Part 9 ( repost )
**********
"Arka, Ibu ada perlu ke rumah Tante Wita, dia yang urus katering buat pernikahan kamu, turunin Ibu di depan situ ya,"
"Kenapa ngga ke rumah Tante Wita sekalian Bu? " tanya Arka.
"Kita sudah janjian di situ, sekalian mau belanja keperluan yang lain,"
"Jangan lupa Caca kamu antar pulang ya, jangan di bawa kemana-mana, masih belum sah," Yani tersenyum menatap Caca penuh arti.
Blush, kembali pipi itu merona.
Setelah menurunkan Ibunya, kini hanya Arka dan Natasya yang ada di mobil.
"Kamu langsung ke studio kan?, sebentar lagi waktunya on air," ujar nya datar tanpa menoleh.
"Iya," sahut nya pelan.
"Karena acara kita seminggu lagi, kamu bisa mulai ambil cuti," kembali suaranya terdengar datar.
"Satu minggu sebelum, dan dua minggu sesudah, nanti langsung bilang aja ke Sulis,"
"Iya,". Entah kenapa perasaan Caca menjadi sangat kacau. Sesaat dia terbuai oleh tatapan curi-curi dari lelaki itu, dan kini dia seolah di hempas oleh kalimat datar tanpa ekspresi darinya. Dia mencoba menata hati, bahwa memang dia tak pernah diinginkan oleh lelaki itu. Tapi tak bisakah dia sedikit bermanis muka?.
"Sudah sampai, kamu bisa turun," suara dingin itu mengejutkan Caca. Segera dia beranjak keluar mobil, tanpa ada basa basi Arka kembali melajukan mobilnya entah kemana. Natasya terdiam menatap mobil yang berlalu dari hadapannya dengan perasaan ngilu.
***********
Caca menarik nafas panjang untuk mengatur suasana hatinya yang buruk, dia kembali memulai on air.
"Hello musik lovers apa kabar?, kita ketemu lagi siang ini, buat yang lagi sakit semoga cepat sembuh ya, buat yang sehat dijaga kesehatannya, nah kalau buat yang sakit hati..., mungkin lagu ini bisa sedikit menghibur, selamat mendengarkan," tak lama lagu Only hope dari Mandy Moore terdengar mengalun. Caca memejamkan matanya. Tanpa terasa ada titik bening mengalir dari netranya.Lamat-lamat dia mengikuti lagu itu
....so i lay my head back down. And i lift my hands and pray to be only yours i pray to be only yours i know you you 're my only hope....
Caca menyelesaikan tugasnya siang itu dengan hati yang tak biasa. "Caca, kenapa mata kamu merah?, habis nangis lagi?" Sulis menatap heran.
"Mba, besok Caca mau ambil cuti, Caca___"
"Ini? " Sulis memperlihatkan undangan cantik berwarna merah maroon dengan tulisan gold terukir indah. Ada nama dia dan Arka tercetak disana.
Sulis tersenyum bahagia, dia memeluk gadis itu erat. " Congratulation dear, Mba ikut bahagia," ujarnya setelah melepaskan pelukan.
Airmata Caca semakin deras.
"Eh, kenapa malah nangis, harusnya kamu bahagia Ca,"
Caca menggeleng. Kali ini Sulis tampak serius.
"Kamu ngga mau cerita? "
" Mba, ini berat buat Caca, "
" Kalau dengan bercerita kamu bisa sedikit merasa ringan, ceritakan,"
Caca menceritakan semuanya, berharap sedikit bebannya terkurangi.
"Doakan Caca bisa melewati semua ini Mba,"
"Mba tau ini berat buat kamu Ca, tapi Mba yakin kamu bisa melewatinya,"
Tok tok tok
Pintu diketuk, Caca berdiri dan membuka pintu, seorang wanita cantik berdiri didepannya. Kulitnya bersih, hidung mancung, rambut sedikit bergelombang di bagian bawahnya, dengan setelah blazer berwarna coklat tanah dia nampak sempurna.
"Maaf saya bisa bertemu Pak Arka? " tanya nya sedikit ragu.
"Oh Mba Ivana?" suara Sulis terdengar, dia sudah dibelakang Caca.
"Hei Sulis, apa kabar? " perempuan itu renyah menyapa Sulis.
" Baik Mba, eee...Mba mau ketemu Pak Arka? "
" Iya, aku sudah ngga punya kontaknya lagi, dia ada di sini ngga? "
" Maaf Mba, hari ini dia ada meeting di hotel Hyatt,"
"Oke, kalau gitu aku minta kontaknya,"
"Eh, tapi Mba kalau nanti__"
"Dia ngga akan marah jika aku yang menelponnya," potong Ivana.
"Oke Mba, sebentar," Sulis mengambil kertas dan menulis nomer telepon Arka di sana.
"Ini Mba,"
"Oke, terimakasih ya, aku balik dulu,"
Caca dari tadi terdiam menatap Ivana.
"Ca, kok bengong" tegur Sulis.
"Cantik ya Mba,"
"Oh iya, dia itu___" Sulis tak meneruskan kalimatnya.
"Dia itu dulu cinta mati nya bos kita Ca, tapi dulu," Sulis nampak berusaha menetralisir suasana hati Caca.
Caca tertawa kecil,
"Ngga apa-apa kok Mba Sulis, misalnya sampai sekarang pun juga juga ngga apa-apa,"
"Eh ya ngga lah Ca, jadi mereka dulu pacaran dari kuliah, terus pisah gitu aja ngga tau masalahnya apa,"
Caca mengangguk pelan.
"Mba Sulis tau banget ya masalah bos kita," cetus Caca seraya tertawa.
Sulis tertawa, "Aku ini orang yang paling lama jadi karyawan pak Arka Ca,"
"Sudahlah Ca, kamu jalani aja apa yang jadi ketentuan Nya, kamu menikah dengan Pak Arka bukan suatu kebetulan, yakin aja kalau dia memang di ciptakan untuk mu,"
"Mba Sulis bisa bilang gitu karena ngga ngalamin,"
"Eh, masing-masing kita punya porsi masalah yang berbeda sayang,"
Caca menyandarkan badannya ke sofa.
"Mba, Caca pasti suntuk ngabisin masa cuti yang ngga jelas ini, " rutuknya sebal.
" Kamu bikin bahagia aja lah Ca,"
"Yakinlah bad day pasti berlalu," Sulis mencoba menghibur Caca.
Gadis itu mengangguk, kemudian membuang nafas kasar.
**********
Satu minggu yang menjemukan buat Caca, tak seperti gadis pada umumnya, mereka sangat bahagia mendekati hari pernikahan, namun Caca tidak. Hati nya semakin sedih. Rena tak pernah telat untuk datang ke rumah hampir setiap hari, memberi support buat sahabatnya itu. Seperti hari ini, "Ca, sudah donk, jangan mewek terus,"
"Hidup aku ngga ada bahagia nya deh Ren,"
"Caca, ngga boleh kamu bilang gitu ah, bahagia itu kita yang ciptakan, ayo lah Ca mana semangatmu yang dulu," cetus Rena.
"Kamu bisa buat Kim Bum jatuh cinta padamu suatu saat nanti, percayalah,"
Caca menarik sudut bibirnya, kemudian merebahkan badan di petiduran.
"Ren, makasih ya sudah mau ada disaat-saat sulit ku,"
"That's what friends are for Ca, "
" Jadi kapan kamu mau ke perawatan buat persiapan malam pengantin," ledek Rena.
Caca tersenyum getir.
"Caca, ayo sekarang ikut aku, kita ke salon biar wajah kamu ngga kusut gitu,"
"Tapi Ren, aku kan ngga boleh keluar,"
"Masa bodo sama peraturan itu, biar aku yang yakinkan Bude kamu,"
"Sudah cepat ganti baju," perintah Rena.
Setelah sedikit berdebat, akhirnya Bude menyetujui Caca pergi ke salon.
Mereka berdua sudah berada di salon langganan Mama Rena.
"Mbak, tolong teman saya ini di upgrade dari ujung rambut sampai ujung kaki ya, "
" Mari Mba, ikut saya," ajak seorang wanita kepada Natasya.
"Seharian kamu akan perawatan disini, ingat kamu harus tampil istimewa besok malam," cicit Rena.
"Iya iya, cerewet banget deh,"
Rena tergelak.
********
Di tempat lain, disebuah Cafe.
"Arka, kamu serius dengan keputusan mu?" gadis berbaju biru didepannya bertanya.
"Aku tak pernah main-main dengan keputusan ku,"
"Sudah tidak adakah cinta mu untuk ku?," bias kesedihan tergambar jelas di netranya.
"Arka, maafkan aku, aku pergi ke Singapura waktu itu karena aku harus fokus ke pengembangan karir, dan tawaran dari perusahaan sayang jika aku tolak,"
Arka tertawa datar.
"Aku ingin memperbaiki semuanya, aku mencintaimu Arka," Ivana menghiba.
"Ivana, besok malam aku akan menikah, ngga mungkin aku batalkan semuanya,"
"Jawab aku Arka, apa kamu masih mencintai ku? "
" Kamu tau, semenjak kamu pergi, banyak perempuan datang di hidupku, tapi entah aku belum bisa menggantikan posisi yang kosong oleh mu,"
Mata wanita di depannya berbinar seketika mendengar ucapan Arka.
"Kita bisa mulai dari awal Arka,"
"Aku besok malam menikah, fahamilah posisiku,"
"Apa kamu mencintai calon Istrimu itu?" tanya Ivana tajam.
Lelaki tampan itu diam, kemudian tersenyum tipis. " Entah," Arka mengusap wajahnya. "Aku masih banyak pekerjaan, dan harus kembali ke kantor,"
"Arka, lalu bagaimana dengan hubungan kita, bukankah kamu masih mencintaiku? "
Arka beranjak dari duduknya, " Saat ini aku hanya ingin fokus untuk kerja dan acara besok malam, mungkin kita bisa mencoba untuk saling melupakan, sudahlah aku kembali ke kantor".
Ivana menatap punggung Arka, "I dont care who is your, as long as your love is still for me i will get you," gumamnya.
**********
Arka mengemudi mobilnya perlahan ketika dia melihat dua gadis keluar dari salon ternama. Dia yakin itu Natasya, perlahan dia meminggirkan mobilnya.
"Natasya," panggil Arka dari dalam mobil. Natasya menoleh ke arah datangnya suara.
"Ca, calon suami kamu tuh, kok dia bisa tau ya?"
Lelaki itu turun dari mobil berjalan mendekati mereka berdua.
"Ngapain kamu disini?, bukannya sekarang kamu harus di rumah?, kesini naik apa? " cecar nya.
" Maaf Pak, saya diajak Rena untuk___"
"Dia harus tampil cantik untuk besok malam kan?, salah ya kalau dia ke salon, saya yang maksa, dan dia kesini naik mobil saya, jelas tuan? " Rena memotong kalimat Arka.
Natasya menyenggol lengan Rena, memberi isyarat supaya bicara yang baik.
"Oke, Caca ayo aku antar pulang," ujarnya seraya menatap gadis itu.
"Tapi Rena___"
"Kamu bisa pulang sendiri kan? " sela Arka menoleh ke Rena.
Rena mengangguk, " Asal dia benar-benar di bawa pulang," ujarnya.
Akhirnya Caca pulang di bersama Arka. Dia memilih duduk di belakang. Suasana di dalam mobil yang lengang membuat Caca bosan.
Gadis itu merasa jengah, mending aku tadi pulang dengan Rena, pikirnya.
"Natasya," suara Arka memecahkan kesunyian.
"Iya Pak? "
" Kamu bisa ganti panggilan Pak dengan yang lain," ujarnya seraya menatap ke kaca kecil di atas kemudian sehingga dia bisa melihat ekspresi gadis itu.
"Kecuali ketika kita di tempat kerja," sambung nya.
"Lalu saya panggil apa?"
"Apa sajalah, kamu bisa panggil Mas Arka, Arka saja, atau apalah yang kamu mau, aku kan sebentar lagi akan jadi suamimu, " tak ada intonasi yang berlebihan di kalimat lelaki itu. Tak juga ada letusan bahagia nampak disana.
Caca mengangguk pelan.
" Besok jam tiga sore kamu di jemput ke rumahku, siapkan apa yang mau di bawa,"
"Iya Pak, eh Mas" gumam nya lirih.
Tak lama kemudian mereka sampai.
"Sudah sampai," Arka menoleh sekilas dia menatap calon Istrinya.
"Cantik, " bisiknya dalam hati.
" Terimakasih Pak eh Mas," Caca mencoba tersenyum.
"Oke, sampai ketemu besok, jaga kesehatan ya, kamu terlihat sedikit pucat, aku pergi dulu," Fortuner putih Arka melaju meninggalkan kediaman Caca.
Segera gadis itu masuk ke kamar, di depan kaca di duduk mematung menatap wajahnya yang memang agak pucat.
Ah sedikit saja perhatian dari dia sudah membuat ku bahagia, apa apaan ini, jerit hatinya.
********
Caca memasukkan baju-bajunya ke dalam koper.
"Sudah kamu bawa semua heh? " tiba-tiba Frida masuk muncul di sampingnya.
" Sudah,"
"Baguslah, oia kemarin ada yang kerumah nyariin kamu," Frida melirik tajam ke Caca.
"Siapa?"
"Namanya Bagas, dia pacar kamu ya?"
"Bagas?, dia ke sini? "
" Iyaa, aku bilang aja kamu mau menikah besok, kayaknya dia sedih tuh,"
Caca tidak merespon ucapan Frida, dia masih membenahi barang-barang dikamarnya.
"Aku yakin Arka tidak mencintai mu,"
"Aku tau Frida,"
"Dan kamu akan sengsara menjalani pernikahan ini," sinis Frida.
"Aku pernah beberapa kali liat calon suami mu itu bersama wanita yang berbeda, mereka semua cantik, jadi selamat datang di pernikahan kelam, " Frida pergi meninggalkan seraya tertawa. Caca terdiam.
"Poor Caca," teriak Frida dari luar kamar.
Gadis itu menggigit bibirnya menahan tangis. Suara ponsel mengejutkannya, ada nomor tak dikenal.
"Caca ya, ini aku Bagas,"
"Iya Gas, ada apa? "
" Benar kamu besok menikah? "
Sepi.
" Frida kasi tau aku, eum__selamat ya, tadinya aku mau ngajak kamu jalan, tapi ternyata malah keduluan orang lain, " ada nada sumir disana.
" Ca, aku cuma mau bilang semoga kamu bahagia, jangan suka gigitin kuku lagi ya, jorok tau,"
Caca tersenyum, Bagas memang selalu perhatian padanya.
"Makasih Gas, semoga kamu juga bahagia,"
"No if without you Ca," kali ini suaranya lirih.
Caca terhenyak.
"Ah sudah lah, aku bahagia jika kamu bahagia, selamat ya Ca, "
Ponsel di tutup.
Gadis itu menghela nafasnya. Bagas, lelaki teman satu kampus, dia tampan, pintar dan sangat perhatian padanya. Pernah beberapa kali mereka bersama dalam satu team, namun kedekatan mereka selalu dihadang Clara, gadis kaya yang tergila - gila pada Bagas.
"Caca, jemputan kamu sudah nunggu tuh," suara Bude terdengar.
"I-ya Bude,"
"Besok kami kesana, pagi akad nikah, kamu harus di rias pagi pagi sekali, langsung pesta resepsi nya," ujar Bude setelah Caca berpamitan. Gadis itu hanya mengangguk.
"Mari masuk Mba Natasya," sambut seseorang yang duduk di belakang kemudi.
Caca tersenyum, "Terimakasih Pak,"
Mobil mulai melaju, "Saya Pak Bono Mba, selain supir saya juga biasa bersih-bersih rumah Mas Arka," ujarnya ramah.
"Wah ndak nyangka Mas Arka pinter cari Istri," sambil terkekeh Pak Bono berujar.
"Oia Mba, saya bekerja di rumah Mas Arka bersama Istri saya, dia bagian masak, nyuci pokoknya urusan dalam, namanya Yati, Mba Caca bisa panggil dia Mbok Yati, " Pak Bono tak berhenti bercerita. Natasya tersenyum menanggapi, sambil sesekali ber oh ria.
Rumah Arka sudah berhias sedemikian rupa, tenda putih nampak sangat cantik berpadu dengan warna perak, meja dan kursi untuk para tamu pun sudah berjajar rapi berwarna sama dengan tenda, putih dan perak. Sementara pelaminan di buat indah dengan banyak bunga.
Natasya disambut gembira oleh Yani dan Santoso, "Ini kamar kamu sayang, buat malam ini, tapi nanti selesai akad kamar kamu disana, di kamar Arka," Blush wajah itu merona.
"Pak Bono, bawakan barang-barang Natasya ke kamar ya,"
"Eh, biar Caca aja yang bawa Bu," cegah nya, dia merasa tak enak jika harus merepotkan orang lain.
"Eh ngga boleh dong, calon pengantin mana boleh kerja, nanti kecapean," tukas Yani.
"Ayo sekarang kamu makan dulu ya," ajaknya.
Malam itu Caca tidur dikamar di rumah Arka, namun sejak datang hingga larut malam tak ada Arka di rumah itu. Apa dia sekarang sedang berdua dengan Ivana? pikirnya. Ah aku memang bukan gadis yang di cintai nya, sadarlah Caca, kamu bukan siapa-siapa, Arka menikahi mu hanya kasian melihat nasib mu, jadi jangan pernah berharap lebih. Jalani saja pernikahan ini, hingga pada saatnya kamu lelah dan mundur perlahan, batinnya berkata. Ada bulir bening mengalir di pipinya.
*******
"Ya Allah, aku ikhlas dengan semua takdirMu, aku yakin akan ada hal yang indah yang telah Engkau siapkan untuk ku kelak jika saatnya tiba, aku hanya meminta jangan pernah Engkau tinggalkan aku, aku ikhlas dengan semua ketentuan Mu ya Allah," Caca mengakhiri doanya,ketika pintu diketuk.
"Sayang, yang merias kamu sudah datang, kamu sudah siap? " Yani ramah menyapa.
" Sudah Bu,"
"Silahkan masuk, calon menantu sudah siap,"
Caca mulai di rias.
Sementara di luar nampak Arka baru datang, semalam dia tidur di hotel, atas perintah Ayahnya. Arka datang bersama dua orang temannya.
"Mana calon istri lo? " tanya David seraya mengedarkan pandangannya.
" Elu Vid, ya jelas masih di kamar lah, masa iya dia di dapur," seloroh Tio.
"Arka, dia cantik ngga,cakep mana sama Ivana?" bisik David ke telinga Arka.
"Diem lu," sergahnya.
Temannya itu terkekeh.
"Gue mau siap-siap dulu," Arka beranjak menuju kamarnya.
"Arka, tuxedonya sudah ada di dalam kamar kamu ya, sana siap-siap, akad nikah jam sembilan loh,"
"Iya Bu,"
Jam sembilan, Arka sudah duduk didepan penghulu, dia nampak tampang dengan setelah tuxedonya berwarna hitam, ada Pakde yang akan menjadi wali pernikahan gadis itu. Bude, Faris dan Frida juga hadir, gadis itu tak henti menatap Arka kagum. Caca masih di dalam kamar, dia keluar ketika ijab kabul sudah di ucapkan.
"Baik, nak Arka sudah siap? " tanya penghulu.
" Siap Pak,"
"Silahkan Pak, bisa di mulai," ujar penghulu kepada Pakde Caca.
Mereka berdua berjabat tangan,
"Ananda Arka Pratama bin fulan, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Natasya Wilhelmina binti Wira Atmaja dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan emas seberat 250 gram di bayar tunai".
"Saya terima nikah dan kawinnya Natasya Wilhelmina binti Wira Atmaja dengan mas kawin yang tersebut dibayar tunai,"
"Bagaimana Bapak, Ibu, sah? "
" Sah sah,__"
Caca menyeka air matanya, mulai detik ini dia sudah dalam perlindungan dan tanggung jawab suaminya Arka Pratama.
Ada Sulis dan Rena yang menemani nya di dalam kamar, "Eh, udah jangan nangis ini hari bahagia, ingat bermain sangakalah pada Allah, yakinlah ada kebahagiaan yang te gak menunggu di tengah-tengah perjalanan hidup mu nanti,"
Caca mengangguk.
"Nah sekarang keluarlah, kejutkan suamimu," bisiknya.
Caca keluar di temani Sulis dan Rena. Perlahan dia berjalan menuju tempat akad nikah, semua mata memandang ke pengantin perempuan, Caca benar-benar mengejutkan bukan hanya Arka tapi semua yang hadir, dia sangat mempesona, dengan riasan wajah yang natural semakin membuat gadis itu jelita.
"Gila Arka, dapet dari mana cewek begitu," David berbisik ke telinga Tio.
"Ntar lu tanya sendiri, coba lu liat si Arka, dia aja terpesona,".
Nampak Arka menatap lekat Natasya yang telah resmi jadi Istrinya.
"Ayo Mas Arka tanda tangan dulu di sini, nanti aja liatnya di puas-puasin," ledek penghulu yang di sambut tawa para undangan.
Arka ikut tertawa kecil.
Setelah masing-masing menandatangani, saatnya mengabadikan momen, Arka memakaikan cincin ke jari manis Caca. Ini kali pertama Arka dan Caca bersentuhan. Gadis Itu tampak nervous ketika perlahan tangannya di pegang Arka dan cincin di sematkan ke jarinya. Demikian pula sebaliknya, ketika Caca menyematkan cincin ke jari Arka. Semua momen indah itu di abaikan. Kini tiba saat Caca harus bersalaman dan mencium takzim punggung tangan Suaminya, ada getaran halus di dadanya membuat mata Caca mengembun. Kemudian lembut Arka mengecup puncak kepala Istrinya. Para undangan larut dalam kebahagiaan. Rena yang sangat tau kehidupan sahabatnya itu terharu, sesekali dia menyeka matanya yang basah.
Undangan yang lain sudah berdatangan, kedua mempelai duduk di pelaminan.
Arka memegang erat tangan Natasya, " Biasakan seperti ini, paling tidak hilangkan rasa canggung mu," bisiknya. Ada ribuan kupu-kupu terasa bertentangan di perutnya. Dia merasakan hangat nya genggaman lelaki tampan di sampingnya.
Satu persatu tamu memberi selamat,
"Bro, selamat ya, eh elu nemu dimana cewek seperti dia? " bisik David yang masih penasaran.
" Mau tau aja loe, udah sana jangan lama lama liatin dia," tukas Arka disambut tawa David.
"Liat aja, sampe lu sia-siakan dia, elu nyesel bro," David tau seperti apa perasaan Arka pada Caca dan pada Ivana.
Arka melotot ke arah David.
"Tio, bawa ini orang jauh dari gue," ujarnya.
"Selamat ya Natasya, semoga Arka bisa jadi suami yang baik," ucap David .
"Bisa kok, Arka itu sebenarnya orang baik, jadi jangan takut," Tio menimpali sambil terkekeh menatap Arka, kemudian mereka berlalu.
Alunan lagu dari penyanyi yang sengaja di hadirkan untuk menghibur para undangan membuat suasana semakin meriah.
"Selamat berbahagia buat mempelai berdua, Mas Arka Pratama dan Mba Natasya Wilhelmina, semoga rumah tangga nya sakinah mawaddah wa rahmah ya, ini ada lagi yang di minta khusus dari mempelai Pria untuk mempelai wanita,"
"From this moment, buat Mba Natasya dari Mas Arka," suara penyanyi itu terdengar. Tak lama mengaku lah lagi dari Shania Twain. Caca merasa kembali dadanya penuh bunga dan kupu-kupu.
"Aku tau kamu menyukai lagu ini," bisik Arka dekat di telinga Caca membuatnya meremang.
From this moment life has begini, from this moment you are the one, life beside you is where i belong from this moment on.
From this moment i have been blesed, i live only for your happines, and for your love, i'd give my last breath, from this moment on.
I give my hand to you with all my heart, i can't wait to live my life with you i can't wait tidak start, you and i will never be a part, my dreams came true because of you..... (from this moment By Shania Twain)
Caca tersenyum menikmati lagu nya. Sesekali tampak Arka melirik wanita nya, dia ikut tersenyum melihat Caca bahagia.
"Arka, selamat ya, aku harap kamu bahagia dengan pernikahan ini," tiba-tiba Ivana sudah berdiri didepan mereka berdua, perempuan itu menyalami Arka dan membisikkan sesuatu ke telinganya, entah apa Caca tidak mengetahui nya.
"Kamu Natasya, semoga kamu bisa memberi kebahagiaan buat dia" Ivana mengulurkan tangannya, Caca menyambut dengan senyuman.
Menyadari air muka Caca yang berubah murung, Arka berkata, "Abaikan dia, tersenyum lah,"
Gadis itu tersenyum tipis.
Tepat pukul dua siang acara selesai. Caca hendak masuk ke kamar nya semalam, namun Yani mencegahnya.
"Eh sayang, kamar kamu di sana, dikamar Arka,"
"Tapi Bu, Caca mau ganti baju,"
Yani tergelak, "Sayang, kamu bisa ganti baju di sana juga, dikamar suamimu,"
Natasya blushing, dia sangat malu terlebih saat Yani berkata hal itu, ada Arka di sana.
"Ganti baju aja di kamar Ca, Pak Bono sudah memindahkan semua barang mu ke kamar ku," ucapnya ringan seraya membuka tuxedonya.
"Arka, kamu ajak dong Caca masuk ke kamar," Ibunya berkata.
"Oh ngga usah Bu, Caca bisa sendiri, " bergegas dia melangkah menuju kamar Arka.
Gadis itu masuk, kamar Arka sangat luas, disudut ruangan ada sofa, televisi layar datar berukuran besar, ranjang besar yang cukup tiga bahkan empat orang, sprei berwarna biru lembut begitu juga dengan selimut tebal di atasnya. Ada taburan kelopak bunga mawar merah diatasnya. Aroma wangi bunga melati dan sedap malam menguar di seluruh ruangan. Di sudut lainnya ada kamar mandi. Caca berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.
Setelah lama dia mencoba membuka gaun nya belum juga berhasil. Dia butuh orang lain membukakan resliting gaun itu.
Caca semakin frustrasi, tatkala seseorang mengetuk pintu kamar mandi.
Bersambung lagi yaa...
Hayoo siapa yang mengetuk pintu kamar mandi?
Terimakasih sudah mampir dan membaca.
Maafkan typo bertebaran.
Suka dengan ceritanya, klik bintang yaa😁😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top