#02
Emily tidak segemuk itu. Bobot tubuhnya hanya selisih 5 kilo dari Chloe. Tapi, Chloe beberapa centi lebih tinggi dari Emily.
"Aku pergi ke toilet dulu, Em."
"Jangan lama-lama!"
Chloe menitipkan beberapa buku tebal ke tangan Emily sebelum gadis itu berlari ke arah toilet. Sementara tas ransel yang menggantung di punggungnya sengaja Chloe bawa serta.
Rencananya siang ini selepas kuliah, mereka akan pergi ke restoran cepat saji yang berdiri di seberang jalan kampus mereka. Chloe dan Emily sudah puluhan kali pergi ke sana untuk makan siang. Burger yang mereka jual lumayan enak. Selain burger, mereka juga menjual ayam goreng, kentang goreng, dan pizza.
Toilet sepi. Chloe bergegas masuk ke dalam salah satu bilik yang kosong. Sesaat setelah gadis itu menutup pintu, terdengar suara beberapa pasang sepatu bergesekan dengan lantai.
"Kudengar mereka sudah putus. Maksudku Casey dan gadis itu. Siapa namanya? Aku lupa."
Chloe yang mendengar suara seseorang sedang menyebutkan nama Casey langsung terdiam di dalam bilik toilet. Gadis itu tak membuat pergerakan apapun dan menunggu percakapan lainnya.
"Chloe."
"Aku tidak habis pikir kenapa Casey bisa menyukai gadis seperti itu. Tapi, sudahlah. Yang paling penting sekarang mereka sudah putus."
Suara lain menyahut,
"Apa kau masih ingin mendekati Casey?"
"Tentu saja. Aku masih sangat menyukainya. Lagipula Casey juga memperlakukanku dengan baik. Kami akan menjadi pasangan yang cocok," ucap salah seorang gadis yang diakhiri dengan sebuah tawa kecil.
"Kau juga lebih cantik dari gadis itu, Rebecca."
"Maksudmu mantan kekasih Casey? Tentu saja. Aku seribu kali jauh lebih baik darinya."
Telinga Chloe panas mendengar percakapan itu, tapi ia tak berkutik di dalam bilik toilet. Chloe tak mampu berbuat sesuatu untuk membela harga dirinya yang diinjak-injak dengan sengaja oleh gadis-gadis itu.
Satu nama yang jelas disebutkan dalam percakapan itu adalah Rebecca. Chloe tahu siapa Rebecca. Ia merupakan salah satu dari beberapa gelintir gadis paling populer di kampus mereka. Rebecca memiliki segalanya. Ia cantik, kaya, dan populer.
Suasana di dalam toilet kembali hening. Gadis-gadis itu telah pergi. Sementara Chloe baru membuka pintu setelah merasa benar-benar yakin para gadis itu telah meninggalkan toilet.
Chloe menatap pantulan wajahnya di dalam cermin. Ia memang tidak secantik Rebecca. Chloe juga tidak sekaya itu. Wajar jika Rebecca merasa percaya diri dengan segala kelebihannya. Sulit untuk menolak gadis sepertinya.
"Kenapa lama sekali, Chloe? Aku sudah kelaparan." Emily merengek begitu Chloe muncul di hadapannya. Ia menunggu Chloe selama 15 menit.
"Ayo." Tanpa menjelaskan apapun pada Emily, Chloe merebut buku-bukunya kembali dan mengajak sahabatnya untuk bergegas pergi ke restoran cepat saji seperti rencana mereka.
Suasana restoran cepat saji selalu ramai seperti biasanya. Tapi, masih ada tempat yang tersisa untuk Emily dan Chloe. Mereka memesan dua burger, satu kentang goreng ukuran jumbo, dan dua gelas kola berukuran besar. Chloe yang membayar semuanya.
"Apa kau benar-benar tidak takut timbanganmu akan naik?"
Pertanyaan Chloe tak membuat Emily mengurungkan niat untuk menggigit burger yang sudah ada dalam genggaman tangannya.
"Aku sudah mengatakan kalau nanti aku hanya akan makan salad dan buah untuk makan malam. Jangan khawatir," tandas Emily lantas menggigit burgernya.
Bahu Chloe mengedik pelan. Gadis itu ikut menggigit burgernya. Namun, ketika ia mengedarkan tatapan, tanpa sengaja ekor mata gadis itu menangkap bayangan seseorang yang baru saja memasuki restoran.
Seorang gadis cantik berambut panjang yang dicat cokelat kemerahan masuk ke dalam restoran cepat saji itu dengan diapit oleh kedua temannya. Gaya berpakaiannya tampak modis dan bukan barang murah seperti yang dikenakan oleh kebanyakan mahasiswi di kampus mereka.
Rebecca, bisik Chloe dalam hati. Gadis itu buru-buru menundukkan pandangan dan berusaha menghindar agar wajahnya tak terlihat oleh Rebecca ataupun kedua temannya. Percakapan mereka di toilet tadi cukup mengusik hati Chloe.
"Apa kau mau langsung pulang setelah ini?"
Chloe yang tidak fokus pada pertanyaan Emily tampak tergagap.
"Apa?" tanya Chloe. Ia tak bisa menangkap isi kalimat Emily sama sekali. Pasalnya Chloe sibuk berpikir tentang Rebecca tadi.
"Apa kau mau langsung pulang setelah ini?" Emily mengulangi pertanyaannya tanpa menaruh curiga sedikitpun. Suasana di dalam restoran cukup ramai siang ini. Kemungkinan Chloe tidak bisa menyaring suara yang masuk ke dalam telinganya.
"Ya. Aku mau istirahat." Chloe tak berpikir akan pergi ke suatu tempat usai kuliah.
"Oh." Padahal Emily berharap mereka akan pergi ke suatu tempat nanti. Pusat perbelanjaan atau bioskop mungkin.
"Em." Tiba-tiba Chloe memanggil nama sahabatnya. Gerombolan Rebecca telah menempati salah satu sudut di dalam restoran. Chloe beruntung karena mereka tidak memerhatikan sekeliling. Lagipula posisi duduk Chloe membelakangi meja para gadis itu. Chloe terselamatkan dari pandangan Rebecca dan kedua temannya.
"Apa, Chloe?" sahut Emily enggan. Ia meneguk gelas berisi kola miliknya.
"Aku berubah pikiran."
"Tentang apa?"
"Tentang liburan musim panas."
"Maksudnya?" Emily menjauhkan gelas kola dari tangannya lalu menggigit burger kembali.
"Aku mau berlibur ke pantai denganmu," tandas Chloe penuh keyakinan. Keputusan itu dibuat sesaat setelah Rebecca dan teman-temannya keluar dari toilet. Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya pada Emily.
Sepasang mata milik Emily langsung terbelalak. Gadis itu tercekat.
"Benarkah itu, Chloe? Kamu mau berlibur ke pantai denganku?" Emily bertanya karena merasa belum percaya pada pernyataan Chloe. Pasalnya sebelum ini Chloe sama sekali tidak berminat untuk berlibur dengannya. Tapi, tiba-tiba ia berubah pikiran.
"Ya." Chloe membenarkan.
"Tapi kenapa tiba-tiba kau berubah pikiran? Apa yang membuatmu tiba-tiba ingin berlibur bersamaku?" desak Emily.
Chloe juga tidak tahu pasti alasannya. Mendadak ia memutuskan hal itu tanpa berpikir.
"Entahlah. Mungkin karena aku kasihan padamu," jawab Chloe sekenanya.
"Itu jawaban kejam, Chloe. Apa aku semenyedihkan itu?"
"Tidak juga."
"Lantas?"
"Aku hanya ingin berlibur sesekali. Itu saja," balas Chloe mencari alasan.
"Baiklah, baiklah. Kau sudah membuat keputusan yang tepat, Chloe. Kau memang butuh penyegaran. Udara pantai akan membuatmu merasa jauh lebih baik. Kau akan sangat berterimakasih padaku nanti," ucap Emily sedikit besar kepala.
Chloe hanya mengurai senyum tipis mendengar ocehan Emily.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top