Part 9 ( repost )

**********

"Arka, Ibu ada perlu ke rumah Tante Wita, dia yang urus katering buat pernikahan kamu, turunin  Ibu di depan situ ya,"

"Kenapa ngga ke rumah Tante  Wita sekalian Bu? " tanya Arka.

"Kita sudah janjian di situ, sekalian  mau belanja  keperluan yang  lain,"

"Jangan  lupa Caca  kamu antar pulang ya, jangan di bawa kemana-mana, masih belum sah," Yani tersenyum  menatap  Caca penuh arti.

Blush, kembali pipi itu  merona.

Setelah  menurunkan Ibunya, kini hanya Arka dan Natasya  yang ada di mobil.

"Kamu langsung ke studio kan?, sebentar lagi waktunya on air," ujar nya datar tanpa menoleh.

"Iya," sahut nya pelan.

"Karena acara  kita seminggu lagi, kamu bisa mulai ambil cuti," kembali  suaranya terdengar datar.

"Satu minggu sebelum, dan dua minggu  sesudah, nanti langsung  bilang aja ke Sulis,"

"Iya,". Entah  kenapa perasaan  Caca menjadi sangat kacau. Sesaat  dia terbuai  oleh tatapan curi-curi dari lelaki itu, dan kini dia seolah di hempas  oleh kalimat datar tanpa ekspresi darinya. Dia mencoba menata hati, bahwa memang dia tak pernah diinginkan oleh lelaki itu. Tapi tak bisakah dia sedikit  bermanis muka?.

"Sudah  sampai, kamu  bisa turun," suara dingin itu mengejutkan Caca. Segera  dia beranjak  keluar mobil,  tanpa ada basa basi Arka kembali  melajukan mobilnya entah kemana. Natasya  terdiam  menatap mobil yang berlalu dari hadapannya dengan  perasaan ngilu.

***********

Caca menarik nafas panjang  untuk  mengatur suasana hatinya  yang  buruk, dia kembali  memulai  on air.

"Hello musik lovers  apa kabar?,  kita ketemu  lagi siang ini, buat yang lagi sakit semoga cepat sembuh ya, buat yang sehat dijaga kesehatannya, nah kalau buat yang sakit hati..., mungkin lagu ini bisa sedikit  menghibur, selamat  mendengarkan," tak lama lagu Only hope  dari Mandy Moore  terdengar  mengalun. Caca memejamkan matanya. Tanpa terasa  ada titik bening  mengalir dari netranya.Lamat-lamat dia mengikuti  lagu itu

....so i lay my head back down. And i lift my hands and pray to be only yours i pray to be only yours i know  you you 're  my only  hope....

Caca menyelesaikan  tugasnya siang itu dengan hati yang tak biasa. "Caca, kenapa mata  kamu merah?, habis nangis lagi?"  Sulis  menatap  heran.

"Mba, besok Caca mau ambil cuti, Caca___"

"Ini? " Sulis memperlihatkan  undangan  cantik  berwarna  merah maroon  dengan tulisan gold terukir indah. Ada nama dia dan Arka tercetak  disana.

Sulis tersenyum bahagia, dia memeluk gadis itu erat. " Congratulation  dear, Mba ikut  bahagia," ujarnya  setelah  melepaskan  pelukan.

Airmata  Caca  semakin  deras.
"Eh, kenapa malah nangis, harusnya  kamu bahagia  Ca,"

Caca  menggeleng. Kali ini Sulis tampak  serius.

"Kamu ngga mau cerita? "

" Mba, ini berat buat Caca, "

" Kalau dengan bercerita  kamu bisa sedikit  merasa ringan, ceritakan,"

Caca menceritakan  semuanya, berharap  sedikit  bebannya  terkurangi.

"Doakan Caca bisa melewati semua ini Mba,"

"Mba tau ini berat buat kamu Ca, tapi Mba yakin kamu bisa melewatinya,"

Tok tok tok

Pintu  diketuk,  Caca berdiri dan membuka pintu, seorang  wanita  cantik  berdiri  didepannya. Kulitnya  bersih, hidung mancung, rambut  sedikit  bergelombang  di bagian bawahnya, dengan setelah blazer  berwarna coklat tanah dia nampak sempurna.

"Maaf saya bisa bertemu  Pak Arka? " tanya nya  sedikit  ragu.

"Oh Mba Ivana?" suara  Sulis terdengar, dia sudah dibelakang Caca.

"Hei Sulis, apa kabar? " perempuan  itu renyah  menyapa Sulis.

" Baik Mba, eee...Mba mau ketemu Pak Arka? "

" Iya, aku sudah ngga  punya  kontaknya lagi, dia ada di sini ngga? "

" Maaf Mba, hari ini dia  ada meeting di hotel Hyatt,"

"Oke, kalau gitu aku minta  kontaknya,"

"Eh, tapi Mba kalau nanti__"

"Dia ngga akan marah jika aku yang menelponnya," potong Ivana.

"Oke Mba, sebentar,"  Sulis  mengambil kertas dan menulis nomer  telepon  Arka di sana.

"Ini Mba,"

"Oke, terimakasih ya, aku balik dulu,"

Caca dari tadi terdiam  menatap Ivana.

"Ca, kok bengong" tegur  Sulis.

"Cantik  ya Mba,"

"Oh iya,  dia itu___" Sulis  tak meneruskan  kalimatnya.

"Dia itu  dulu cinta mati nya bos kita Ca, tapi dulu," Sulis nampak berusaha menetralisir  suasana  hati Caca.

Caca tertawa kecil,
"Ngga apa-apa kok Mba Sulis, misalnya sampai sekarang pun juga juga ngga apa-apa,"

"Eh ya ngga lah Ca, jadi mereka  dulu pacaran dari kuliah, terus pisah gitu aja ngga tau masalahnya apa,"

Caca  mengangguk pelan.

"Mba Sulis  tau banget  ya masalah  bos kita," cetus Caca seraya tertawa.

Sulis  tertawa, "Aku ini orang  yang paling lama jadi karyawan pak Arka  Ca,"

"Sudahlah  Ca, kamu jalani aja apa yang jadi ketentuan Nya, kamu menikah  dengan Pak Arka bukan suatu kebetulan, yakin aja kalau dia memang  di ciptakan  untuk mu,"

"Mba Sulis  bisa bilang  gitu karena  ngga ngalamin,"

"Eh, masing-masing kita punya porsi  masalah yang  berbeda sayang,"

Caca menyandarkan badannya  ke sofa.

"Mba, Caca pasti suntuk  ngabisin  masa cuti  yang ngga jelas ini, " rutuknya sebal.

" Kamu bikin bahagia  aja lah Ca,"

"Yakinlah  bad  day  pasti berlalu,"  Sulis  mencoba menghibur  Caca.

Gadis itu mengangguk, kemudian membuang nafas kasar.

**********

Satu minggu  yang menjemukan buat Caca,  tak seperti gadis pada umumnya, mereka sangat  bahagia mendekati  hari pernikahan, namun Caca tidak. Hati nya semakin  sedih. Rena tak pernah  telat untuk  datang ke rumah hampir  setiap hari,  memberi  support  buat  sahabatnya itu. Seperti hari ini, "Ca, sudah  donk, jangan  mewek terus,"

"Hidup  aku ngga ada bahagia nya deh Ren,"

"Caca, ngga boleh kamu bilang gitu ah, bahagia  itu kita yang  ciptakan, ayo lah Ca mana semangatmu yang dulu," cetus Rena.

"Kamu bisa buat Kim Bum  jatuh cinta  padamu suatu saat nanti, percayalah,"

Caca  menarik sudut bibirnya, kemudian  merebahkan badan di petiduran.

"Ren, makasih ya sudah mau ada disaat-saat sulit ku,"

"That's  what  friends are for Ca, "

" Jadi kapan kamu mau ke perawatan buat persiapan  malam pengantin," ledek Rena.

Caca tersenyum  getir.

"Caca, ayo sekarang  ikut aku,  kita ke salon biar wajah kamu ngga  kusut gitu,"

"Tapi Ren,  aku kan ngga boleh keluar,"

"Masa bodo  sama peraturan itu, biar aku yang yakinkan  Bude kamu,"

"Sudah cepat ganti baju," perintah Rena.

Setelah sedikit  berdebat,  akhirnya  Bude menyetujui Caca pergi ke salon.

Mereka berdua sudah berada di salon langganan Mama Rena.

"Mbak,  tolong teman saya ini di upgrade dari ujung rambut sampai  ujung kaki  ya, "

" Mari Mba, ikut saya," ajak seorang wanita kepada Natasya.

"Seharian kamu akan perawatan  disini, ingat kamu harus tampil istimewa besok malam," cicit  Rena.

"Iya  iya, cerewet banget  deh,"

Rena tergelak.

********
Di tempat lain,  disebuah  Cafe.

"Arka, kamu serius dengan keputusan mu?" gadis berbaju biru  didepannya bertanya.

"Aku tak pernah main-main dengan  keputusan ku,"

"Sudah tidak adakah cinta mu untuk ku?," bias kesedihan tergambar jelas di netranya.

"Arka, maafkan aku, aku pergi ke Singapura waktu itu karena aku harus fokus ke pengembangan  karir, dan tawaran  dari perusahaan sayang jika aku tolak,"

Arka tertawa datar.

"Aku ingin memperbaiki  semuanya, aku mencintaimu Arka," Ivana  menghiba.

"Ivana, besok malam aku akan menikah, ngga mungkin  aku batalkan  semuanya,"

"Jawab aku Arka, apa kamu masih mencintai ku? "

" Kamu tau, semenjak  kamu pergi, banyak perempuan  datang  di hidupku, tapi entah aku belum bisa menggantikan posisi yang kosong oleh mu,"

Mata wanita  di depannya  berbinar seketika  mendengar ucapan Arka.

"Kita bisa mulai dari awal Arka,"

"Aku besok malam menikah, fahamilah posisiku,"

"Apa kamu mencintai calon Istrimu itu?" tanya Ivana tajam.

Lelaki  tampan  itu diam, kemudian tersenyum tipis. " Entah,"  Arka mengusap  wajahnya. "Aku masih banyak pekerjaan, dan harus  kembali ke kantor,"

"Arka, lalu bagaimana  dengan hubungan kita, bukankah kamu masih mencintaiku? "

Arka beranjak  dari duduknya, " Saat ini aku hanya ingin fokus untuk  kerja dan acara  besok malam, mungkin  kita bisa mencoba  untuk  saling melupakan, sudahlah  aku kembali  ke kantor".

Ivana  menatap  punggung Arka,  "I dont care who is your, as long  as your love is still for me i will  get  you,"  gumamnya.

**********

Arka mengemudi mobilnya perlahan ketika dia melihat  dua gadis keluar dari salon ternama. Dia yakin itu Natasya, perlahan  dia meminggirkan mobilnya.

"Natasya," panggil Arka dari dalam mobil. Natasya  menoleh ke arah datangnya  suara.

"Ca, calon suami kamu tuh, kok dia bisa tau ya?"

Lelaki  itu turun dari mobil berjalan  mendekati mereka berdua.

"Ngapain kamu disini?, bukannya  sekarang  kamu harus di rumah?, kesini naik apa? " cecar nya.

" Maaf Pak, saya  diajak Rena untuk___"

"Dia harus tampil  cantik  untuk  besok  malam kan?, salah ya kalau dia ke salon, saya yang maksa, dan dia kesini naik mobil saya, jelas tuan? " Rena memotong kalimat Arka.
Natasya  menyenggol  lengan Rena, memberi  isyarat  supaya bicara yang baik.

"Oke, Caca  ayo aku antar  pulang," ujarnya seraya menatap gadis itu.

"Tapi Rena___"

"Kamu  bisa pulang  sendiri kan? " sela Arka menoleh ke Rena.

Rena  mengangguk, " Asal dia benar-benar di bawa pulang," ujarnya.

Akhirnya Caca pulang di bersama  Arka. Dia memilih duduk  di belakang. Suasana di dalam mobil yang lengang membuat Caca bosan.
Gadis itu merasa jengah, mending aku tadi pulang dengan Rena, pikirnya.

"Natasya," suara Arka  memecahkan kesunyian.

"Iya Pak? "

" Kamu bisa ganti  panggilan  Pak dengan  yang lain," ujarnya  seraya  menatap ke kaca kecil di atas kemudian sehingga  dia bisa melihat  ekspresi  gadis itu.

"Kecuali  ketika kita di tempat kerja," sambung nya.

"Lalu saya panggil apa?"

"Apa sajalah, kamu bisa panggil  Mas Arka,  Arka saja, atau apalah yang kamu mau, aku kan sebentar lagi akan jadi suamimu, " tak  ada intonasi yang berlebihan  di kalimat lelaki itu. Tak juga ada letusan bahagia nampak  disana.

Caca mengangguk pelan.

" Besok jam tiga sore  kamu di jemput ke rumahku, siapkan apa yang mau di bawa,"

"Iya Pak, eh Mas" gumam nya lirih.

Tak lama  kemudian  mereka sampai.

"Sudah sampai," Arka menoleh sekilas dia menatap calon Istrinya.

"Cantik, " bisiknya dalam hati.

" Terimakasih Pak eh Mas," Caca mencoba tersenyum.

"Oke, sampai ketemu besok,  jaga kesehatan  ya, kamu terlihat sedikit  pucat, aku pergi dulu,"  Fortuner putih Arka melaju meninggalkan  kediaman Caca.

Segera  gadis itu  masuk ke kamar, di depan kaca di duduk mematung menatap  wajahnya yang memang agak pucat.
Ah sedikit saja perhatian  dari dia sudah membuat ku bahagia, apa apaan ini, jerit  hatinya.

********

Caca memasukkan baju-bajunya  ke dalam koper.

"Sudah kamu bawa  semua heh? " tiba-tiba Frida masuk muncul di sampingnya.

" Sudah,"

"Baguslah, oia kemarin  ada yang kerumah nyariin  kamu," Frida melirik tajam ke Caca.

"Siapa?"

"Namanya Bagas, dia pacar kamu ya?"

"Bagas?, dia ke sini? "

" Iyaa, aku bilang aja kamu mau menikah besok, kayaknya dia sedih tuh,"

Caca  tidak merespon ucapan Frida,  dia masih membenahi barang-barang  dikamarnya.

"Aku yakin Arka  tidak mencintai mu,"

"Aku tau  Frida,"

"Dan kamu akan sengsara menjalani  pernikahan ini," sinis Frida.

"Aku pernah beberapa  kali liat calon suami mu itu bersama  wanita  yang berbeda, mereka  semua  cantik, jadi selamat datang di pernikahan kelam, " Frida pergi meninggalkan seraya tertawa.  Caca terdiam.

"Poor  Caca,"  teriak Frida dari luar kamar.

Gadis itu menggigit bibirnya  menahan tangis. Suara ponsel  mengejutkannya, ada nomor tak dikenal.

"Caca ya, ini aku Bagas,"

"Iya Gas, ada apa? "

" Benar  kamu besok menikah? "

Sepi.

" Frida  kasi tau  aku, eum__selamat ya, tadinya aku mau ngajak  kamu jalan, tapi ternyata malah keduluan  orang lain, " ada nada sumir  disana.

" Ca, aku cuma mau bilang semoga  kamu bahagia, jangan suka gigitin kuku lagi ya, jorok tau,"

Caca  tersenyum, Bagas memang selalu  perhatian padanya.

"Makasih  Gas, semoga  kamu juga bahagia,"

"No if  without you Ca," kali ini suaranya  lirih.

Caca terhenyak.

"Ah sudah lah, aku bahagia  jika kamu bahagia, selamat ya Ca, "

Ponsel  di tutup.

Gadis itu menghela nafasnya. Bagas, lelaki  teman satu kampus, dia tampan, pintar dan sangat  perhatian  padanya. Pernah  beberapa kali mereka bersama  dalam satu team, namun kedekatan  mereka selalu dihadang  Clara, gadis kaya yang tergila - gila pada Bagas.

"Caca, jemputan kamu sudah nunggu tuh,"  suara  Bude terdengar.

"I-ya  Bude,"

"Besok kami kesana, pagi akad nikah, kamu harus di rias  pagi pagi sekali, langsung  pesta  resepsi nya,"  ujar Bude setelah  Caca  berpamitan. Gadis  itu hanya mengangguk.

"Mari masuk Mba Natasya," sambut  seseorang  yang duduk di belakang kemudi.

Caca tersenyum,  "Terimakasih Pak,"

Mobil  mulai  melaju,  "Saya Pak Bono Mba, selain  supir saya juga biasa bersih-bersih  rumah Mas Arka,"  ujarnya  ramah.

"Wah ndak nyangka Mas Arka pinter cari Istri," sambil terkekeh  Pak Bono berujar.

"Oia Mba, saya  bekerja  di rumah Mas Arka bersama  Istri saya, dia bagian masak, nyuci  pokoknya  urusan dalam, namanya  Yati, Mba Caca bisa panggil  dia Mbok Yati, " Pak Bono tak berhenti  bercerita.  Natasya  tersenyum  menanggapi, sambil sesekali ber  oh  ria.

Rumah  Arka sudah berhias  sedemikian rupa, tenda putih nampak sangat cantik  berpadu  dengan warna  perak, meja dan kursi untuk  para tamu  pun  sudah berjajar  rapi berwarna sama dengan tenda, putih dan perak. Sementara  pelaminan di buat indah dengan banyak bunga.

Natasya  disambut gembira  oleh Yani dan Santoso,  "Ini kamar  kamu sayang, buat malam ini, tapi nanti  selesai  akad kamar kamu disana, di kamar Arka,"  Blush  wajah itu merona.

"Pak Bono, bawakan barang-barang Natasya ke kamar ya,"

"Eh, biar  Caca aja yang bawa Bu," cegah nya, dia merasa tak enak jika  harus merepotkan orang lain.

"Eh ngga boleh dong, calon pengantin  mana boleh kerja, nanti kecapean," tukas Yani.

"Ayo  sekarang  kamu makan dulu ya," ajaknya.

Malam itu Caca  tidur dikamar di rumah Arka, namun sejak datang hingga larut malam tak ada Arka  di rumah  itu. Apa dia sekarang  sedang berdua dengan Ivana?  pikirnya. Ah aku memang bukan gadis yang di cintai nya, sadarlah Caca, kamu  bukan  siapa-siapa, Arka  menikahi mu hanya kasian melihat  nasib mu, jadi jangan  pernah berharap lebih. Jalani saja pernikahan ini, hingga pada saatnya  kamu lelah dan mundur  perlahan, batinnya  berkata. Ada bulir  bening mengalir  di pipinya.

*******

"Ya Allah, aku ikhlas dengan semua takdirMu, aku yakin akan ada  hal yang indah  yang telah Engkau siapkan untuk ku kelak jika saatnya  tiba, aku hanya  meminta  jangan pernah Engkau  tinggalkan aku, aku ikhlas dengan semua  ketentuan Mu ya Allah," Caca mengakhiri doanya,ketika  pintu  diketuk.

"Sayang, yang merias kamu sudah datang, kamu sudah siap? " Yani ramah menyapa.

" Sudah Bu,"

"Silahkan  masuk,  calon menantu sudah siap,"

Caca  mulai di rias.

Sementara  di luar nampak  Arka baru datang, semalam dia tidur  di hotel, atas perintah  Ayahnya. Arka datang bersama  dua orang  temannya.

"Mana calon istri lo? " tanya David seraya mengedarkan  pandangannya.

" Elu  Vid, ya jelas masih di kamar  lah, masa iya dia di dapur," seloroh Tio.

"Arka, dia cantik ngga,cakep mana sama Ivana?" bisik  David ke telinga  Arka.

"Diem lu," sergahnya.

Temannya itu terkekeh.

"Gue mau siap-siap dulu," Arka  beranjak  menuju  kamarnya.

"Arka, tuxedonya  sudah ada di dalam kamar kamu ya, sana siap-siap,  akad nikah jam sembilan loh,"

"Iya Bu,"

Jam sembilan,  Arka sudah  duduk didepan penghulu, dia nampak tampang dengan setelah tuxedonya berwarna  hitam, ada Pakde yang akan menjadi  wali pernikahan gadis itu. Bude,  Faris  dan Frida  juga hadir, gadis itu tak henti  menatap  Arka kagum. Caca masih di dalam kamar, dia keluar ketika ijab kabul  sudah di ucapkan.

"Baik,  nak Arka sudah siap? " tanya penghulu.

" Siap Pak,"

"Silahkan  Pak, bisa di mulai," ujar penghulu  kepada Pakde Caca.

Mereka berdua berjabat tangan, 

"Ananda Arka Pratama  bin fulan,  saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Natasya Wilhelmina binti  Wira Atmaja dengan  mas kawin berupa seperangkat alat sholat  dan emas  seberat  250 gram di bayar  tunai".

"Saya terima nikah dan kawinnya  Natasya  Wilhelmina  binti Wira Atmaja  dengan mas kawin yang tersebut  dibayar  tunai,"

"Bagaimana Bapak, Ibu, sah? "

" Sah sah,__"

Caca  menyeka air matanya, mulai detik ini dia sudah dalam perlindungan  dan tanggung jawab  suaminya  Arka Pratama.

Ada Sulis  dan Rena yang  menemani nya di dalam kamar,  "Eh, udah jangan nangis ini hari bahagia, ingat bermain sangakalah  pada Allah, yakinlah  ada kebahagiaan  yang te gak menunggu di tengah-tengah  perjalanan  hidup mu nanti,"

Caca mengangguk.

"Nah sekarang  keluarlah, kejutkan  suamimu," bisiknya.

Caca keluar  di temani Sulis dan Rena. Perlahan  dia berjalan menuju  tempat  akad nikah,  semua mata  memandang  ke pengantin  perempuan, Caca benar-benar  mengejutkan  bukan hanya Arka tapi semua  yang hadir, dia sangat  mempesona, dengan  riasan wajah yang natural  semakin  membuat gadis itu jelita.

"Gila Arka, dapet dari mana  cewek  begitu," David  berbisik ke telinga  Tio.

"Ntar lu tanya sendiri, coba  lu liat si Arka, dia aja terpesona,".
Nampak  Arka  menatap  lekat  Natasya  yang telah resmi  jadi Istrinya.

"Ayo Mas Arka  tanda tangan  dulu di sini, nanti aja liatnya di puas-puasin," ledek penghulu yang di sambut tawa para undangan.

Arka ikut tertawa kecil.

Setelah  masing-masing menandatangani,  saatnya  mengabadikan  momen, Arka memakaikan cincin ke jari manis Caca. Ini kali pertama  Arka dan Caca bersentuhan. Gadis Itu tampak nervous ketika perlahan  tangannya  di pegang Arka dan cincin  di sematkan  ke jarinya. Demikian  pula sebaliknya, ketika Caca  menyematkan cincin ke jari Arka. Semua momen  indah itu di abaikan. Kini tiba saat  Caca harus bersalaman  dan mencium  takzim  punggung  tangan Suaminya, ada getaran  halus di dadanya  membuat mata Caca  mengembun. Kemudian  lembut  Arka mengecup puncak kepala Istrinya.  Para undangan  larut  dalam kebahagiaan. Rena yang  sangat  tau kehidupan  sahabatnya itu terharu, sesekali  dia menyeka matanya  yang basah.

Undangan  yang lain sudah berdatangan, kedua mempelai  duduk di pelaminan.

Arka memegang  erat tangan Natasya,  " Biasakan  seperti  ini,  paling tidak hilangkan  rasa canggung mu,"  bisiknya. Ada ribuan  kupu-kupu  terasa  bertentangan di perutnya. Dia merasakan  hangat nya genggaman lelaki tampan di sampingnya.

Satu persatu  tamu  memberi selamat,

"Bro,  selamat  ya, eh elu nemu dimana cewek seperti  dia? " bisik David  yang  masih penasaran.

" Mau tau aja loe, udah sana jangan lama lama  liatin dia," tukas  Arka  disambut tawa David.

"Liat aja, sampe lu sia-siakan dia, elu  nyesel bro," David tau seperti  apa perasaan  Arka pada Caca dan pada Ivana.

Arka melotot  ke arah David.

"Tio, bawa ini orang  jauh dari gue," ujarnya.

"Selamat  ya Natasya, semoga Arka  bisa jadi suami yang baik," ucap David .

"Bisa kok,  Arka itu sebenarnya  orang baik, jadi jangan takut," Tio  menimpali  sambil terkekeh menatap Arka,  kemudian mereka berlalu.

Alunan  lagu dari penyanyi yang sengaja  di hadirkan untuk menghibur para undangan membuat  suasana semakin meriah.

"Selamat  berbahagia  buat mempelai  berdua,  Mas  Arka Pratama  dan Mba Natasya Wilhelmina, semoga rumah tangga nya sakinah mawaddah  wa  rahmah ya,  ini ada lagi yang di minta  khusus dari mempelai Pria  untuk  mempelai wanita,"

"From this  moment,  buat Mba Natasya dari Mas Arka," suara penyanyi itu terdengar. Tak lama mengaku lah lagi dari Shania Twain. Caca merasa kembali dadanya penuh bunga dan kupu-kupu.

"Aku tau kamu menyukai  lagu ini," bisik  Arka dekat di telinga  Caca  membuatnya  meremang.

From this moment life has begini, from this moment you are the one, life beside  you is where i belong from this moment on.

From  this moment i have been  blesed, i live only for your happines, and for your love, i'd  give my last  breath, from this moment on.

I give my hand  to you with all my heart, i can't wait  to live my life  with you  i can't wait tidak start, you and i will  never be a part, my dreams came  true  because  of you..... (from this moment By Shania Twain)

Caca tersenyum menikmati  lagu nya.  Sesekali  tampak  Arka melirik  wanita nya, dia ikut tersenyum  melihat Caca bahagia.

"Arka, selamat ya,  aku harap kamu bahagia  dengan pernikahan ini," tiba-tiba Ivana  sudah berdiri  didepan mereka berdua, perempuan  itu menyalami  Arka  dan membisikkan sesuatu  ke telinganya, entah apa Caca tidak mengetahui nya.

"Kamu Natasya, semoga  kamu bisa memberi kebahagiaan buat dia" Ivana mengulurkan tangannya, Caca menyambut dengan senyuman.

Menyadari air muka Caca yang berubah  murung,  Arka berkata,  "Abaikan  dia, tersenyum lah," 

Gadis itu tersenyum  tipis.

Tepat pukul  dua siang acara selesai. Caca hendak masuk  ke kamar nya  semalam, namun Yani mencegahnya.

"Eh sayang, kamar kamu di sana, dikamar  Arka,"

"Tapi Bu,  Caca mau ganti baju,"

Yani  tergelak,  "Sayang, kamu  bisa ganti  baju di sana  juga, dikamar  suamimu,"
Natasya  blushing, dia sangat  malu terlebih saat Yani berkata hal itu,  ada Arka di sana.

"Ganti baju aja di kamar Ca, Pak Bono sudah memindahkan semua barang mu ke kamar ku," ucapnya  ringan seraya membuka tuxedonya.

"Arka, kamu ajak dong Caca masuk  ke kamar," Ibunya berkata.

"Oh  ngga usah Bu, Caca  bisa sendiri, " bergegas dia melangkah menuju kamar Arka.

Gadis itu masuk, kamar Arka sangat  luas, disudut ruangan ada sofa, televisi layar datar berukuran besar, ranjang besar yang cukup tiga bahkan empat orang, sprei berwarna biru  lembut begitu juga dengan selimut tebal di atasnya. Ada taburan kelopak bunga mawar merah  diatasnya. Aroma wangi bunga melati dan sedap malam menguar  di seluruh  ruangan. Di sudut  lainnya ada kamar mandi. Caca berjalan menuju kamar mandi untuk  membersihkan  diri dan berganti  pakaian.
Setelah lama dia mencoba membuka gaun nya belum juga berhasil. Dia butuh orang lain membukakan resliting gaun itu.

Caca semakin frustrasi, tatkala  seseorang  mengetuk pintu kamar mandi.

Bersambung lagi yaa...

Hayoo  siapa yang mengetuk pintu kamar mandi?

Terimakasih sudah mampir dan membaca.
Maafkan typo bertebaran.
Suka dengan ceritanya, klik bintang  yaa😁😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #ceritacinta