Part 4 (Repost)
Caca menarik lengan Rena mengajak pergi.
"Caca, itu tadi bos kamu?" tanya Rena setelah mereka kembali menaiki motor.
"Iya, "
" Ganteng Ca, kaya Kim Bum haha, "
" Kim Bum siapa Ren? "
Caca tak mengerti.
" Itu oppa korea yang main di Boys before flowers".
"Aduh Ren, jangan mabok drakor deh," Caca menjitak helm Rena.
"Selamat petang musik lovers, ngga terasa ya kita sudah sampai di penghujung minggu, apa agenda kamu yang terlupa atau terlewat semoga di minggu berikutnya bisa dilakukan, sambil menemani persiapan malam minggu ada lagu lama tapi tetap enak untuk dinikmati i wanna be with you dari Mandy Moore, terima kasih sudah dua jam bareng sama Natasya, see you tomorrow keep spirit be a positif and bye bye, "
Caca mengakhiri tugasnya, tapi dia masih merenung di dalam. Dia ingin seseorang yang bisa menemaninya. Pakde Budenya sudah jelas tidak bisa. Andai saja dia masih punya orang tua, mereka pasti akan datang dan bangga menemaninya. Mata Caca terlihat mengembun.
"Ca, waktunya gue siaran," tepukan tangan Kiki di pundak mengagetkannya. Buru buru dia hapus airmata yang mengalir begitu saja.
"Kenapa lu Ca, sakit? " tanya Kiki melihat rekannya itu berlinang airmata.
Caca menggeleng cepat kemudian tersenyum.
" Engga, gue baper aja sama lagu ini, eh udah gue keluar dulu ya, "
Kiki tidak menjawab, dia menatap Caca dengan pandangan heran.
" Ca, mau pulang dulu atau disini sambil nunggu siaran berikutnya? " Sulis bertanya.
" Caca disini aja Mba, "
Melihat Caca yang tak biasa apalagi matanya masih berkaca-kaca, Sulis merasa ada yang tidak beres.
" Ca kamu kenapa?, bilang ke Mba siapa tau bisa bantu, " ujarnya seraya duduk di sebelah Caca. Jika selama ini dia bisa menyembunyikan semua masalahnya, tapi tidak kali ini. Caca semakin terisak.
" Ca, kamu sakit? "
Caca tak menjawab, ia hanya menangis.
Sulis memberi air mineral ke Caca, " Minum dulu Ca, "
Setelah Caca tenang, kembali Sulis bertanya. Caca menceritakan kesedihannya. Sulis nampak mendengarkan sambil sesekali mengusap punggung Caca.
"Ada apa ini?, kenapa dia? tiba-tiba Arka sudah ada di tengah tengah mereka.
Sulis berdiri meninggalkan mereka berdua.
"Maaf Pak, saya masih lanjut tugas,"
Arka mengangguk,dia mengambil tissu dan memberikannya ke Caca.
"Jangan cengeng, kamu jelek kalau lagi nangis, "
Caca semakin menekuk wajahnya. Lelaki tampan itu duduk santai disampingnya.
" Kalau ada masalah dengan pacar sebaiknya segera diselesaikan,"
"Idih siapa yang lagi bermasalah sama pacar?" cetus Caca sebal.
Arka tertawa, "Akhirnya keluar juga suaranya,"
Caca membuang nafas jengah, bagaimana tidak saat dia sedih justru bos nya datang menambah kekesalannya. Andai lelaki ini bukan bos nya pasti sudah di sumpahin habis habisan. Apa boleh buat, dia bos nya dan Caca cuma bisa menggerutu dalam hati.
"Oke, tell me why you cry, what's wrong?"
"Saya besok wisuda Pak,"
"Lalu? "
" Tidak ada yang menghadiri wisuda saya, saya sedih, " Caca menjawab ragu.
Arka terkekeh, " Cuma gara-gara itu kamu sedih dan menangis?, cengeng!"
Caca membulatkan matanya, dia kesal dari tadi bos nya mengatai nya cengeng.
"Kenapa, kamu marah saya bilang cengeng? "
Ditatap Arka sedemikian rupa membuat nyali Caca menciut. Dia menunduk.
"Emangnya orang tuamu kemana?"
Caca menggeleng. "Saya sudah tidak memiliki orang tua Pak, saya tinggal bersama Pakde dan Bude saya,"
Kali ini wajah Arka nampak bersimpati.
"Jadi mereka besok tidak bisa menghadiri wisuda mu? "
Caca mengangguk.
" Tapi tetap aja kamu cengeng,"
"Kamu tau ada banyak anak anak kecil yang hidupnya tidak seberuntung kamu, kamu masih mending bisa kuliah, bisa dapat pekerjaan, bisa hidup layak, tapi pernah ngga kamu berfikir tentang anak kecil yang terlantar, yang dibuang orang tuanya, anak - anak kecil yang tidak bersekolah, jangan kan sekolah untuk makan saja mereka tidak bisa. Dan mereka tidak menangis seperti kamu ini, mereka tetap bisa tertawa, " baru kali ini Caca mendengar bos nya itu bicara panjang, biasanya dia hanya berkata sepatah dua patah, dan tak akan berbicara jika tidak perlu.
Caca menatap lelaki di samping nya dengan takjub, ternyata dia sangat bijaksana meski dia seangkuh karang dan sedingin gunung es.
"Ngapain kamu liatin saya begitu, terpesona?"
Buru-buru Caca membuang pandangannya ke lain.
"Jadi ngga ada alasan untuk menangis dan meratapi diri sendiri, itu akan semakin menyedihkan," sambung nya seraya beranjak dan pergi meninggalkan Caca.
*******
Arka kembali ke ruangannya, setelah mengambil juice jeruk dari kulkas, dia duduk dibalik meja kerjanya. Tampak dia teringat sesuatu, kemudian mencari berkas di lemari kerja, tak lama dia tersenyum setelah membuka salah satu satu map, dia mengangguk angguk penuh arti.
Bersambung. Part ini sikit kali ya, tenang next bakal dipanjangin deh, kalau ada yang baca😁😅
Kira kira apa yang sedang direncanakan Arka? Apakah ada hubungannya dengan kesedihan Natasya?
Btw Masih penasaran ngga nih?
Di tunggu vote bintang nya ya, komentar nya juga di tunggu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top