Part 2 ( Repost)
********
Lelaki itu terlihat tergesa, dari penampilannya terlihat bahwa dia sangat merawat kebugaran tubuhnya. Hari ini dia ada pertemuan penting dengan beberapa klien untuk pengembangan bisnis. Arka Pratama, lelaki berusia 29 tahun itu adalah owner dari beberapa perusahaan broadcasting, dia bekerja sama dengan beberapa rekannya. Arka berhenti didepan pintu lift, sesekali dia melirik Patek Phillipe yang melingkar di pergelanganya. Pintu lift terbuka, dan brukk!
"Eh maaf," Caca mendongak sambil meringis setelah tau siapa yang baru saja di tabraknya.
Tanpa ekspresi lelaki itu masuk lift, sedangkan Caca sibuk mengumpulkan berkas skripsinya yang berserakan di lantai.
"Punya hati ngga sih itu orang, lempeng banget," rutuknya.
********
Meeting dengan klien selesai, Arka keluar dari ruangannya menuju ke studio. Ruang kantor dan studio miliknya ada di lantai yang sama, meski begitu karena kesibukannya dia jarang mengunjungi studio radio nya.
"Sulis, tolong kasi ke saya nama announcer yang kami rekomendasikan untuk bikin acara baru itu,"
"Ini pak,"
"Oke, makasih," Lelaki itu duduk di sofa sambil membaca biodata dan progres announcernya.
"Namanya Natasya? " tanyanya pada Sulis.
" Iya pak, dia mahasiswa tingkat akhir, tinggal wisuda aja, "
" Kamu yakin dia bisa pegang program baru itu?,"
"Yakin pak,"
Arka diam, dia masih menatap lembar kertas di depannya, ada foto gadis ukuran 3x4 sedang tersenyum manis. Gadis teledor pikirnya.
"Oke, tolong besok pagi suruh dia datang ke kantor saya, " Arka beranjak dan menyerahkan kembali biodata Caca ke Sulis.
" Baik pak,"
*********
Natasya bersyukur pengajuan judul skripsinya di setujui dosen, semua sudah dia kumpulkan, dan malam ini dia mulai serius mengerjakan. Pintu kamarnya diketuk keras, suara Frida berteriak.
Bergegasdia membuka pintu.
"A-ada apa Mba? "
" Eh penyiar, aku lagi ada tamu, bikinin Orange juice enam ya, jangan lupa cemilannya, di tunggu dan ngga pake lama! " Frida berlalu.
" Eh tapi Mba, kan ada mbok Minah, Caca lagi ngerjain skripsi Mba,"
" Ngga pake bantah, kerjain sekarang, "
" Iya Mba,"
Caca menuju dapur dan bergegas membikinkan apa yang diminta Frida.
"Mba Caca, sini Mbok aja yang buatan,"
"Ngga Mbok, biar Caca aja, Mbok istirahat, sudah malam," Natasya tersenyum menoleh ke Mbok Minah.
Tak berapa lama Caca keluar dengan namanya berisi minuman dan cemilan.
"Siapa nih Frida, adek loe ya? " tanya teman laki-laki Frida.
" Oh bukan, dia anak pungut orang tua gue," jawab Frida menatap sini sini ke Caca.
"Sudah sono masuk! " bentaknya.
Caca berlari kecil menuju kamar, disana dia menangis sendiri.
Ponselnya berbunyi.
Sulis memberi kabar bahwa besok dia harus datang pagi sebab owner tempat dia bekerja ingin bertemu dan membicarakan program baru yang akan dia handle.
Caca menghapus airmatanya, dia bahagia mendengar kabar dari Sulis, itu artinya gajinya bisa bertambah dan dia bisa segera mencari tempat kost. Dia sudah tidak tahan tinggal di rumah di rumah bude nya, meski nanti dia tak tinggal di sini lagi namun dia akan sering datang berkunjung kemari, begitu tekadnya.
Caca kembali melanjutkan mengetik skripsinya, hingga pukul 23:00, setelah dirasa cukup dia merapikan mejanya dan beristirahat.
*******
Pagi itu dia sangat bersemangat, setelah sarapan, dia berpamitan dan berangkat menuju studio.
Pukul sembilan Caca sudah sampai, berlari kecil dia memasuki gedung, dan naik lift ke lantai tujuh,. Sambil menunggu dia menikmati lagu favoritnya from this moment, seraya bersenandung kecil mengikuti lagu Shania Twain. Dia tidak menyadari bahwa suaranya terdengar lelaki di belakangnya, juga beberapa orang di dalamnya. Sampai di lantai tujuh, dia keluar menuju studio.
"Pagi Mba Sulis," sapanya riang. Natasya memang sangat pintar menyembunyikan perasaannya, hanya Rena yang tau bagaimana sebenarnya kehidupan Caca.
"Pagi Ca, eh bentar lagi kamu ke ruangan bos ya,"
"Ruang bos sebelah mana Mba?," tanyanya sambil meringis.
"Kamu ini sudah lama disini masa ngga tau sih,ya dilantai ini juga", cetus Kiki teman seprofesinya.
"Maaf, lantai lima ini kan luas Ki, lagian ngapain aku kepo nyari ruangan bos kalau ngga ada urusan, " jawab Caca.
"Nanti Mba Sulis antar,"
Wajah Caca cerah.
"Makasih mba,"
Tak lama setelah Sulis menerima telepon, dia mengajak Caca ke ruangan bos.
" Mba, bos nya galak ngga sih?," bisik Caca.
"Udah ntar kamu tau sendiri,"
"Kepalanya pasti botak ya, terus kumisnya melintang gitu ya Mba? "
Sulis tak bisa menahan tawanya, " Ssshh, udah Ca, ayo ini ruangannya, kamu langsung masuk aja ya, aku tinggal, "
" Eehh Mba, temenin atuh Mbaa, Caca takut nih," tangan Caca menahan lengan Sulis.
"Ya ampun Ca, dia ngga bakalan makan kamu, ngga apa apa, bos orang baik kok, aku masih ada kerjaan nih,"
Natasya menghela nafasnya, kemudian mengangguk.
"Oke deh Mba makasih, wish me luck ya Mba,"
Sulis mengacungkan jempol nya dan pergi meninggalkan Natasya.
Bersambung.
Suka dengan ceritanya?
Vote and komen yaa...
Maafkan typo bertebaran...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top