Part 11
Malam itu setelah makan malam Caca mendekati Arka yang tengah duduk di ruang keluarga.
"Mas,aku mau bicara,"
"Bicaralah, ada apa?"
Arka menatap Istrinya lembut.
"Aku rasa kita harus membuat perjanjian," ucap Caca pelan.
Mata Arka menyipit, keningnya berkerut.
"Perjanjian apa Nat?"
Gadis itu menyerahkan selembar kertas ke Suaminya.
"Baca,"
Masih dengan kening berkerut Arka membaca.
"Kenapa harus ada perjanjian ini? "
" Untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan," jawab Caca.
"Jadi maksudnya kita pisah kamar? "
Gadis itu mengangguk.
" Aku ngga ingin terjadi__"
"Tapi kita kan pasangan yang sah Ca," potong Arka.
"Aku tau,"
"Lalu, kenapa harus pisah kamar? "
" Buat apa kita satu kamar jika hati Mas tak nyaman,"
"Aku tetap melakukan kewajiban ku sebagai Istri, kecuali di ranjang, untuk masalah ini aku rasa mas mengerti,"
Arka mengusap wajahnya.
"Aku buat perjanjian itu untuk memberi Mas kesempatan untuk berfikir, aku tidak ingin dikasihani,"
"Mas bilang aku boleh melakukan apapun yang aku suka, maka aku juga begitu, silahkan Mas melakukan apapun yang Mas inginkan, asalkan__"
"Asalkan apa? "
" Asalkan tidak melanggar perjanjian yang sudah di buat dihadapan Allah," suara Caca sangat tegas terdengar.
"Baik, lalu sampai kapan perjanjian ini berlaku? "
" Sampai Mas menemukan jawabannya,"
Arka mengangguk, "Aku mengerti Nat, aku pastikan perjanjian ini tak akan lama,"
Natasya tersenyum lega.
"Mas mau di bikin kan teh hangat?, atau kopi?" tawarnya.
"Bisa bikinkan aku jahe hangat? " tanya Arka.
" Tentu saja," Caca beranjak menuju dapur. Tak lama. Kemudian dia kembali namun Arka sedang menelepon di teras.
"Kamu sakit? "
"___"
"Oke, besok aku ke rumahmu, sekarang istirahat saja dulu ya,"
"___"
"Malam ini aku ngga bisa Ivana,"
"___"
"Sudah jangan bicara yang ngga ngga, istirahat besok aku antar ke dokter ya,"
"___"
"Selamat malam, bye,"
Segera Caca membalikkan badan kembali ke ruang keluarga,dia tersenyum.
"Jahe hangat nya Mas,"
"Terimakasih Nat," Arka menyeruput minuman itu.
"Apapun buatan mu selalu enak," pujinya.
Gadis itu tersenyum tipis. Ketika dia hendak berdiri menuju kamar. "Nat, mau kemana?, kamu ngga keberatan kan menemani aku disini?"
Natasya menatap Suaminya tak percaya, "Accompany me here," ujar Arka dengan wajah memohon.
"Oke," Caca kembali ke duduknya. Arka memandang intens Istrinya, ada senyum kecil disana.
"Jauh banget duduk nya," goda Arka.
Caca bukan tidak tau Suaminya itu sedang menggodanya, dia bergeming saja, matanya tak lepas pada televisi namun tidak otak dan hatinya.
Matanya membulat ketika lelaki itu merengkuh bahunya. Degub jantungnya terasa tak lagi berirama dengan baik, ketika Arka memegang dagunya dan perlahan menghadapkan ke arah wajah nya, sehingga wajah mereka berhadapan sangat dekat. Tak menunggu lama Arka segera menikmati bibir manis Caca, kembali bibir mereka beradu, meski Caca ingin berontak namun hatinya berkata lain, dia merasa semakin mencintai lelaki di depannya, sehingga tak sanggup menolak setiap sentuhan dari Arka. Suara ponsel Arka menghentikan semuanya.
Sekilas Caca melihat, My Eve muncul disana. Arka menatap Caca sejenak kemudian mengangkat telepon,
"Apa?, dirumah sakit? "
"___"
"Dirumah sakit mana? "
"___"
"Oke, aku kesana sekarang,"
Arka meletakkan ponselnya, mencoba menjelaskan berita yang baru saja dia terima.
"Pergilah, dia membutuhkan mu," suara Caca datar, tetap tersenyum.
"Kamu ngga apa-apa? "
Caca menggeleng yakin.
" Pergilah cepat,"
Arka beranjak dari duduknya mengambil jaket dan kunci mobil kemudian siap untuk pergi. Ragu dia hendak mengecup kening Caca, namun gadis itu segera menoleh kearah lain. Nampak Arka kecewa, namun dia tersenyum dan mengangguk.
"Aku pergi, nanti aku kabari, kunci semua pintu," ucapnya. Tak lama lelaki itu sudah pergi bersama mobilnya menuju rumah sakit.
Caca menatap sendiri, dia masuk rumah dan mengunci semua pintu kemudian tidur.
*********
Sudah jam sebelas siang, Caca bersiap ke studio, hari ini dia akan mulai siaran lagi, dia sudah menghubungi Sulis kemarin, baginya diam dirumah akan membuat dirinya semakin terlihat menyedihkan. Dan Arka, hingga siang ini belum ada kabar, entah mungkin dia semalaman di rumah sakit bersama Ivana. Caca malas memikirkan hal itu. Dengan setelah tunik berwarna soft pink, celana abu-abu muda, dan jilbab yang senada dengan baju nya gadis itu tampak segar dan ceria.
"Mbok, Caca mau ke studio, pulang malam,"
"Iya Mba, nanti Mas Arka di masakin apa? "
" Terserah ajalah Mbok, Caca pergi dulu ya,"
Diluar sudah menunggu taksi online yang sudah dipesan nya.
"Loh Mba Caca to yang pesen ini?, lah wong ada mobil yang satunya kok Mba, mbok ya wes saya aja yang antar," cetus Pak Bono.
"Ngga usah Pak, ngga apa-apa," Caca tersenyum.
"Nanti saya di tegur Mas Arka gimana Mba?,"
"Udah bilang aja saya yang nolak,"
Caca bergegas masuk taksi dan pergi.
.
.
.
.
.
.
.
"Hai pengantin baru, tambah cantik aja deh, kenapa buru-buru sih," Sulis menyapanya riang.
"Iya mba, gatel nih mulut pingin cuap-cuap," sahut Caca terkekeh.
"Kamu sendirian? " wajah Sulis terlihat serius.
" Hu umh, kenapa emang Mba? " sahutnya santai.
" Pak Arka?, "
" Ooh, dia lagi sibuk," acuh Caca menjawab.
Sulis mengangkat alisnya mengerti.
"Eh, jadi gimana malam pertama nya? " Kiki tiba-tiba muncul tersenyum genit.
Caca tergelak, " Idiihh, apaan coba,"
Mereka semua tertawa.
"Eh Ca, sudah sana masuk, bentar lagi on air," ujar Sulis.
"Oke,"
Tak lama Caca kembali menemukan kebahagiaan di ruang kaca studio.
Di tempat lain, Arka nampak kusut dan lelah setelah semalaman menemani Ivana yang terbaring sakit.
Arka tidur menjelang pagi di sofa.
"Sayang kamu sudah bangun? " tanya Ivana lembut.
" Kamu sudah telepon orang tuamu?" tanya Arka sambil merapikan rambutnya.
"Sudah, pagi ini mereka berangkat,"
"Arka, dont leave me please," rajuk Ivana dengan mata penuh harap.
Arka mendekati Ivana yang terbaring dengan infus ditangan nya. Lembut dia membelai kening wanita itu.
"I love you Arka, aku ngga mau jauh darimu lagi," Ivana mulai menangis.
"Sshh, jangan nangis, sekarang fokus buat kesembuhan kamu dulu ya, sudah waktunya makan siang, aku suapin ya," ujar Arka di sambut anggukan Ivana.
Arka tersenyum kemudian menyuapi wanita di depannya dengan sabar.
"Nah gitu dong, good girl," puji Arka setelah Ivana menghabiskan makanannya.
Arka melihat jam tangannya, pukul 15.00.
Ivana tersenyum hambar. "Kamu pasti mau pergi ya,"
"Aku pulang dulu ya, nanti balik lagi,"
"Janji?"
"Janji," ucap Arka sambil mengangkat jarinya berbentuk V.
Wajah Ivana mengembang senyum bahagia.
"Sebentar lagi orang tuamu datang kan, aku pulang dulu ya,"
Perempuan itu mengangguk mengerti.
"Hati-hati sayang," ujar Ivana.
Arka mengangguk, dan berlalu.
"Tunggu Arka," suara Ivana menghentikan langkahnya.
Arka menoleh.
"Ada yang kamu lewatkan," ucap gadis itu pelan.
Seakan mengerti, Arka kembali dan mengecup singkat kening Ivana.
*********
Di mobil Arka melihat ponselnya, ternyata mati kehabisan baterai. Pantas tidak ada bunyi apapun dari semalam. Dan Natasya?, Oh God kenapa dia bisa lalai, pasti gadis itu sekarang sudah di studio dan sedang siaran.
Segera Arka menyalakan radio dan menjalankan mobilnya.
"Hai, kita sudah sampai di menit terakhir perjumpaan siang ini, eh tapi jangan lupa nanti malam jam tujuh Natasya balik lagi looh, baik, untuk menutup jumpa kita siang ini ada lagu manis dari
Risky Febian, kesempurnaan cinta... Selamat menikmati hari, kita jumpa besok bye bye... "
...Berada di pelukanmu mengajarkan ku apa artinya kenyamanan kesempurnaan cinta. Berdua bersamamu mengajarkanku apa artinya kenyamanan kesempurnaan cinta...
Arka mengemudikan mobilnya pulang, " Maafkan aku Caca," gumamnya.
Sesampainya di rumah. Segera Arka ke kamar mandi membersihkan diri. Setelah membersihkan diri, silahkan menikmati orange juice, Arka membuka ponselnya, berharap ada pesan atau panggilan masuk dari Istrinya. Namun tidak ada satupun pesan atau panggilan masuk dari Natasya. Lelaki itu tersenyum kecut menyadari Istrinya benar-benar tidak membatasi dia seperti yang dia bilang kemarin. Di liriknya jam, masih sore dia berniat menjemput Caca pulang dari studio nanti. Arka berniat memberi kejutan untuk Istrinya.
*******
Caca duduk di sudut Cafe, dia menunggu Rena. Tak lama yang ditunggu datang.
"Hai Caca, kenapa udah keluar aja siih,"
Rena membuka pembicaraan ketika baru saja dia duduk.
"Iya Ren, hatiku sudah nempel di studio,"
"Eh Ca, kamu inget Bagas kan? "
" Inget, kenapa emang? "
Rena memberi isyarat dengan matanya. Caca menoleh.
" Itu Bagas kan Ca? "
Caca kembali menghadap Rena, mengangguk.
" Kenapa dia di mari ya? "
" Mana aku tau Ren,"
"Ca, dia kesini, "
Lelaki bernama Bagas itu melangkah menghampiri kursi mereka.
"Apa kabar Ca?" sapanya.
"Ehem, kenapa Caca doang yang disapa?" protes Rena.
"Iya, apa kabar Rena,"
"Baik gue," jawab Rena seraya meminum juice didepannya.
Caca dan Bagas tertawa.
"Bukannya pengantin baru itu masih anget anget-anget nya ya, kenapa kamu udah kerja aja? " Bagas menatap heran ke Caca.
" Aku ngga lebay lah Gas,"
"Bukan lebay Ca, tapi__"
"Eh, kok kamu bisa disini sih Gas?" tanya Caca.
Bagas tertawa kecil, "Ini Cafe kecil-kecilan milikku," ujarnya merendah.
Caca dan Rena menatap Bagas dan berkata bersama, "Serius?"
Bagas mengangguk terkekeh melihat ekspresi dua temannya.
"Keren Gas, selamat ya, maaf aku baru tau," ujar Caca.
"Eh iya, kamu bisa jadi MC ngga? " tanya Bagas serius.
" Ah kalau MC aja sih dia bisa lah Gas, " sela Rena.
" Kenapa emang Gas? " Caca bertanya sambil membenarkan letak jilbabnya.
" Kamu mau bantu aku ngga, malam minggu besok, Cafe aku yang satu lagi baru mau opening, kamu mau jadi MC nya ngga? "
Caca terlihat excited, " Serius kamu?, jelas mau lah,"
"Ca, kamu ngga ijin suami dulu nih, secara kamu kan__"
"Dia pasti kasi ijin," potong Caca.
"Oke sip kalau gitu, fix pembawa acara kamu ya Ca,"
"Siap,"
"Eh, aku boleh ikutan ngga nih," ujar Rena.
"Boleh lah," ujar Bagas
"Tapi Gas, Clara__" Caca ragu meneruskan kalimatnya.
"Dia sudah jadi masa lalu, aku sudah ngga ada hubungannya lagi dengan dia,"
"Baguslah, jadi ngga ada lagi yang marah ke aku," Caca meringis ke arah Bagas.
"Kalau gitu, aku mau cabut ke studio lagi ya, bentar lagi aku on air,"
"Oke Ca, see you,"
Caca dan Rena meninggalkan Cafe menuju studio yang jaraknya tidak jauh.
"Eh Ca, beneran Suami kamu kasi ijin? " tanya Rena.
" Iya, beneran,"
Rena merasa Caca sedang menyembunyikan sesuatu.
"Kamu bohong kan Ca? "
" Ngga Rena, beneran ".
" Ya udah kalau gitu aku balik ya, sampai ketemu nanti di acaranya Bagas,"
"Oke, makasih ya Ren, see you,"
Rena pulang sementara Caca kembali naik ke lantai tujuh.
*******
Arka sudah menunggu Caca di mobil sengaja dia tidak naik ke studio.
.
.
.
.
.
Pukul sembilan Caca selesai siaran. Dia berkelas pulang. Sejenak dia teringat Arka, di mana suaminya saat ini, entahlah dia enggan berfikir. Mungkin dia masih bersama Ivana kekasihnya.
Caca melangkah keluar gedung, terdengar suara memanggil namanya.
"Bagas? "
" Aku mau kasi susunan acara buat acara malam minggu itu,"
"Oh oke oke," Gadis itu menerima map dari tangan Bagas.
Caca membuka dan membaca kemudian mengangguk mengerti.
"Kamu pun sendiri Ca?" tanya Bagas.
"Iya lah, aku baru mau pesen taksi online nih,"
"Aku antar yuk, kalau kamu ngga keberatan sih," tawar Bagas ragu.
"Kamu lucu, kamu yang nawari, kenapa aku yang keberatan?" Caca tertawa kecil.
Bagas ikut tertawa.
"Ya kali aja suami kamu marah gitu,"
Caca menggeleng.
"Ngga Gas, dia baik kok, orang paling mengerti aku, "
Tak jauh dari mereka berdiri tampak seorang lelaki menatap dengan rahang mengeras.
"Kalau gitu ayo aku antar,"
"Engga Gas, lain kali aja deh,"
"Beneran nih ngga?"
"Iya bener, aku udah pesen taksi,"
"Oke kalau gitu, ati-ati Ca, aku balik dulu ya,"
"Oke Gas, makasih ya,"
Caca kembali membuka map berisi susunan acara malam minggu besok,sambil menunggu taksi.
"Kenapa ngga telepon aku? " tiba-tiba Arka muncul di depannya dengan wajah gusar.
Caca terkejut melongo tak percaya melihat Suaminya berdiri tepat didepannya.
" Mas Arka?"
"Ayo pulang," ujarnya menggandeng Caca menuju mobil.
"Kamu sudah makan?" tanya Arka setelah mobil berjalan.
"Belum,"
"Mau makan apa?" Arka melirik nya.
Caca mengedikkan bahu. Mata nya menatap lurus ke depan.
"Mas kapan datang?"
"Tadi siang eumm, maaf ya aku ngga kasi kabar sebab___"
"Ngga apa-apa, kan kita bebas melakukan apa yang kita mau, sesuai surat perjanjian itu,"
Lelaki itu mendengus kesal.
"Oia Mas, malam minggu besok aku mau ngisi acara off air boleh kan? "
" Acara apa?, dimana? "
" Pembukaan Cafe, dekat kampus ku dulu, boleh kan? "
" Cafe siapa? "
" Cafe punya Bagas,"
"Bagas?, Bagas yang mana? "
Caca menoleh ke Arka.
" Bagas itu teman kuliah,"
"Yang tadi ngobrol sama kamu itu ya? "
Gadis itu menyakitkan matanya. Menatap ke Arka.
" Mas liat tadi? "
" Jadi itu Bagas, kamu sepertinya dekat sama dia," nada suaranya mulai sumbang.
Caca tersenyum kecil, tak menjawab. Dia sedikit suka mendengar Arka bertanya tentang Bagas. Dia ingin tau seperti apa perasaan Arka padanya.
"Nat, kamu belum jawab pertanyaanku,"
"Pertanyaan yang mana?
"Sedekat apa kamu dengan Bagas? "
Caca menghela nafasnya, " Dekat, tapi tak sedekat Mas dengan Ivana,"
Caca melirik Arka yang sambil kembali tersenyum.
"Oh iya, gimana kabar dia?, masih sakit? "
" Aku mau kesana setelah ini, kamu mau ikut? "
" No thanks, aku capek, "
Tak lama mereka sampai di rumah.
Haii,mau baca lengkapnya kisah Caca?
Sekarang udah ada ebook-nya looh. Cuss lah otw google play 😍😘🙏
Murah kok, mudah pula. Bisa beli pake pulsa telepon ❤️
Terima kasih sudah mampir dan membaca tulisan ini 😍😘
https://play.google.com/store/books/details?id=ZaPWDwAAQBAJ
Bersambung
Terimakasih sudah mampir dan membaca.
Maafkan typo bertebaran
Caca saat Arka cuek cuek butuh ya, hehehe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top