#01

"Chloe!"

Dengan langkah terburu Emily menyusul Chloe yang telah lebih dulu berjalan keluar dari kelas. Ia bahkan sempat menyenggol pundak beberapa mahasiswi yang juga sedang melangkah meninggalkan kelas mereka.

"Chloe!"

Setelah dipanggil kedua kalinya, barulah Chloe memperlambat langkah, lalu menoleh ke arah Emily yang telah sampai di samping tubuhnya. Selanjutnya mereka berjalan beriringan menuju ke loker seraya berbagi obrolan.

"Apa kau tidak mendengarku, hah?" protes Emily tanpa memperhatikan sekitar. Fokus kedua matanya hanya tertuju pada Chloe saja. "Apa kau masih belum sembuh dari patah hati?" cecar gadis bertubuh padat dan berisi itu kepada Chloe. Ia baru sadar jika sahabatnya masih memasang tampang serupa kemarin. Kesedihan di wajah Chloe belum memudar sedikitpun.

"Aku baik-baik saja, Em," tandas Chloe berkebalikan dengan rautnya.

"Aku yakin beratmu turun beberapa kilo dalam seminggu terakhir. Ah, andai saja aku juga ikut kehilangan berat badan tanpa berdiet sepertimu." Emily menggumam begitu jelas.

Chloe hanya membalas dengan cibiran.

"Apa kau masih mengharapkan cowok itu kembali?" Emily menoleh ke samping.

"Tidak."

"Jangan bohong. Wajahmu jelas-jelas mengatakan kalau kau masih berharap Casey akan kembali," tukas Emily mengungkapkan isi hatinya.

Chloe mengurai senyum hambar. Ia memang sedih setelah berpisah dari Casey, tapi Chloe tidak pernah berharap Casey akan kembali padanya.

"Hei, dengar. Aku dan Casey berpisah baik-baik. Kami tidak akan berkencan kembali setelah putus, Em. Kami berteman sekarang," tandas Chloe menerangkan hubungannya dengan Casey.

"Berteman?" Senyum mengejek terukir di bibir Emily. Gadis berambut panjang itu tak sungkan untuk menertawakan sahabatnya. Emily tahu jika Chloe sangat mencintai Casey. Mustahil bagi Chloe untuk bisa berteman dengan Casey setelah mereka putus. "Tidak ada pertemanan antara dua mantan kekasih, Chloe. Salah satu dari kalian pasti masih menyimpan perasaan suka. Aku yakin seratus persen."

Chloe tertegun mendengar pernyataan Emily. Mungkin Emily benar, pikirnya. Namun, ia memilih untuk tidak mengatakan apa-apa.

Chloe memang masih menyukai Casey. Tapi, tak pernah terlintas di benaknya untuk kembali pada cowok itu. Perbedaan pendapat dan prinsip antara Chloe dan Casey membuat keduanya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Keduanya tak bisa mengekang ego masing-masing. Cinta semestinya berdiri di atas ego, tapi ini sebaliknya.

"Apa kau ada rencana libur musim panas ini?" Emily menyambung pembicaraan.

Libur musim panas dimulai beberapa hari lagi dan tiba-tiba saja dalam benak Emily melintas sebuah ide cemerlang.

Chloe menggeleng tanpa semangat. Ia selalu menghabiskan liburan musim panasnya di rumah. Sesekali Chloe pergi ke toko buku dan membeli beberapa novel untuk dibaca saat tak mengerjakan apa-apa di rumah. Chloe termasuk tipe gadis rumahan.

"Bagaimana kalau kita pergi berlibur berdua? Pasti akan sangat menyenangkan," tawar Emily antusias. Ia sudah membayangkan pergi ke suatu tempat wisata bersama Chloe dan mengambil banyak foto untuk diunggah ke akun media sosialnya.

"Berlibur?" Kening Chloe terlipat.

Ketika Chloe masih SD, kedua orang tuanya kerap mengajak Chloe pergi ke taman bermain di akhir pekan. Saat libur sekolah pun, Chloe sering diajak berkunjung ke tempat-tempat wisata. Namun, saat Chloe sudah menginjak remaja, ia merasa malu jika harus pergi berlibur bersama kedua orang tuanya. Alhasil Chloe menjadi lebih suka tinggal di rumah dengan mengurung diri di kamar. Bermain gim atau membaca buku menjadi rutinitas Chloe saat liburan.

"Ya, berlibur. Kita berdua saja, Chloe. Bagaimana kalau kita pergi ke pantai? Kita bisa melihat air laut yang berwarna biru kehijauan dan memanjakan mata. Kita juga bisa menikmati sejuknya angin yang berembus ke wajah kita. Kalau kita beruntung, kita bisa berkenalan dengan cowok-cowok tampan yang gemar berselancar. Pasti menyenangkan bisa menghabiskan liburan musim panas di pantai," papar Emily bermaksud membujuk sahabatnya. Ia menggambarkan suasana pantai di musim panas dengan kalimat yang dibuat semenarik mungkin.

"Aku tidak tertarik," balas Chloe datar. Terdengar kejam di telinga Emily. Gadis itu mempercepat langkahnya. Loker mereka berada tinggal beberapa meter lagi.

"Chloe!"

Chloe tak menggubris. Sesungguhnya ia merasa risih saat Emily memanggil namanya dengan cukup keras di koridor kampus seperti yang ia lakukan tadi.

"Kau butuh liburan untuk mengubah suasana hatimu, Chloe. Maksudku, kau perlu berlibur untuk melupakan Casey." Emily berhasil mengejar langkah Chloe dan berceloteh ngawur demi membujuk hati sahabatnya.

Tak disangka Chloe berhenti, lalu tiba-tiba saja ia membalik tubuh.

"Aku tidak butuh sesuatu seperti itu, Em. Aku baik-baik saja. Kau bisa berlibur sendiri," ucap Chloe dengan nada ketus. Ia menatap tajam sepasang mata Emily.

Chloe tidak sebodoh itu. Ia tahu rencana busuk Emily. Gadis itu ingin berlibur hanya untuk kepentingan pribadinya.

Tubuh Emily lemas. Jika Chloe sudah berkata seperti itu, artinya tidak akan ada liburan untuk mereka berdua.

"Baiklah." Emily pasrah dan memilih untuk mengubur impiannya dalam-dalam.

"Maaf, Em." Melihat wajah Emily yang ditekuk membuat Chloe merasa tak sampai hati. Namun, ia benar-benar tak ingin pergi ke mana pun saat libur musim panas ini.

"Tak apa, Chloe." Emily berusaha tersenyum. Sebenarnya ia tidak terlalu kecewa. Hanya sedikit kecewa.

Chloe menepuk pundak Emily pelan.

"Bagaimana kalau kita pergi makan sepulang kuliah?" Chloe memiliki ide lain untuk memperbaiki suasana hati Emily. Ia tahu kelemahan Emily, yaitu makanan.

"Boleh, tapi kau yang traktir," sahut Emily cepat tanggap. Emily tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Chloe harus dimanfaatkan dalam situasi seperti ini.

"Ya," balas Chloe tak keberatan. Chloe memang berencana untuk mentraktir Emily makan.

"Bagaimana kalau burger?"

"Apa kau tidak takut timbanganmu naik?"

Emily menggeleng dengan yakin.

"Aku akan diet besok. Malam nanti aku juga hanya akan makan salad dan buah."

"Jangan terlalu menyiksa diri sendiri," cetus Chloe. Terkadang ia merasa kasihan pada Emily yang berusaha mati-matian untuk menurunkan badan.

"Kau tidak tahu bagaimana rasanya memiliki tubuh gemuk, Chloe. Makanya kau bisa berkata seperti itu," ucap Emily membalas.

"Kenapa tidak menikmati hidup dan berbahagia tanpa memikirkan berat badan? Lagipula kau tidak segemuk itu, Em."

"Bagaimana aku bisa bahagia kalau pakaianku banyak yang tidak muat, Chloe?"

Chloe hanya melepaskan tawa mendengarnya.

Mereka telah sampai di loker masing-masing dan melupakan percakapan tentang liburan musim panas.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #misteri