#06
Chloe masih merasa kesal meskipun ia telah sampai di penginapan. Pikirannya dipenuhi dengan sosok Oliver. Cowok aneh itu membuat suasana hatinya kian memburuk.
Tadi siang saat ia dan Emily makan di restoran, mereka mendengar berita yang menyebutkan bahwa ada seseorang yang hilang terseret ombak dan Chloe tidak tahu keadaannya. Rencananya untuk berjalan-jalan di tepi pantai terpaksa batal karena ada banyak polisi dan tim SAR yang masih bekerja melakukan pencarian korban. Kalaupun mereka bisa berjalan-jalan di pantai, tentu saja tidak akan senyaman saat tidak terjadi insiden apapun.
Lalu berikutnya, ketika Chloe sedang duduk santai dan menikmati semilir angin, tiba-tiba saja ia didekati oleh cowok aneh yang mengoceh tak jelas. Liburannya kali ini benar-benar jauh dari kata menyenangkan.
"Apa kau sakit, Chloe?" Begitu pintu kamar mereka terbuka, muncullah Emily yang langsung menegur Chloe. Gadis itu berdiri di dekat jendela yang tirainya tertutup rapat. Bahkan tidak ada celah untuk bisa mengintip keluar.
Chloe membalik tubuh dan menemukan Emily sedang berjalan ke arahnya.
"Tidak."
"Syukurlah," gumam Emily seraya meletakkan tas miliknya di atas meja. Lantas ia menjatuhkan tubuh di tepi ranjang.
"Em." Chloe buru-buru mengambil tempat duduk di samping tubuh Emily. "Apa kau tahu kenapa aku kembali ke penginapan lebih dulu?" Chloe memposisikan tubuhnya menghadap lawan bicaranya.
Emily menggeleng layaknya orang bingung. Sudah barang tentu Emily tidak tahu apa-apa tentang Chloe.
"Memangnya kenapa?" Rasa penasaran menggelitik benak Emily. Pasalnya raut wajah Chloe terlihat serius, seolah-olah telah terjadi sesuatu yang spektakuler pada dirinya.
"Saat aku duduk di bangku itu tadi, ada seorang cowok datang mendekatiku dan dia bicara sok akrab denganku," tutur Chloe bersungguh-sungguh. Dan sejujurnya Chloe merasa sedikit khawatir jika Oliver akan membuntutinya hingga ke penginapan. Makanya Chloe sengaja membiarkan tirai jendela kamar itu tertutup rapat.
"Cowok? Apa dia tampan?"
Chloe mendengus kesal mendengar pertanyaan Emily. Sahabatnya itu hanya fokus pada penampilan fisik sosok yang diceritakan Chloe, bukan tentang apa yang dikatakan cowok itu pada Chloe.
"Ya, dia tampan," jawab Chloe malas. Padahal ia tadi bersemangat ingin menceritakan kekonyolan Oliver pada Emily, tapi mesti tertunda sebentar karena keingintahuan sahabatnya.
"Benarkah?" Seketika kedua mata Emily berbinar terang demi mendengar kata 'tampan' meluncur dari bibir Chloe. "Lalu apa yang dia katakan?"
"Dia memperkenalkan dirinya Oliver."
"Oliver? Nama yang keren," gumam Emily memuji nama Oliver. Seakan-akan baru mendengar namanya saja Emily sudah menjadi penggemar berat Oliver. "Lalu?"
"Dia mengoceh, Em. Katanya dia suka pantai ini, hembusan anginnya, keramahan penduduknya, dan dia juga mengatakan kalau dia ingin tinggal di tempat ini. Padahal kami tidak saling kenal, tapi dia berlagak sok akrab. Menyebalkan, bukan?"
Emily manggut-manggut usai mendengar penuturan Chloe. Ia bisa membaca garis wajah Chloe yang menyiratkan kekesalan atas apa yang tadi ia alami.
"Itu hanya modus cowok untuk mendekati gadis yang diincarnya, Chloe. Dia mengambil kesempatan saat kau sedang sendiri. Jangan percaya dengan tipe cowok seperti itu," ucap Emily berkebalikan dengan sebelumnya. Jika tadi ia sempat memuji nama dan ketampanan Oliver, sekarang Emily justru menjatuhkan citra Oliver di mata Chloe.
Chloe mengangguk senang karena pemikiran Emily sama dengan apa yang ia pikirkan. Emily berkata sesuatu yang memang seharusnya ia ucapkan.
"Apa saat kembali ke penginapan tadi kau melihat cowok berbadan tinggi, rambutnya hitam dan lurus, memakai kaus putih dan celana pendek berwarna hitam?" tanya Chloe. Ia masih ingat dengan jelas perawakan Oliver dan pakaian yang ia kenakan.
Emily berpikir sejenak. Ia berusaha memutar kembali ingatannya beberapa saat yang lalu, ketika dirinya berjalan masuk ke penginapan.
"Tidak ada," geleng Emily kemudian, setelah ia yakin tidak melihat sosok yang disebutkan Chloe. Seingat Emily keadaan di luar penginapan sepi. Tidak ada orang dengan ciri-ciri yang disebutkan Chloe.
"Apa kau yakin?"
"Ya, aku yakin."
Chloe mengembuskan napas lega. Syukurlah jika Oliver tak membuntutinya sampai ke penginapan. Mungkin ia terlalu banyak berkhayal tadi.
"Oh, ya. Lalu bagaimana dengan orang yang hilang itu? Apa dia sudah ditemukan? Kau tadi pergi ke pantai, kan?" Pembahasan mereka beralih ke topik lain.
"Sepertinya belum. Karena mobil polisi dan tim SAR masih ada di sana. Aku tidak berani mendekat, hanya mengambil foto di kejauhan," papar Emily. "Apa kau mau melihat foto-foto yang kuambil?"
"Nanti saja," tolak Chloe. "Aku mau istirahat sebentar," ucap Chloe seraya membaringkan tubuh.
Emily ikut-ikutan membaringkan tubuh di samping Chloe. Ia juga merasa lelah setelah mengambil cukup banyak foto. Keduanya sama-sama menatap ke arah langit-langit kamar.
"Apa kau sudah bisa melupakannya sedikit?" Tanpa menoleh ke arah Chloe, Emily mengajukan pertanyaan pada sahabatnya.
"Melupakan apa?" balas Chloe enggan untuk mencerna maksud pertanyaan Emily baik-baik.
"Casey."
Ah, dasar Emily. Padahal Chloe sudah melupakan semua hal tentang Casey beberapa jam terakhir, tapi Emily justru mengingatkan Chloe pada mantan kekasihnya itu.
"Kau baru saja mengingatkanku padanya," gumam Chloe malas. Kedua matanya perlahan mulai memberat.
Emily tersenyum, tapi tanpa mengeluarkan suara.
"Awalnya memang sulit untuk melupakan, Chloe. Tapi kau akan terbiasa seiring berjalannya waktu. Semua akan baik-baik saja pada akhirnya. Jalani saja," urai Emily dengan nada enteng.
Chloe yang nyaris tertidur, justru membuka matanya kembali saat mendengar ucapan Emily. Gadis itu menyunggingkan senyum pahit.
"Kau bisa berkata seperti itu karena bukan kau yang menjalaninya, Em," timpal Chloe kemudian. "Tapi kau memang benar. Semua akan baik-baik saja pada akhirnya," sambung Chloe balik membenarkan ucapan Emily.
Emily ganti tersenyum.
"Lagipula Casey tidak setampan itu, Chloe. Jadi, kau harus lebih cepat untuk melupakannya."
Chloe mendengus mendengar komentar Emily. Ia masih tidak terima saat nama Casey disebut sekali lagi oleh Emily.
"Meski dia tidak setampan itu, tapi dia berbeda dari yang lain, Em," bela Chloe.
"Ya, Casey memang berbeda dari yang lain. Makanya begitu banyak perbedaan pendapat di antara kalian berdua. Aku benar, kan?"
Kali ini Chloe tak berkutik. Tidak ada kata pembelaan yang bisa menyelamatkan harga dirinya dan Casey.
"Ya, kau benar," ucap Chloe tak menampik. "Aku mau tidur dulu."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top