Part 8 ( repost)
*********
Malam itu Caca sudah bersiap menyambut calon mertuanya dan tentu saja calon suaminya.
Dia masih terpekur di kamar di depan meja rias. Tak ada gurat bahagia disana. Meski dia nampak anggun dan cantik. Malam itu dia memakai tunik soft pink, dipadukan dengan rok jeans, dan jilbab senada dengan rok nya, riasannya wajah yang natural, sederhana namun sangat anggun.
Tok-tok-tok
"Caca, ayo keluar calon mertuamu sudah datang," suara Bude Ranti terdengar.
Perlahan Caca membuka pintu, Bude mengembangkan senyumnya.
"Kamu cantik Ca," pujinya, entah tulus atau tidak yang jelas Caca tidak terhibur sedikitpun.
"Ayo," Mereka berdua berjalan menuju ruang tamu.
Caca melihat sepasang suami istri di temani Pakde.
"Mbak yu, ini yang namanya Natasya itu, kami biasanya memanggilnya Caca,"
Caca menganggukkan kepala memberi hormat kemudian menyalami mereka berdua.
"Duduk sini nak, " ujar perempuan calon mertuanya.
" Caca, beliau ini calon mertua mu, Oom Santoso dan Tante Yanti , mereka baru datang dari Semarang siang tadi,"
Pakde menjelaskan.
Caca tersenyum mengangguk, sejenak dia menyapu pandangan nya berharap bisa sedikit tau seperti apa calon suaminya, namun dia tidak mendapat jawaban.
"Kamu ngga perlu sungkan nak, panggil kami Ibu dan Ayah," ujar Yani seraya menepuk lembut punggungnya.
"Oia Mbakyu, putranya kemana ya?, apa ngga ikut?" pertanyaan Bude membuat Caca semakin nervous. Hampir saja dia menggigit kukunya namun segera dia menguasai diri.
" Oh, iya itu tadi dia sudah siap, tapi mendadak dia ada urusan penting, tapi paling sebentar lagi juga nyusul,"
Benar juga tak lama terdengar suara lelaki mengucapkan salam.
Serentak mereka menjawab, "Nah, ini dia yang di tunggu-tunggu, ayo masuk nak,"
Lelaki itu duduk di sebelah Ayahnya, sementara Caca sepersekian detik tertegun saat mencium aroma parfum yang tidak asing di hidungnya.
"Bvulgari Pour Home Soir, parfum ini...,ah tidak mungkin seleranya sama," bisik hatinya.
"Nak Arka, ini putri Oom, namanya Natasya Wilhelmina,"
Arka tampak mengangguk dengan senyum yang dikulum. Dia sangat yakin gadis itu sedang bingung dan malu.
"Natasya, besok pagi Ibu jemput ya, kita fitting baju, acara nya kan sebentar lagi," ujar Yani lembut. "Arka besok pagi kosongkan jadwal, kamu harus antar Ibu dan calon Istrimu fitting baju, kamu juga harus ukur tuxedonya,"
"Baik bu," suara Arka terdengar di telinga Caca seolah meledek nya.
"Ya Tuhan, lelaki ini calon suamiku?, lelaki dengan banyak di kelilingi wanita cantik!, kenapa dia mau menikah dengan ku?, dia pasti sedang tertawa sekarang melihat ku, " rutuknya dalam hati.
"Caca, ini Arka Pratama anak ibu satu satunya, dia bekerja di Jakarta,"
Caca tersenyum kecil, matanya tetap enggan melihat bos nya itu.
Lengkap sudah penderitaan ku, lepas dari rumah Pakde, aku akan tinggal bersama lelaki yang di gilai banyak wanita, apa yang terjadi pada hidupku nanti, aku sangat yakin Pak Arka mau karena kasian dengan ku, jelas tak ada cinta, pikir nya.
"Arka, calon Istrimu cantik bukan?," Yani melihat ke Arka.
Arka tertawa kecil, "Cantik, tapi ceroboh," bisik hatinya.
Dia cantik, berbakat, cerdas tapi tak dianggap oleh keluarganya, dan aku mau menikah dengannya karena ingin menyelamatkan hidup nya dan tentu saja mengikuti keinginan orang tuaku,bisik hati Arka, dan cinta? entahlah
Setelah berbasa basi keluarga Santoso pemit, "Natasya, jangan lupa besok pagi ya," bisik ibunya.
"Iya Tante, "
" Eh, panggilnya Ibu aja,"
"Eh, iya Ibu, "
Caca menatap sekilas lelaki tampan itu, syukurlah biar tidak sedang menatapnya juga, ah dia sangat tampan, tapi apakah aku bisa bersaing dengan wanita wanita di sekeliling nya, gumam hati Caca.
Malam itu menjadi malam yang panjang, Caca tidak bisa memejamkan mata, menyadari dia akan di peristri Arka Pratama.
Flash back.
Sabtu sebulan yang lalu, Arka berkunjung ke Semarang. Ayah dan Ibunya memanggilnya pulang karena ada hal yang penting. Selepas makan malam mereka berkumpul di ruang keluarga.
" Arka, dengan kesibukan kamu seperti ini, Ayah berfikir kamu harus menikah, supaya ada yang memperhatikanmu,"
" Iya nak, kami sudah mendapatkan jodoh buat kamu nak, " ujar Ibunya
" Sebenarnya Arka belum mau terikat Yah, lagian buat Arka perhatian dari Ayah, Ibu, Mbok Yati juga Pak Bono sudah lebih dari cukup Yah," ujarnya
"Hush, kamu ini Arka, perhatian dari Istri tentu berbeda nak," sergah ibunya.
Arka meringis.
"Ya terserah Ayah Ibu aja lah, memangnya siapa ya g akan di jodohkan sama Arka Bu,?"
"Ada, dia gadis yatim piatu yang di asuh Pakde nya, anaknya sudah lulus kuliah," Ayah menjawab.
"Dan Ibu sudah melihat fotonya, anaknya cantik, Ibu yakin kamu akan suka,"
Sejenak Arka menatap Ibunya.
"Boleh Arka liat bu? "
Dengan tersenyum Ibunya memberikan ponselnya ke Arka. Sejenak dia terkejut menatap foto di ponsel Ibunya. " Natasya?, gadis itu? " bisiknya.
" Kenapa nak, kamu ngga suka? " Ibunya bertanya lembut.
" Oh bukan bu,"
"Lalu?, "
Arka diam, " Dia cantik kan?" tanya Ibunya lagi.
Arka menaikkan alisnya tersenyum lucu ke Ibunya.
"Buat Arka, apapun pilihan ibu baik deh," cetus Arka seraya memeluk Ibunya.
*********
Sementara di tempat lain, Arka menatap ke langit-langit kamar nya. Dia sangat bersyukur dengan hidupnya saat ini, Arka Pratama nama yang di berikan Santoso Ayah angkatnya. Sejak lahir dia tidak mengenal orang tua kandungnya, menurut Ayah Ibunya saat bayi dia ditinggal begitu saja di pintu pagar rumah mereka. Tanpa berfikir panjang suami istri ini memutuskan untuk mengasuh dan membesarkan nya,karena mereka tidak di karuniai anak.
Dan tentu saja Arka hidup bahagia dan terjamin di tengah keluarga Santoso pemilik bisnis property. Bimbingan serta kasih sayang yang dia terima membuat dia tak lupa pada anak-anak yang senasib dengannya, hanya saja dia bernasib lebih beruntung. Kesukaan Arka melukis membuat dia berinisiatif membagi kepada anak-anak yang terlantar ataupun yang tidak bersekolah.
"Itu cara Arka bersyukur Bu, " ujarnya suatu ketika saat di tanya Ibunya.
Dan satu minggu lagi dia akan menikah, lebih tepatnya di paksa menikah dengan seorang wanita yatim piatu. Dan jika wanita itu adalah Natasya karyawan nya itu adalah suatu kebetulan yang indah atau yang menyedihkan? entahlah. Saat ini Arka tidak ingin berfikir apa yang ada di pikiran gadis itu. Baginya Natasya adalah gadis baik, pekerja keras dan dia mengalami hidup yang tidak mudah.
Jika selama ini dia dekat dengan banyak wanita hanya sebatas perhatian sebagai teman, namun tak jarang para wanita itu berfikir lain, sebab sosok Arka sangat mumpuni untuk dijadikan pendamping hidup. Tampan, baik hati, dan tentu saja kaya.
*******
Natasya sudah siap dikamarnya, pagi itu dia memakai tunik panjang abu-abu di padukan dengan celana hitam dan jilbab berwarna abu-abu juga sneakers membuat penampilannya santai namun tetap stylish.
Dari dalam dia mendengar Frida sedang berdebat Budenya.
"Kenapa Mama ngga bilang kalau calon suami anak pungut itu masih muda dan ganteng pula?"
" Mama kan sudah bilang ke kamu waktu itu, kamu aja yang ngga dengerin Mama,"
"Iya tapi kan Mama ngga bilang kalau dia itu Arka Pratama pemilik beberapa Radio dan punya saham di salah satu stasiun televisi,"
"Sudahlah Frida, kamu kuliah aja belum kelar, mending selesaikan kuliah kamu dulu, baru mikir yang lain,"
"Mama, kok malah ngomongin kuliah sih, Frida maunya Mama batalin itu si Caca sama Arka, Frida mau kok kalau nikah sama Arka,"
"Frida!, kamu ngomong apa sih, ya ngga mungkin lah,"
"Kenapa ngga mungkin Ma, tinggal bilang kalau dia ngga mau, terus Frida yang Mama ajukan, "
" Frida, udah sana berangkat kuliah, ngga usah mikir yang aneh - aneh gitu," terdengar gusar Budenya pada Frida.
Tak lama terdengar pintu dibanting keras, Frida berangkat ke kampus.
Natasya duduk di pinggir petiduran, perasaannya kini bercampur aduk. Siapa yang tidak bahagia ketika mempunyai calon suami seperti Arka. Tapi sungguh bukan seperti ini yang dia mau. Dia ingin bertemu dengan pasangan hidupnya seperti cerita di dalam dongeng yang biasa dia baca. Melewati pertemuan yang indah dan di akhiri dengan keputusan yang cantik. Sedangkan dia, harus memulai dengan keadaan setara canggung, meski dia tak bisa menampik bahwa ada rasa suka pada bos nya, namun lebih bisa dikatakan bertepuk sebelah tangan.
Dan pagi ini dia akan fitting baju untuk hari spesial yang tinggal menghitung hari. Spesial? untuk siapa?, untuk ku? mungkin, tapi aku tak yakin. Batinnya berbisik.
"Natasya, kamu sudah siap?, itu sudah di jemput sama Ibu Yani," suara Budenya seraya mengetuk pintu.
"I-iya Bude,"
"Nah, sudah sana mereka sudah nunggu,"
"Caca pamit dulu Bude, "
Ranti mengangguk tersenyum.
Caca masuk mobil, ada Yani calon ibu mertua nya di dalam menyambutnya dengan senyum.
" Cantik banget calon menantu Ibu," ujarnya.
Caca tersenyum, wajahnya mendadak hangat dan merona. Sekilas di sudut matanya Arka tengah mencuri pandang lewat kaca kecil depannya. Dia semakin kikuk.
"Ayo Arka jalan, kita ke butik yang semalam Ibu bilang ya,"
Arka mengangguk dan menjalankan mobilnya.
"Nanti sebelum fitting pastikan kamu suka sama bajunya ya, "
" Iya bu,"
"Baju itu pilihan Ibu sih, tapi kalau kamu merasa ngga sreg boleh di ganti, ngga usah sungkan ya,"
"Iya Bu," Caca menjawab singkat. Dia yang biasanya cerewet mendadak mati kutu oleh keadaan yang menurutnya sangat genting.
Mendengar jawaban Caca yang hanya sepatah sepatah, Arka terkekeh geli.
"Kamu kenapa ketawa Arka?" Ibunya heran.
"Ngga kenapa - kenapa Bu, lagi inget sesuatu aja,"
"Inget apa?, pokok nya setelah ini kamu ngga boleh inget yang lain selain Natasya, dia akan jadi Istri kamu,"
"Iya Bu, Ibu tenang aja,"
"Natasya, Arka ini memang agak sedikit cerewet, tapi dia baik kok," ujar Yani.
Caca meringis, tangannya terus melemah ujung jilbabnya. Sementara Arka tertawa kecil lagi-lagi menatapnya dari kaca depan. Ketegangan Caca belum selesai, saat mereka sampai di butik. Gaun pengantin yang di pesan Ibu Arka sangat indah, gaun berwarna putih berbahan brocade terbuat dari bahan sutra, dengan neck turtle, pinggang nya ada pita berwarna silver sangat indah.
"Kamu suka ini? " tanya Ibu Arka.
" Ini pilihan Ibu? " tanya Caca pelan.
" Iya,"
"Ibu, ini cantik sekali, Caca suka,"
"Syukurlah, sekarang kita lihat apa Arka juga suka, kau pakai ya, biar pas ukuran nya nanti,"
"Mak-sud Ibu, Caca coba sekarang? "
" Iya dong sayang, kamu coba di ruang ganti, nanti keluar, Ibu pingin liat apa komentar Arka, dia suka apa ngga,"
Caca menelan saliva nya, dia masih terdiam menatap gaun indah di depannya.
"Ayo Mba Natasya, kami bantu memakaikan," ujar salah satu pelayan.
Caca mengikuti nya ke dalam. Sementara Caca masih di dalam, Arka telah selesai fitting tuxedonya.
"Ayo Bu, sudah kelar kan? "
" Eh, tunggu dulu, kamu liat bagaimana calon Istri kamu, dia masih nyoba gaun nya,"
"Ibu, ini ada meeting sebentar lagi," Arka melihat ke arah pergelanganya tangannya.
"Arka, kamu bisa wakil kan meeting kamu itu ke teman kamu, ini juga penting untuk masa depanmu nak," suara Ibunya tegas terdengar.
Arka diam, dia duduk di sofa sembari membuka majalah bisnis di depannya.
Tak berapa lama keluar lah gadis cantik dari dalam, dia sangat sempurna meski tak ada ribuan make up di wajahnya.
"Masya Allah Natasya, kamu sangat cantik nak, Arka coba lihat calon Istrimu, cantik bukan?" kalimat Yani itu tidak berlebihan, memang gadis Caca terlihat sempurna.
Arka kali ini tak dapat melepaskan pandangannya dari gadis itu. Sementara Caca menunduk menyembunyikan wajahnya yang seperti kepiting rebus. Benar kata Ibunya gadis ini sangat cantik. Yani tersenyum senang melihat putranya terpana. "Sudah, jangan lama-lama liatnya, kamu suka kan sama gaun yang dia pakai?"
Yani menyenggol lengan Arka. Seperti tersadar Arka mengangguk, "Iya Bu," jawabnya singkat.
"Oke, berarti fix pakai yang ini, "
Caca kembali masuk untuk menukar bajunya.
Bersambung.
Ikutan deg degan gak pas Arka memandang Caca? hihi...
Terimakasih sudah mampir dan membaca.
Maafkan typo bertebaran.
Saran kritik silahkan.
Senang sekali jika teman teman meninggalkan komentar.
Jangan lupa kasi bintang jika suka ceritanya yaa...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top