gadis itu terus saja berpikir tentang Oliver.

Entah kenapa Oliver terasa sangat misterius bagi Chloe. Kedatangannya yang tiba-tiba ke hadapan Chloe seperti sudah diatur sedemikian rupa. Apakah ini sudah direncanakan sebelumnya? Mungkinkah seseorang yang mengenal Chloe merencanakan semua ini?

Mungkin jawabannya akan Chloe dapatkan esok hari saat ia bertemu dengan Oliver.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #misteri