secret love
Aku tersenyum melihat laki-laki yang baru saja pulang dari sekolahnya, yang kini sedang memasuki lorong teras rumahnya. Rumah laki-laki itu berada di seberang rumahku. Aku masih asyik memandangi punggung laki-laki tampan itu dari depan pintu rumahku dan tidak diduga dia berbalik dan memberikan senyuman manisnya kepadaku. Deg....aku merasa jantungku loncat. Aku langsung berlari masuk ke dalam rumah.
"Oh, senyuman yang indah..."gumamku di dalam kamar.
Aku langsung membaringkan tubuh di pulau kapuk kesayanganku. Dari kejauhan kutatap selembar foto laki-laki kecil yang menggunakan seragam SD yang telah terpampang di meja belajar yang berada di depan kaca jendela kamar. Foto itu telah di hias rapi dengan bingkai hitam yang cukup manis di lihat oleh mata.
"Oh, Henry.." ujarku dan anganku pun melayang.
'Derrrr, derrrrr.' Alunan getaran itu menyadarkanku, bahwa aku sedang melamun. Kusentuh touchscreen ponsel dan kubaca message dari nomor yang tak ku kenal.
"Nomor misterius ini menyuruhku untuk ke depan pintu rumah? Untuk apa lagi sih?" ucapku sewot. Dengan penasaran aku pun mengikuti perintah dari pesan itu.
Kali ini di depan rumahku terdapat sepucuk surat berwarna pink tergeletak di lantai teras rumahku.
"Surat? Lagi-lagi surat misterius..."gumamku santai. Kubawa surat itu masuk ke dalam rumah. Ini adalah ke empat kalinya aku mendapatkan hadiah yang misterius. Aku hanya menaruh sepucuk surat itu di samping hadiah misterius yang lainnya.
"Weeew, kayaknya ada hadiah baru nih, Mia!"celetuk kak Natalie yang melihat benda baru di atas meja belajarku. 'Surat pink' yang tadi sempat kutemui di depan teras rumah.
"Kira-kira menurutmu siapa yang mengirim hadiah-hadiah misterius ini?"godanya
"Entahlah Kak, mungkin sang penggemar rahasiaku yang tak berani bertemu denganku. Hahaha!" ucapku sombong.
"Hahaha, maybe yes!" Tangan Kak Natalie melayang di Surat Pink itu. "Kakak baca ya?"pintanya. Aku hanya mengangguk sedikit.
Kami hanya tinggal berdua di dalam rumah yang cukup megah ini. Orangtua kami sudah meninggal karena kecelakaan dua tahun silam. Sungguh sedihnya saat aku tahu ke dua orangtuaku meninggalkan aku dan kakakku untuk selama-lamanya. Di saat itu aku baru sekolah dan Kak Natalie sudah kuliah sambil melanjutkan pekerjaan Papa di kantor.
"Mia, menurut Kakak, yang mengirim hadiah ini si Mark anak tetangga sebelah deh." Ucap Kak Putri yang mulai sok tahu.
"Maybe." jawabku cuek.
Kak Natalie pun keluar dari kamar dan meninggalkanku sendirian di kamar.
"Seandainya yang mengirimi semua hadiah ini adalah Henry."gumamku berharap.
Malam semakin larut, aku pun terlelap dalam tidurku.
Aku terpaku saat melihat benda yang tergeletak manis di teras rumahku pagi ini. Kali ini adalah boneka beruang yang kecil dan sepucuk surat berwarna hijau. Aku penasaran dengan isi surat itu, kali ini sengaja kubaca isi surat aneh itu.
"Sudah ku duga! Isinya hanya gombalan kacangan dari orang yang tak mempunyai nama."ujarku.
Kuangkat kepala ke hadapan pintu rumah laki-laki yang selalu mengisi hati dan pikiran. Sampai detik ini aku masih tak tahu siapa nama laki-laki tersebut. Dia terlalu pendiam. Orang yang kutunggu pun keluar dari kediamannya. Dia pun mengeluarkan sepeda motornya dari dalam bagasi rumah, dan melaju dengan kecepatan sedang ke arah jalanan sekolahnya berada.
"Oh astaga! Mia, kamu belum siap?"protes kak Natalie mengagetkanku.
"Oh iya!" ucapku baru tersadar. Aku langsung meluncur lari ke kamarku yang berada di lantai dua untuk sedikit berdandan, memakai sepatu, dan mengambil tas yang biasa kupakai untuk sekolah.
Kak Natalie ternyata sudah siap di dalam mobil. Tanpa basa-basi aku langsung naik ke dalam mobil dan kakakku langsung berangkat mengantar ke sekolah.
~~~~~
Hari semakin panas. Aku sedang bersantai di balkon depan kamarku sambil ditemani segelas jus jeruk yang manis dan dingin. Di rumah hanya ada aku sendiri. Siang seperti ini kakakku belum pulang dari kantor. Bel rumah tiba-tiba berbunyi. Menandakan ada seorang tamu yang sedang menunggu pintu rumahku dibuka. Aku bergegas ingin membukakan pintu. Pintu telah kubuka, tetapi tidak ada siapapun. Kali ini aku masih tertipu lagi oleh sosok misterius, kini aku mendapatkan bunga mawar dan kertas putih kecil. Kuambil ke dua buah benda itu dan membawa masuk. Kubaca kertas putih kecil itu, hanya ada sebuah kalimat : "04.00 Sore."
"Dasar kertas yang aneh!"ujarku sedikit kesal. Karena tak ingin di bawa pusing, aku pun merebahkan badanku dan terlelap di atas kasur yang empuk.
Masih dalam keadaan sendirian di rumah dan mata masih berkunang-kunang karena baru saja bangun dari mimpi di siang hari. Aku pun beralih ke kamar mandi untuk membersihkan badan. Lumayan lama menempuh waktu mandi dan berdandan ria sedikit. Telah siap, aku pun bergegas pergi ke taman untuk menghilangkan kesuntukan di rumah. Tidak begitu jauh taman yang ingin kutuju.
Sesampainya di taman, aku langsung menempati bangku taman yang kosong. Tanpa kusadari tiba-tiba ada seseorang yang memegang bahu kiriku dari arah belakang. Aku tersontak kaget dan langsung berdiri lalu menghadap belakang. Kupandang mata jernih orang yang memegang pundakku tadi. 'Oh tidak, laki-laki itu!'batinku.
Lelaki itu tersenyum manis padaku. Sedangkan aku terpaku dalam keringat dingin yang tiba-tiba keluar.
"Mia kan?" sapanya terlebih dahulu dan mengulurkan tangannya.
Kupandang dengan heran tingkahnya yang satu itu. "Ternyata dia kenal sama aku..."batinku lagi.
"Maaf, Mia kan?"ulangnya lagi. Aku mengangguk kecil sambil membalas uluran tangan pria itu.
"Aku Henry."ucapnya ragu-ragu tapi pasti. Aku yang mendengar tiba-tiba terperangkap bingung.
"Henry?"tanyaku tak yakin.
"Iya. Aku Henry, teman SD kamu."
"Kenapa selama ini jadi tetanggaku, kamu tidak pernah bilang kalau kamu itu Henry?"tanyaku heran.
"Aku malu. Takut kamu tak kenal denganku."
"Asalkan kamu tahu, aku tak pernah melupakanmu. Karena kamu adalah sahabatku di saat SD dan..."
"Dan apa?"tanyanya.
"Ya, kamu sahabatku." Aku pun kembali terduduk. Perasaanku saat ini bahagia dan sedikit kecewa karena aku baru tahu sekarang karena laki-laki yang sering kulihat itu adalah Henry, sahabat SD-ku dan orang yang selama ini kutunggu-tunggu. Dan saat dia muncul ternyata aku tidak mengenalinya. Dia sungguh banyak berubah.
"Aku mau jujur, aku adalah orang yang selalu mengirimimu surat dan boneka..."katanya cukup pelan, tetapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.
"Apa?"tanyaku kaget. "Jadi yang sering mengirim semua barang itu kamu?"
"Iya."
'Ya, Tuhan kenapa aku tidak menyadarinya?'
Aku terdiam. Henry merasakan kebisuanku dan duduk di samping.
"Kamu marah?"tanya Henry pelan.
Aku tak menjawab.
'Aku tak marah. Aku malah bahagia, bahkan aku senang.'
"Tidak. Aku tak marah." jawabku. Kuberikan senyuman manis untuk laki-laki yang berada di sampingku kali ini.
"Yakin?" Ia tidak percaya.
"Iya. Yakin!" jawabku mantap.
"Maaf jika kamu terganggu dengan kiriman dariku, itu hanya sebagian kecil dariku untuk mengungkapkan perasaanku."ujarnya sambil menatapku.
Aku terpaku oleh ucapannya. Aku benar-benar tak bisa menjawab.
"Sekali lagi maaf, Mia"
"Hah? Iya..." jawabku singkat.
"Dan..."
"Dan apa?"tanyaku bingung.
"Maukah kamu jadi kekasihku?"
"Apa?"tanyaku heran.
"Maaf, kalau aku lancang."ujar Henry dengan tersenyum malu.
Aku bingung harus menjawab apa. Ucapannya cukup membuatku terkejut. Dia menyukaiku juga! Kupaksakan saja kepalaku mengangguk pelan.
"Ya aku mau." jawabku malu.
"Hah?" Wajah Henry terlihat tak percaya. Ia kembali menoleh menatapku.
Aku hanya tersenyum.
"Akhirnya!"seru laki-laki itu.
Aku hanya berdiri malu-malu di hadapannya sambil cengegesan. Dan tersenyum bahagia
The end....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top