5
Angel telah tiba di lokasi yang atasannya kirimkan. Di sana anggota timnya telah menyebar dengan penyamaran. Mereka melewatinya seolah tak mengenalnya, ia sendiri berdiri di depan halte bus terdekat, tak lama bus yang di maksud melewati tempatnya.
Menurut keterangan bus tersebut harusnya berhenti di halte karena anak-anak akan mampir sebentar di taman kota untuk melihat pemandangan bunga. Namun, bus itu kini melaju kencang. Tentu saja karena beberapa anggota teroris telah menyandera bus tersebut beserta isinya.
Beberapa detik kemudian di belakang bus itu melaju mobil-mobil polisi yang berusaha mengejar. Suara sirine dan speaker yang dinyalakan para polisi membuat suasana tenang seketika terasa mencekam.
"Tolong berhenti! Kami telah mengepung dari semua sisi. Menyerah dan bebaskan anak-anak tak berdosa itu. Aku pastikan hukumanmu akan diperingan!" Seorang polisi masih berusaha berbicara dari pengeras suara. Angel menatapnya datar, apakah para teroris sebodoh itu? Siapa yang akan percaya jika mereka menyerahkan diri maka hukum mereka akan diperingan. Di negara mereka hukum dengan sangat jelas di sebutkan bahwa satu-satunya hukuman bagi para teroris adalah hukuman mati!
Di dalam bus sang sopir yang tak lain adalah si teroris mencibir ucapan polisi tersebut. "Kau anjing petinggi negara hanya mampu mengoceh." Ia terus melajukan mobilnya lurus tak peduli bahkan jika lampu lalu lintas berubah merah. Hampir saja bus itu bertabrakan dengan mobil pengendara dari sisi kiri yang lampu lalu lintasnya tengah berwarna hijau. Untung si pengendara mobil tersebut membanting stir meski sempat menabrak bagian belakang bus membuat anak-anak beserta sang guru wanita yang ada di dalam sana menjerit.
Melihat itu Angel segera menghubungi timnya. "Miror, ubah semua lampu lalu lintas menjadi merah di setiap bus itu lewat."
"Ya." Miror, hacker handal BIN itu segera menjalankan tugas atasannya dengan merubah semua lampu lalu lintas menjadi merah kecuali arah mobil itu melaju yang tetap hijau.
"Bentuk brikade di sektor A dan E!"
Segera mobil-mobil para polisi membentuk brikade hingga mau tak mau bus melaju dengan jalur yang telah Angel tentukan. Semakin lama brikade-brikade mobil para polisi itu semakin banyak terbentuk membuat sang sopir merasa geram karena sejak tadi ia hanya bisa terus berputar-putar di sekitar sana. Teroris tersebut merasa para polisi tengah mempermainkannya dengan membiarkannya berputar-putar seperti orang bodoh. Bahkan mereka tak repot-repot lagi mengejar atau berteriak-teriak dengan spiker seperti tadi.
Bus akhirnya berhenti. Para polisi telah bersiaga dengan senjata di balik mobil-mobil yang mereka bentuk brikade.
"Atasan memang menakjubkan. Lihat, benar apa yang dia katakan, teroris itu akan lelah sendiri dan tak lama lagi akan keluar. Kasihan para polisi itu hanya melakukan hal-hal sia-sia selama dua jam tadi." Salah satu anggota tim Angel yang tengah menyamar menjadi petugas kebersihan berbicara pada rekannya yang tengah menyamar menjadi penjual eskrim.
"Semua orang diam jika ingin anak-anak ini selamat!" Tiba-tiba teroris tersebut berbicara dari dalam bus membuat mereka semua tegang.
Anak-anak tak berdosa di dalam sana sekitar tiga puluh orang kini menjadi tawanan. Total tiga puluh dua dengan guru wanita yang ikut menaiki bus tersebut. Sedang si teroris berjumlah dua orang, yaitu si sopir dan kondekturnya.
Salah satu teroris menarik seorang guru dan membawanya keluar bus dengan todongan pistol ke arah kepala si guru. Melihat itu suasana semakin tegang saja, apalagi evakuasi masyarakat belum sempat dilakukan sehingga beberapa warga sipil masih berada di lokasi.
"Tenangkan dirimu. Seperti yangku katakan, jika kau menyerahkan diri maka.." Polisi berusaha bernegosiasi pada si teroris yang tentu saja di potong si teroris sebelum bualannya selesai.
"Kau pikir kami bodoh?! Kenapa kami harus menyerah jika kami memiliki sandera dan kemenangan telah ada di depan mata!"
Para polisi mengumpat karena apa yang dikatakan si teroris benar. "Apa yang tengah dilakukan para Agent itu? Mengapa mereka belum bergerak!" Salah satu di antara mereka bahkan mengeluh karena anggota BIN belum bergerak.
Tiba-tiba seorang wanita yang entah sejak kapan berdiri di belakang mesin penjual kopi instan muncul membuat tong sampah di dekatnya ikut terjatuh bersamanya menimbulkan suara yang cukup nyaring.
"Kau! Kemari!" Si teroris segara menginterupsikan agar wanita itu mendekatinya dan menyuruhnya memasuki bus. Selain wanita tersebut si teroris juga memanggil tukang kebersihan dan penjual es krim yang juga berada dekat dengannya untuk menjadi Sandra tambahan. Ya g tak mereka ketahui jika yang mereka jemput adalah ajal mereka.
Saat ia kembali ke dalam bus rekannya memarahinya karena kini bus terasa sangat pengap dan sesak akbiat terlalu banyak orang. "Kenapa kau membawa orang-orang ini?!"
"Lebih banyak sandera lebih baik." Rekannya tak dapat melakukan apapun meski kesal pada temannya itu karena sudah terlanjur, tak mungkin mereka membebaskan orang-orang itu begitu saja. Jika mereka melakukannya mereka tak ingin para polisi itu menanggap mereka ini lemah.
Angel duduk di kursi berdempetan dengan guru wanita yang tadi menjadi sandera. Ia dan dua bawahnya saling berpandangan. Dua bawahnya menyeringai. Salah satunya mulai berbicara untuk mengalihkan perhatian selama Angel menjalakan tugasnya.
"Mengapa kau menyandera orang-orang tak berdosa ini?"
Mendengar pertanyaan itu salah satu teroris tertawa terbahak, sedang yang satunya menggeleng dengan tawa kecil. Tampaknya bagi mereka pertanyaan yang diutarakan sangat lucu.
"Siapa di dunia ini yang tak berdosa?" Salah satunya membalikan pertanyaan membuat anak buah Angel terdiam. Ia berpikir sejenak sebelum menjawab.
"Anak-anak ini."
Jawabannya lagi-lagi membuahkan tawa. Tapi itu tak penting, toh mereka sengaja melakukannya untuk mengalihkan perhatian selama Angel berusaha menjinakkan bom yang terletak di bawah salah satu kursi dalam bus itu.
Melihat dua buah bom yang di letakkan disana Angel mengerutkan keningnya. Para teroris itu tampaknya sudah gila. Mereka benar-benar berniat melakukan bom bunuh diri bersama anak-anak tak berdosa dalam bus itu.
Ia memikirkan alasan mengapa keduanya tak segera meledakkan diri namun terus mengulur-ulur waktu. Mungkinkah ini hanya pengalihan?
Apapun itu untuk saat ini yang lebih penting adalah menjinakkan dua bom ini agar mereka bisa bernafas jika masih ingin melihat matahari esok.
"Mengapa kalian malah tertawa? Bukankah anak-anak ini memang tak berdosa?"
Tawa salah satu teroris terhenti. Ia menatap si petugas kebersihan yang kini menatapnya takut. Menurutnya si petugas kebersihan sengaja mengajukan pertanyaan tersebut berharap hatinya akan luluh menggunakan anak-anak yang mereka sandera. Namun, sayang. Itu hal yang sia-sia. Karena jika mereka benar-benar mengasihani anak-anak ini sejak awal mereka takkan menyandera mereka semua.
"Bukankah suatu saat nanti mereka semua akan tumbuh dewasa dan berbuat dosa pada akhirnya?"
"Angel, waktumu tidak lama lagi. Cepat jinakkan bom dan para teroris itu. Kita harus mengorek informasi apa sebenarnya tujuan mereka!"
Keringat membasahi kening gadis itu. Bom itu berbentuk koper dan botol minuman. Angel baru membuka lapisan bom koper dan tengah berpikir kabel mana yang harus ia potong saat atasannya berbicara. Lampu bom berkedip-kedip membuat tangannya sedikit bergetar, karena bukan hanya nyawanya yang kini menjadi taruhan tapi semua orang yang ada di sana bergantung pada pilihannya.
"Dari pada menunggu mereka berbuat dosa dan mengotori dunia di kemudian hari bukankah lebih baik mengorbankan mereka saat ini untuk dunia yang lebih baik?"
"Brengsek!" Jawaban yang diberikan sang teroris membuat Green hampir lepas kendali. Untung saja refleks Red menahannya.
Angel berhasil menaklukkan satu bom, kini gadis itu berkutat dengan bom lainnya.
Red yang masih tetap tenang mengambil alih percakapan. "Apa kalian pikir apa yang kalian lakukan saat ini bukanlah dosa? Aku bukan penaat agama, tapi setidaknya aku tak pernah mengorbankan orang lain dengan dalih kebenaran hanya untuk pembenaran kesalahan yang kulakukan. Tidakkah kalian iba pada mereka semua? Lihatlah mata polos mereka yang saat ini menatap kalian takut seolah tengah menatap monster."
Ucapan Red akhirnya mengusik ketenangan para teroris itu. Keduanya mengedarkan pandangan dan apa yang Red katakan memang benar. Mata tak berdosa dari wajah-wajah mungil itu menatap mereka takut membuat sesuatu dalam hati mereka bergolak.
"Ah, selesai." Itu adalah suara Angel yang muncul dari balik kursi. Suaranya menarik perhatian semua orang terutama kedua teroris yang baru menyadari jika sejak tadi mereka lengah. Kini keduanya menyadari jika ketiga orang yang berada di dalam bus bukanlah orang biasa.
Angel memberi intrupsi pada kedua anak buahnya untuk menjauhkan anak-anak sejauh mungkin dari jangkauan selama ia membereskan keduanya. Tak menunggu keduanya bereaksi, Angel bergerak dan dalam secepat kilat telah berada tepat di depan keduanya. Pertarungan sengit terjadi di antara mereka, pukulan bertubi-tubi Angel kerahkan dan terima.
Angel sengaja melawan keduanya seorang diri untuk kembali mengulur waktu, saat ia bertarung ia memberi waktu pada dua anak buahnya yang kini berusaha membuka pintu darurat untuk mengeluarkan anak-anak. Karena Angel seorang wanita keduanya melawan gadis itu dengan tangan kosong seperti yang Angel duga. Hal ini tentunya menguntungkan, pria tetaplah pria. Pria dan harga dirinya, hal itulah yang selalu Angel menfaatkan sebagai kelemahan lawannya.
Satu lawan tumbang yang kemudian di susul lawan lainnya. Tak ditemukan sedikit pun raut takut di wajah kedua teroris itu membuat gadis itu mengerutkan kening.
"Kau pikir kau pintar, bukan? Kau salah nona. Kau tak sepintar itu." Ucap salah satu teroris sebelum keduanya tertawa bersama.
Angel memiliki firasat buruk melihat senyum itu. Benar saja, tak menunggu waktu lama beberapa detik kemudian sebuah ledakan keras terdengar memekakkan telinga. Seluruh warga kota serempak tiarap sambil menutup telinga. Kepulan asap mengepul hitam mewarnai langit kota, mereka semua serempak menatap salah satu gedung pencakar langit dimana ledakan bom itu terjadi.
"Sialan!" Umpat gadis.
Tbc..
**
01 Okt 2022
Hai guys, maaf aku baru kembali. Setelah sekian lama Hiatus kerena suatu hal, salah satunya naskahku yang hilang karena data hp aku yg terhapus. Mohon maaf yang sebesar-besarnya untuk para pembacaku, terutama pembaca setiaku. Insyaallah sekarang aku tengah memulihkan ceritaku meski rasanya sulit, apalagi yang dulu sempat aku po. Bismillah dan sekali lagi aku minta maaf atas keterlambatannya 🙏.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top