2
Elis menatap Daniel yang tergeletak di lantai dengan tatapan acuh tak acuh. Jari lentiknya menyusuri pinggir gelas sebelum menempelkannya ke bibir tipisnya yang tersenyum tipis. Elis bangkit dan berjalan, ujung sepatunya menyentuh tubuh Daniel yang tak bergerak. Ia menggeleng dan berdecak, wanita cantik memanglah kelemahan semua pria.
Ia berjalan menuju balkon dan membuka pintu, angin menerbangkan helaian rambutnya. Ia mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang, berbicara dengan nada yang dingin.
"Aku sudah mendapatkannya."
"Kerja bagus, Angel. Kau memang selalu dapat di andalkan. Tim Alfa akan segera mengurus sisanya. Tugasmu telah selesai."
"Mm." Elis mematikan sambungan, ia bersandar dengan tenang memandang pemandangan di bawah sana. Lama ia terdiam sebelum akhirnya berbalik. Elis meninggalkan tempat itu.
Angel adalah nama lain Elis saat ia bekerja sebagai seorang agent. Ya, ia adalah seorang agent rahasia yang bertugas memburu orang-orang yang tak tersentuh hukum karena pengaruh koneksi atau kelihaian si penjahat.
Tugas Elis kali ini adalah mengorek informasi keberadaan Maguel Demetri yaitu seorang mafia perdagangan organ manusia lewat putra semata wayangnya, Daniel Demetri. Pria yang kini tergeletak tak sadarkan diri karena obat bius yang di minumnya.
Kasus penculikan anak untuk di ambil organ tubuhnya yang dilakukan anjing-anjing suruhan Maguel di seluruh penjuru dunia membuat BIN (Badan intelegen negara) harus bekerja extra keras untuk menemukan keberadaan Maguel. Bukti-bukti telah cukup dikumpulkan untuk menyeret pria keji itu ke lubang neraka. Dan kali ini Elis ikut bagian dalam misi besar ini. Dan jika misi ini berhasil akan sangat bagus untuk kenaikan pangkat pekerjaannya. Dan cara tercepat untuk menemukan lokasi Maguel dengan menculik Daniel.
Elis keluar dari gedung apartemen kemudian masuk ke dalam mobilnya. Mobil melaju membelah jalanan kota, beberapa menit kemudian mobil Elis memasuki sebuah bengkel dan berhenti. Elis keluar dengan pakaian semula yang di pakainya. Ia berjalan meninggalkan bengkel yang tak lain tempat persembunyiannya, ia berjalan hingga sampai di sebuah halte bus. Beberapa saat kemudian bus datang dan Elis menaikinya untuk kembali ke apartemen kumuhnya.
**
Sebuah peluru melesat hampir mengenai Elis jika saja gadis itu tidak segera menghindar. Elis bersembunyi di balik pilar, sebuah pistol berada di tangannya, sesekali ia keluar menembak targetnya hingga tewas.
"Wings, arah jam sembilan."
"Baik."
Shut.. Shut..
"Miror, sudut tenggara."
"Ya."
Shut.. Prank..
Elis membalas tembakan dan terus menghindar sambil memberi arahan pada timnya.
Baku tembak terus terjadi di lokasi sebuah gudang tak terpakai yang ternyata menjadi sarang mafia di pinggir kota. Elis dan timnya terus berusaha melumpuhkan para anggota Cartel Black Devil yang di pimpin Maguel Demitri berkat informasi yang berhasil di korek dari Daniel.
Seorang mafia yang bersembunyi di balik tembok memegangi dadanya yang mengucurkan darah. Kesempatan untuk hidup jelas tak ada lagi, tempat itu telah di kepung tak ada lagi jalan untuk kabur. Terlihat banyak rekannya yang telah tewas, tersisa beberapa yang masih tampak keras kepala terus berjuang menembaki para agen sambil menghindari serangan. Ia sendiri tak mungkin hidup melihat luka yang di deritanya, pria itu mengambil sebuah bom di balik jaketnya, dengan ekspresi tenang ia keluar dari persembunyiannya sambil menarik ring dari bom itu.
Elis bersiap menembak namun matanya yang tajam melihat bom di tangan si mafia yang berjarak 9 meter darinya. "Awas!" Ia berteriak sambil berlari sekencang mungkin. Anggota Elis dan para mafia melakukan hal yang sama, kemudian BOM!! Dalam jarak radius 15 meter semua hangus tak bersisa dalam ledakan dahsyat.
Elis terpental dan menabrak dinding. "Sial." Tubuhnya terasa remuk redam. Ia melihat sekitar, dan menemukan beberapa rekannya pun terluka sama seperti dirinya. Naas bagi para mafia yang berada dekat dengan posisi bom tadi, mereka bukan saja tak dapat menyelamatkan diri bahkan anggota tubuh mereka pun terpisah yang terlihat sangat mengerikan.
Semua anggota Black Devil berhasil di lumpuhkan. Elis bangkit dan berjalan tertatih-tatih, ia memeriksa beberapa rekannya yang juga terluka baik terkena tembakan atau terkena radiasi bom.
"Mission complite." Elis melapor pada atasannya.
"Kerja bagus Angel"
Elis dan timnya keluar dari gedung yang terlihat semakin hancur. Mereka kembali ke kantor pusat untuk menyerahkan barang bukti yang berhasil di amankan. Selesai melapor Elis pergi ke ruang medis untuk mendapat perawatan.
"Apa ini sakit?"
"Mm."
Noel, dokter bedah yang tengah mengeluarkan sebuah peluru dari bahu Elis meringis melihat luka baru yang Elis dapatkan. Perlahan ia menjahit dan mengoleskan sebuah obat pada luka Elis kemudian membalutnya dengan perban.
"Kau harus menjaga tubuhmu, Angel. Akan sangat mengerikan melihat tubuh seorang wanita cantik ternyata banyak di penuhi tato bekas tembak."
"Aku sudah melakukannya, El. Mau bagaimana lagi. Pekerjaanku memang menantang bahaya dan maut, ini sudah resiko." Elis bangkit dan memakai kembali jaketnya, ia terlihat biasa saja tak tampak seperti orang yang baru saja terluka.
"Ini obatmu dan minum secara teratur. Dan ini salep untuk lukamu. Oleskan secara perlahan. Jika kau teratur melakukannya bekas luka itu akan memudar seiring berjalannya waktu." Noel memberikan obat pada Elis.
"Mm, terimakasih."
Elis keluar dari gedung BIN yang merangkap menjadi sebuah hotel. Ia menghentikan sebuah taxi, rasanya terlalu malas menaiki bus dan harus berdesakan di saat ia terluka seperti ini. Beberapa menit kemudian ia sampai di apartemennya.
❤❤
Kuliah berakhir. Semua mahasiswa memasukkan buku-buku mereka dan berhamburan keluar. Begitu juga dengan Elis, gadis itu mencantel ranselnya di pundak kirinya, pundak kanannya terluka jadi ia mengalihkannya ke pundak kiri.
"Kau mau pulang?" Pertanyaan bodoh kembali keluar dar bibir Nic.
"Tidak, aku akan menginap." Elis menjawab sarkas.
Nic tertawa mendengar jawaban Elis. Mata pria tampan itu menyipit, dua lesung pipit terlihat di pipinya membuatnya terlihat sangat manis. "Kau bisa saja."
Elis memutar bola matanya dan melewati Nic begitu saja. Nic bergegas mengejar Elis dan mensejajarkan langkahnya, ia melirik Elis lewat ekor matanya.
Elis tak sepenuhnya mengabaikan Nic, sesekali gadis itu membalas perkataan Nic meski dengan nada sarkas atau dingin andalannya. Terlihat Nic sudah terbiasa dengan itu.
"Beberapa hari lalu aku melihat seseorang yang terlihat sangat mirip denganmu di Diamond Elite apartemen."
Langkah Elis melambat, matanya menyipit dengan bibir membentuk garis tipis.
"Tapi setelah ku pikir-pikir lagi itu pasti bukan kau. Wanita itu berpakaian sangat modis dan sexy. Err, aku bukannya meragukan selera fashionmu hanya saja gaya kalian terlalu jauh berbeda. Gadis itu juga terlihat sangat ramah berbicara dengan seorang pria. Dan dari situ aku yakin itu bukan kau." Nic kembali menjelaskan.
Tak ada balasan dari Elis. Nic kembali berbicara kali ini topik pembicaraannya yaitu pertandingan basket yang akan diikutinya. "Kau harus datang untuk memberiku semangat!" ucap Nic dengan nada yang terkesan memaksa.
Masih tak ada balasan dari Elis. Nic mempercepat langkahnya dan berdiri menghadang langkah Elis. "Kau akan datangkan?!" Ekspresi keras kepala terlihat jelas di wajah Nic.
Desahan keluar dari bibir Elis. Jika ia tidak datang sudah di pastikan Nic akan menerornya seperti pertandingan beberapa hari lalu karena ia yang tak datang dan membuatnya sakit kepala. "Mm." Elis menggumam dengan malas.
Nic terlihat sangat senang, pemuda itu mengacak rambut Elis tak peduli tatapan tajam yang di layangkan Elis. "Baik, kau tak boleh mengingkarinya. Kau pulanglah duluan, aku harus latihan dan teman-temanku sudah menungguku."
Setelah mengatakan itu Nic memberi Elis jalan. Ia melambai pada Elis yang bahkan tak berbalik sedikit pun. Setelah Elis tak terlihat Nic berjalan menuju ruang ganti di mana teman-temannya sudah menunggunya.
"Masih belum menyerah?"
Jacob melirik temannya yang baru memasuki ruangan, Nic tak menjawab dan hanya tersenyum tipis kearahnya, Jac tak habis pikir kenapa temannya itu masih mengejar manusia kutub seperti Elis.
"Sebenarnya apa yang kau lihat darinya?"
Jac akhirnya menanyakan apa yang selama ini menjadi rasa penasarannya. Jac tidak meremehkan Elis, sama sekali tidak. Hanya saja dengan kepribadian dingin gadis itu orang normal jelas akan menjauh, tapi sahabatnya malah semakin gencar mendekati gadis pendiam itu.
Nic yang baru saja membuka kaos bajunya bersandar di lokernya. Ia tersenyum kecil mengingat wajah dingin Elis yang entah kenapa menurutnya membuat Elis terlihat semakin cantik. "Kau tidak mengerti. Dia berbeda dengan gadis lainnya."
Jac hanya menggeleng mendengar jawaban Nic. Tentang Elis yang berbeda dari gadis lain ia sudah sangat mengetahuinya, gadis itu jelas sangat-sangat berbeda siapa yang tak mengetahuinya. Jac merasa Nic merasa penasaran pada Elis yang tak seperti gadis-gadis pada umumnya yang akan terpesona oleh ketampanan dan karisma sahabatnya itu. Mungkin Nic merasa tertantang oleh Elis karena Elis satu-satunya gadis yang tak bisa ia taklukan.
Mereka berganti pakaian setelah itu memulai latihan. Nic dan anggota basketnya berlatih dengan keras agar menang di pertandingan besok. Nama baik kampus mereka akan di pertaruhkan dalam pertandingan antar kampus yang akan mereka ikuti. Jadi mereka tak boleh kalah.
Tbc..
**
Huaaah, lama ya cerita ini gak di lanjut.
Gimana menurut kalian, seru gak?
Beda gak sama cerita mafia yang lain?
Wkwk.
Seperti biasa aku suka yang berbeda ya. Mm, entahlah.. Tapi aku yakin kok banyak di luar sana cerita yang luar biasa yang jauh lebih bagus di banding ceritaku ini.
Ini aku cuma iseng ya. Ngejajal kemampuan menulis tema Mafia Romance, mudah-mudahan sesuai ekspetasiku dan kalian.
Jangan lupa tinggalkan vote dan coment kalian. See you next time, bye bye..
18 November 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top