#03

Liburan musim panas tiba.

Emily dan Chloe menyeret koper masing-masing usai turun dari bus yang baru saja mereka tumpangi. Keduanya sepakat untuk membawa satu koper kecil pada liburan kali ini karena mereka berencana hanya akan menginap tiga hari saja. Paling lama lima hari jika ada perubahan rencana.

Jarak pantai dan halte lumayan jauh, tapi angin yang berembus dan membawa aroma laut seolah ingin menyambut kedatangan kedua gadis itu.

"Segarnya," decak Emily sembari merentangkan salah satu tangannya. Ia menghirup udara dari sekitar tubuhnya dengan satu tarikan panjang. Senyum semringah tersungging di bibir gadis itu. Meskipun sebagian wajahnya tertutupi oleh sebuah kacamata hitam, tapi tak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang ia rasakan sekarang. Impiannya untuk berlibur di pantai pada musim panas kali ini tercapai. Emily sudah tidak sabar ingin mengambil beberapa foto dan video untuk diunggah di semua akun media sosialnya.

Sementara Chloe yang berjalan di sebelah Emily turut menampilkan senyum tipis. Ia memang tidak sebahagia Emily, tapi begitu menghirup udara yang beraroma laut, Chloe merasa lebih damai dan tenang dari sebelumnya. Agaknya Emily pantas mendapat pujian. Idenya untuk berlibur ke pantai tidak pernah salah. Ini semacam terapi penyegaran untuk otak Chloe.

"Kita akan menginap di mana?" tanya Chloe dengan tatapan menyisir ke deretan cafe dan restoran yang berdiri di sepanjang tepi pantai. Ia belum melihat ada satu penginapan pun.

"Sebentar. Aku akan lihat di peta," balas Emily. Ia berhenti, lalu merogoh saku celana 3/4 yang terbuat dari bahan denim untuk mengambil sebuah ponsel pintar. Dalam sekejap ia sibuk menatap ke arah layar ponselnya.

Selama menunggu Emily membaca peta, Chloe menebarkan pandangan ke sekeliling. Kawasan itu tidak terlalu ramai meski sekarang ini merupakan liburan musim panas. Mungkin karena tempat itu kurang populer, jadi tak banyak wisatawan yang berkunjung ke sana.

"Tempatnya di sana, Chloe."

Emily telah selesai membaca peta. Ia bergegas mengajak Chloe ke arah yang ditunjuk oleh peta di ponselnya. Dan mereka melangkah ke arah yang benar.

Tempat penginapan yang mereka tuju tidaklah terlalu besar. Dilihat dari depan ia tampak seperti bangunan biasa dan terkesan sederhana. Tulisan 'penginapan' yang terpasang di atas pintu masuk dan terbuat dari sebilah papan kayu tampak usang. Sepertinya usia penginapan itu sudah berpuluh-puluh tahun lamanya.

"Apa kau yakin kita akan menginap di sini?"

Chloe dan Emily telah berdiri di depan pintu masuk penginapan yang terbuka lebar. Namun, Chloe masih terpaku dengan koper di sebelah kakinya. Melihat kondisi penginapan yang akan mereka tinggali tiga hari ke depan, seketika menumbuhkan rasa ragu di benaknya.

"Tentu saja. Penginapan ini satu-satunya di dekat pantai, Chloe. Ada hotel yang bagus, tapi letaknya agak jauh dan harganya tidak murah," jelas Emily.

"Tapi, Em ... "

"Kita hanya akan menempatinya untuk tidur, Chloe. Jangan melihat dari luarnya. Kita bahkan belum melihat isi kamarnya."

"Bagaimana kalau penginapan ini berhantu?" celetuk Chloe langsung disambut tepukan di atas pundaknya.

"Jangan berpikiran macam-macam, Chloe. Kita datang ke sini hanya untuk berlibur bukan uji nyali," balas Emily dengan nada kesal.

"Ya, tapi bagaimana kalau kamarnya jelek dan seram?" Chloe masih saja berceloteh.

"Kau bisa menginap di hotel kalau mau," cetus Emily, lalu ia berjalan ke arah pintu masuk penginapan. Ia sengaja mengabaikan Chloe karena sahabatnya itu sedikit rewel hari ini. Chloe memang penakut jika bicara tentang hantu atau semua hal yang berhubungan dengan dunia lain.

Chloe tak punya pilihan selain mengikuti langkah Emily. Untuk apa ia menginap di hotel sendirian, sementara Emily menginap di penginapan, batin Chloe.

Setelah mendapatkan kunci penginapan, keduanya bergegas menuju ke kamar mereka yang berada di lantai dua.

Kamar yang disediakan penginapan itu tidak terlalu buruk. Ruangannya memang tidak luas. Tapi, ada kamar mandinya juga. Tempat tidurnya lumayan besar, cukup untuk empat orang. Sepreinya bersih. Begitu juga dengan lantainya. Sabun, handuk, dan keperluan lain telah disediakan oleh pihak pengelola penginapan layaknya di hotel.

"Wow! Pemandangannya indah, Chloe!"

Mendengar decakan Emily, Chloe yang baru saja memeriksa kondisi kamar mandi, bergegas kembali ke sisi sahabatnya. Emily menatap ke balik jendela kaca yang tersingkap tirainya.

Dari tempat mereka berdiri, tampaklah pemandangan pantai yang berwarna biru kehijauan dengan ombak yang bersahabat. Beberapa orang tampak berjalan-jalan di bibir pantai, sedang beberapa yang lain terlihat duduk santai sambil menikmati keindahan pantai yang tersuguh di depan mereka.

"Bagaimana? Apa kau menyesal kita menginap di sini?" singgung Emily sambil menyikut Chloe yang berdiri di sampingnya.

Chloe hanya mendesah tanpa memberi jawaban.

Penginapan itu lumayan. Tidak terlalu buruk dan sangat layak untuk ditempati.

"Aku akan mandi dulu," pamit Chloe seraya balik badan. Ia agak malu untuk mengakui jika penginapan yang dipilih Emily itu lumayan. Jadi, Chloe mengeluarkan alasan ingin membersihkan diri.

"Jangan lama-lama, Chloe. Aku juga mau mandi. Badanku gerah."

"Ya." Gadis itu membuka koper dan mengambil peralatan mandi miliknya sebelum melenggang ke kamar mandi.

Sesudah pintu kamar mandi ditutup Chloe dari dalam, Emily langsung mengeluarkan ponsel pintarnya dari saku. Sedetik kemudian ia menyibukkan diri dengan akun media sosialnya sembari menunggu Chloe keluar dari kamar mandi.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #misteri