Bab 10: Strategi

Aku mau mengucapkan Minal Aidzin Wal Faidzin, teman-teman. Mohon maaf lahir dan batin. Maaf juga karena terlambat memposting bab ini. Selama liburan di rumah aku nggak menulis sama sekali karena asyik main.🤭

Aku seneng banget ada yang mengikuti cerita ini sampai views-nya udah mencapai 500. Bagiku, views itu cukup banyak mengingat bab novel ini baru sepuluh. Biasanya novelku lambat perkembangannya. Hehe. Terima kasih, ya.

Aku akan lebih berterima kasih kalau teman-teman sudi memberikan kritik dan saran untuk novel ini. Supaya aku makin semangat😁

Yuk, ramaikan kolom komentarnya😉

***

Langkahnya pelan dan terselip keraguan ketika melewati jalan yang cukup sepi. Ia tak berpapasan dengan siapa pun, seolah kawasan komplek ini tak berpenghuni. Suara dedaunan di pinggir jalan menjadi nyaring dan menimbulkan kengerian. Pikirannya pun menjurus pada hal-hal mistis, barangkali ada langkah lain di belakang atau sesuatu yang akan mengagetkannya di depan sana. Bukankah hantu senang sekali bermain-main dengan ketakutan manusia?

Jujur saja, Kiani paling takut pada hantu. Ia tak pernah membaca atau pun menonton hal-hal berbau horor. Hanya saja Kiani terlalu pandai menyembunyikan kelemahannya itu, sehingga tak ada orang yang berani menjahilinya. Dia agak kaget saat tahu adiknya, Riana, pernah diserang oleh hantu yang merasuki Tala. Dia pun menyelidiki siapa Tala melalui guru yang dulu sering membelanya semasa sekolah. Pak Bian, dia merupakan guru olahraga yang dibayar oleh keluarganya untuk memberi nilai plus di pelajaran olahraga meskipun Kiani tak melakukan tes dan sebagainya. Kiani paling benci pada pelajaran di luar kelas, bikin panas dan nggak baik untuk penampilannya. Pak Bian ini selain dipekerjakan oleh orang tua Kiani juga mengumpulkan uang dari gadis itu dengan cara memberikan informasi yang ia butuhkan. Pak Bian bahkan pernah membuntuti beberapa siswa demi memberikan informasi yang akurat. Menurut Kiani, gurunya yang gila harta itu sangat menguntungkan.

Usai mencari informasi tentang Tala dan sore tadi berpapasan dengannya, Kiani menjadi semakin penasaran. Menurut Pak Bian, Tala adalah cewek polos yang sering menjadi sasaran bully. Namun, ucapan guru itu sepertinya bertolak belakang, Tala yang ia lihat adalah gadis ceria yang cukup berani. Terbukti saat gadis itu secara terang-terangan menatapnya dengan tatapan angkuh. Dia juga mengatakan sesuatu padanya yang lantas membuat dirinya merinding hebat.

"Kak Kiani nggak merasakan sesuatu?" tanya Tala sore itu.

"Maksudnya?"

"Kak Kiani itu selalu diikuti oleh hantu cewek berseragam SMA. Wajahnya hancur banget, aku juga nggak sanggup menatapnya terlalu lama."

"Si ... siapa?" Detak jantung Kiani seolah berhenti saat sebuah wajah yang familier terlintas di kepalanya. Amerta. Dia adalah cewek yang selama beberapa bulan ini tak pernah absen dari pikirannya. Kasus kematiannya yang menyeret nama Kiani hingga ke kantor polisi meninggalkan trauma yang mendalam.

"Kakak merasa punya salah sama seseorang yang sudah meninggal?"

"Lo lagi menghakimi gue atas meninggalnya Amerta?"

"Aku nggak nyebut nama siapa-siapa, lho."

"Lo pura-pura punya mata batin. Lo ngerasa semua orang bakal takut sama lo karena lo berhasil menghajar Riana dengan dalih kesurupan, 'kan?"

"Aku memang kesurupan sama arwah yang mengikuti Kakak." Tala semakin gencar menyudutkan Kiani. Gadis itu kini bungkam dan hanya menatap Tala sinis. Sementara hatinya sudah tak tenang. Selepas menjemput Riana, ia akan segera ke orang pintar untuk memastikan ucapan Tala.

"Coba cari tahu apa mau arwah itu, Kak, biar dia nggak ngejahilin Kakak."

Usai mengucapkan itu, Tala pergi begitu saja. Kiani pun meninggalkan mobilnya dan mengirim pesan pada Riana agar dia menyetir sendiri. Ia sudah kehilangan kesabaran untuk menunggu Riana. Kiani menyetop taksi dan memberikan sebuah alamat seseorang yang bisa membantunya dalam situasi seperti ini.

Rumah yang ia tuju sudah di depan mata. Ia memencet bel, berharap seseorang di dalam sana segera membukakan pintu. Napas Kiani terputus-putus usai berlari dari ujung komplek perumahan ini. Pikirannya terus membayangkan sosok Amerta yang sudah berubah wujud menjadi hantu dan akan membalas dendam padanya.

"Kiani?" seorang laki-laki yang baru saja membuka pintu langsung kaget melihat wajah Kiani yang pucat seperti mayat. Ia segera meraih jemari Kiani yang dingin dan menuntunnya untuk masuk.

"Lo kenapa?" Mereka duduk di sofa ruang tamu. Laki-laki itu mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih yang tersedia di teko. Kiani meraih gelas yang diberikan laki-laki itu dan segera menenggaknya hingga tak bersisa.

"Johan, gue takut! Anter gue ke paranormal."

"Hah? Ngapain lo ke sana?"

"Hantu Amerta ngikutin gue."

"Bentar-bentar maksudnya gimana? Amerta udah jadi hantu?" Kiani mengangguk. "Lo sejak kapan percaya sama yang begitu? Orang mati nggak mungkin hidup lagi. Udah, deh, jangan mikirin dia terus. Lo udah selesai terapi juga sama psikiater, bukankah harusnya lo udah sembuh?"

"Ada yang bilang ke gue kalo ada hantu pake seragam yang ngikutin gue, Johan!" Kiani mulai emosi karena Johan tidak percaya dengan ucapannya.

"Siapa yang berani bilang gitu ke lo?"

"Bentala."

"Gue baru denger namanya."

"Dia adik kelas kita."

"Kok, lo bisa kenal dia?"

"Dia pernah kesurupan dan nyerang adik gue."

Johan agak kaget mendengarnya. "Jadi, maksudnya dia indigo gitu?"

"Gue juga nggak tahu, tapi kata Pak Bian dia emang suka ngomong sendiri di UKS. Dia bisa lihat hantu, Johan. Makanya gue takut banget."

"Tenang dulu, Kiani. Siapa tahu dia cuma lagi nakut-nakutin lo karena dia nyimpen dendam sama Riana, dan kebetulan juga dia tahu ketakutan lo soal hantu."

"Pokoknya anter gue ke paranormal!"

Kalau Kiani sudah bicara dengan nada tegas artinya gadis itu nggak lagi bercanda dan mau tak mau Johan harus menurutinya, apalagi dia memiliki rahasia yang sedang dipegang oleh Kiani. Hal itu membuat Johan tak bisa membantah apapun permintaan Kiani.

***

Warnet tampak sepi sejak insiden pemukulan salah satu pelanggan tempo itu. Beritanya pun muncul di media dan kini si pelaku sedang diselidiki oleh polisi. Beberapa orang tua seringkali menyusul anaknya ke sini supaya tidak terjerumus ke dalam masalah. Mereka pun memantau anak-anaknya supaya tidak mengakses website Mysfit.

Pekerjaan Tala jadi sedikit berkurang. Dia yang biasanya sibuk membereskan bilik setiap dua jam sekali, kini malah bengong di mejanya sambil menonton Youtube. Nggak ada yang harus dibereskan lagi, karena penyewa hanya memakai komputer khusus game. Ada beberapa yang menyewa komputer bilik, dan mereka belum berganti dengan orang baru. Sepertinya mereka akan menyewa dalam waktu lama. Kang Otoy kini tertidur di mejanya dengan kacamata yang masih bertengger di hidung. Dia merasa bosan karena tidak ada kegiatan, alhasil memilih mengukir mimpi.

"La?" Kepala Tala hampir terantuk meja saat sosok Amerta muncul tiba-tiba di sampingnya.

"Kak, lain kali jangan muncul tiba-tiba gitu, aku takut jantungan."

Amerta hanya nyengir tak berdosa.

"Gue udah buntutin Kiani," ucapnya. "Dia ke rumah Johan, lalu ke rumah orang pinter untuk menanyakan gue."

"Terus?"

"Terus itu dukun ngusir gue pakai kekuatannya, gila panas banget tubuh gue."

Sebuah ide gila Amerta yang membuatnya seperti ini. Sore tadi ia sengaja merasuki Tala dan berbicara pada Kiani untuk memancing gadis itu membicarakan kematiannya. Namun, Kiani malah ketakutan dan lari mencari taksi menuju rumah Johan. Amerta tak menyangka Johan bisa seakrab itu dengan Kiani. Semasa sekolah, Johan adalah orang yang anti terharap Kiani. Justru Johan adalah laki-laki yang begitu menyukai Amerta sampai berkali-kali memintanya menjadi kekasih. Johan juga seringkali terlibat perkelahian dengan beberapa orang yang mendekati Amerta. Bisa dibilang Johan ini fans fanatik Amerta.

"La, apa Johan dan Kiani yang merencanakan pembunuhan gue?"

"Masa, sih?"

"Gue pernah lihat berita cowok posesif yang membunuh pacarnya sendiri. Bisa jadi Johan begitu."

"Kakak pacarnya Kak Johan?"

"Bukan, sih. Cuma dia itu sangat terobsesi sama gue."

"Terus apa hubungannya sama Kak Kiani? Kenapa malah dia yang diperiksa polisi?"

"Hmmm ... gue jadi bingung."

"Apa kita tanya aja sama si Kumbang Jantan?"

"Nggak. Gue masih kesel soal bahasan dia yang jelek-jelekin bokap gue."

"Ke si Dewa User aja kalau gitu."

"Boleh juga."

Tala mengetikkan alamat website Mysfit di komputer dan ia langsung mencolek Dewa User untuk bergabung dalam obrolan.

ALA: @Dewa_user01 Aku sudah membuntuti salah satu tersangka pembunuhan temenku.

Dewa_user01: Apa yang lo temukan? @ALA

ALA: @Dewa_user01 Aneh aja, sih, kenapa tiba-tiba dia dekat dengan cowok yang pernah suka sama temenku.

Dewa_user01: @ALA Perkiraanku dia menyingkirkan temanmu agar bisa dekat dengan cowok itu, atau cowok itu menyingkirkan temanmu dengan suatu alasan dan ketahuan sama si cewek akhirnya mereka dekat karena saling menyimpan rahasia.

"Tuh, 'kan, ini perkiraan Dewa User sama tahu kayak pendapat gue."

"Ya udah, Kakak tinggal membuntuti mereka berdua lagi."

"Gue tadi udah diusir sama dukun."

"Biasanya nggak mempan lagi itu jampi-jampi dukun kalau sudah semingguan, atau kalau Kak Kiani nggak menuruti pantangan dari dukunnya."

"Masa, sih?"

"Coba aja."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top