#04
Setelah selesai membersihkan diri dan berdandan seperlunya, Chloe dan Emily keluar dari kamar mereka. Rencananya kedua sahabat itu akan pergi ke pantai usai mengisi perut lebih dulu. Di dekat penginapan ada beberapa cafe dan restoran yang bisa mereka datangi.
"Kita makan apa?" Emily mengedarkan pandangan ke sekitar. Gadis itu mengenakan sebuah atasan berbahan sifon bermotif bunga-bunga dipadu dengan celana pendek berwarna krem. Tas selempang kecil menggantung di pundaknya. Sebuah topi besar dan kacamata hitam melengkapi gaya berbusana Emily.
Penampilan Chloe kali ini agak berbeda dari sahabatnya. Ia mengenakan terusan selutut berwarna hijau botol. Chloe tak memakai topi seperti milik Emily. Namun, ia juga membawa tas kecil di bahunya. Kacamata hitam juga melengkapi penampilan Chloe.
"Terserah."
Akhirnya mereka memilih masuk ke sebuah restoran yang menyediakan menu sederhana. Salah satunya roti isi daging.
Chloe dan Emily memesan menu yang sama, roti isi daging dan soda.
Restoran itu cukup sepi. Hanya ada enam orang pengunjung yang makan di sana, termasuk Chloe dan Emily.
"Apa kau tidak mengambil foto sebelum makan rotimu?" tanya Chloe sengaja ingin menyindir sahabatnya.
Emily nyengir. Terkadang Emily memang melakukan hal itu saat makan di restoran. Semua kegiatan yang ia lakukan kerap Emily unggah ke akun media sosialnya. Namun, Chloe justru sebaliknya. Gadis itu hampir tak pernah mengunggah apapun di media sosialnya.
"Bagaimana kalau aku mengambil fotomu, Chloe?" balas Emily sengaja ingin mengerjai Chloe.
Chloe melepaskan tawa geli.
"Kau sudah tidak waras, Em. Kenapa aku harus muncul di akun media sosialmu, hah?"
"Untuk selingan, Chloe." Tanpa mengambil foto roti isi daging miliknya atau dirinya sendiri, Emily langsung melahap makanannya. Ia tak serius saat berkata ingin mengambil foto Chloe. Emily hanya berpikir lain kali akan mencuri foto Chloe diam-diam, lalu mengunggahnya di akun media sosial milik Emily.
Chloe hendak menyambung percakapan, tapi suara yang datang dari kejauhan membuat gadis itu urung untuk membuka mulut.
"Bukannya itu suara sirine mobil polisi?" Justru Emily yang bergumam lebih dulu. Ia berhenti mengunyah untuk sejenak.
"Ya."
Suara sirine mobil polisi terdengar dari kejauhan dan bergerak mendekat ke arah pantai.
Kedua gadis muda itu bingung, begitu juga beberapa pengunjung dan karyawan restoran. Pasalnya ini tak biasa terjadi di kawasan itu. Sirine mobil polisi yang terdengar tadi mengindikasikan ada sesuatu yang sedang terjadi. Namun, entah apa. Tak ada satupun orang di dalam restoran yang mengetahuinya.
"Apa terjadi sesuatu, Chloe?" Emily menyondongkan tubuh ke dekat Chloe, lalu berbisik pelan. Para karyawan restoran juga berkasak kusuk di balik meja kasir. Salah seorang di antaranya bahkan berjalan keluar restoran untuk mencari informasi perihal suara sirine mobil polisi yang mereka dengar tadi.
Chloe mengedik ringan.
"Mungkin," jawab Chloe. Ia juga tak tahu apa yang sedang terjadi di luar sana.
Emily menggigit roti isinya kemudian. Apa yang terjadi di luar sana, tidak ada hubungannya dengan Emily. Jadi, ia tak ingin berpikir lebih jauh. Mereka pergi ke sana hanya untuk bersenang-senang.
Di saat keduanya asyik menikmati roti isi daging, seorang karyawan yang tadi keluar dari restoran kembali masuk ke dalam dengan langkah terburu-buru. Ia sudah ditunggu oleh teman-temannya yang ingin mengetahui perihal suara sirine mobil polisi.
Emily dan Chloe tak bermaksud menguping pembicaraan para karyawan restoran itu, tapi posisi meja mereka yang kebetulan berada di dekat kasir, membuat keduanya bisa menangkap pembicaraan para karyawan restoran.
"Ada apa? Apa yang terjadi?" Salah seorang dari karyawan itu mencecar teman mereka yang baru saja datang dari luar.
"Ada orang yang terseret ombak." Seraya terengah-engah, ia menjawab.
"Hah? Bagaimana bisa itu terjadi?"
"Bukannya selama ini pantai itu aman-aman saja? Setahuku ombaknya juga tidak terlalu besar."
"Yang kudengar orang itu berenang di pantai dan tiba-tiba terseret ombak begitu saja."
"Lantas? Bagaimana keadaannya?"
"Belum tahu. Dia masih belum ditemukan."
"Dia hilang?"
"Aku tadi melihat tim SAR datang. Mereka akan melakukan pencarian secepatnya."
"Semoga orang itu selamat." Salah seorang dari mereka memanjatkan doa untuk keselamatan korban.
"Padahal selama ini tidak pernah terjadi apa-apa di pantai itu." Seseorang menggumam dengan nada berat. Mereka tampak menyesalkan kejadian nahas itu.
"Kalau berita itu tersebar, orang-orang akan enggan berkunjung kemari. Dan restoran kita akan sepi."
"Namanya juga musibah, siapa yang mau mengalaminya?"
Emily dan Chloe saling menatap setelah perbincangan antara karyawan restoran berhenti. Wajah mereka tampak murung. Kekhawatiran mulai merayap ke dalam benak para karyawan restoran.
"Apa kau dengar itu?" Emily berbisik pada Chloe.
Chloe mengangguk.
"Apa sebaiknya kita pulang saja?" usul Chloe. Sedari awal ia memang tak ingin berlibur ke manapun.
"Kita baru tiba, Chloe. Masa kita akan kembali? Tidak. Aku tidak mau," tolak Emily dengan gelengan kuat.
"Tapi kau dengar sendiri ada orang yang terseret ombak, Em."
"Kita tidak akan berenang, Chloe. Kita hanya akan berjalan-jalan di pasirnya. Tidak akan terjadi apa-apa pada kita selama kita tidak mendekati air," ucap Emily berusaha membujuk.
Chloe mengembuskan napas.
"Tapi kita tidak akan bisa berjalan-jalan di pantai karena ada polisi dan tim SAR, Em."
Emily hanya membenarkan dalam hati. Mereka tidak akan bisa berjalan-jalan di pantai dengan nyaman karena ada insiden itu.
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan dekat sini saja?" usul Emily mengubah rencana. Karena tidak mungkin bagi mereka untuk mendekati pantai. Polisi pasti akan melarang orang-orang untuk mendekat.
"Apa tidak sebaiknya kita kembali ke kamar?" Chloe malah berpikir sebaliknya.
"Hei, kita sudah jauh-jauh pergi ke sini, Chloe. Masa kita hanya akan tinggal di kamar seharian?" protes Emily menentang keras saran sahabatnya.
"Tapi di sana sedang ada kejadian yang tidak terduga, Em. Siapapun juga tidak berencana untuk terseret ombak, kan?" balas Chloe. "Kita bisa jalan-jalan esok hari. Masih ada waktu, Em."
"Tapi aku tidak ingin membuang waktu kita yang berharga, Chloe. Aku sangat senang akhirnya kita bisa pergi berlibur berdua."
Chloe mengembuskan napas panjang. Di satu sisi ia enggan untuk pergi karena insiden semacam itu, tapi di sisi lain Chloe merasa tidak sampai hati melihat Emily kecewa.
"Ya, baiklah. Tapi kita tidak akan mendekat ke pantai," ucap Chloe setelah menimbang.
"Tentu saja, Chloe. Aku setuju," decak Emily kegirangan. Senyum lebar segera menghias bibir gadis itu.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top