Secret Love_Three
Setelah kelasnya berakhir, Gendis segera keluar dari kampus. Dengan sangat terpaksa ia menolak ajakan Weena dan Niken untuk jalan-jalan ke mall.
Hari ini hari rabu, pukul dua siang. Sial. Dia terlambat. Dia pasti marah padanya.
Gendis memesan jasa sebuah taxi online yang membawanya ke sebuah apartemen mewah.
Gendis segera naik ke lift. Gendis tidak mendapati pesan atau telepon apapun. Dia pasti marah.
Huft.
Sebelum membuka pintu, Gendis menarik napas.
Klek.
Pintu terbuka dan Gendis melangkah masuk ke dalam apartemen. Kosong. Ia tidak melihat siapapun. Dapur juga kosong.
Gendis meletakkan tasnya semharang di atas sofa. Ia masuk ke kamar utama apartemen itu. Ia melihat pakaian tergeletak di atas ranjang dan suara air di dalam kamar mandi.
Gendis menggelengkan kepala. Memungut pakaian itu dan menggantungnya menggunakan hanger.
Gendis menoleh begitu mendengar suara pintu kamar mandi terbuka. Gendis tersenyum melihat tatapan tajam dari pria yang kini tengah berdiri di depan pintu.
Pria yang sangat tampan dan sexy dalam balutan handuk pendek. Gendis mendekati pria itu.
"Hai," sapa Gendis.
Pria itu melengos, meninggalkan Gendis. Gendis berbalik dan mengikuti pria yang sedang marah padanya.
"Maaf aku terlambat." ucap Gendis memeluk tubuh pria itu dari belakang.
"Ku kira kamu gak akan dateng." ucap pria itu sinis.
Gendis melonggarkan pelukannya, mencium punggung pria dengan sangat lembut.
"Aku gak mungkin gak dateng." ucap Gendis kemudian mencium punggung pria itu berulang membuat pria itu mengerang tertahan.
Pria itu berbalik kemudian mencium bibir Gendis dengan kasar. Dalam ciuman kasar itu Gendis tersenyum. Mereka berciuman dengan sangat panas.
Pria itu mengangkat tubuh Gendis, membawanya ke atas ranjang. Dengan terburu-buru pria itu melepas semua pakaian yang melekat di tubuh Gendis.
Ciuman pria itu turun ke leher dan kedua dada sekal milik Gendis, sedang jemarinya sudah memainkan pusat kenikmatan Gendis di bawah sana.
Setelah mendapatkan kenikmatannya, kini giliran Gendis memberi kenikmatan pada pria yang di cintainya. Gendis mengurut kejantanan prianya, sesekali ia menggunakan mulutnya hingga prianya mengerang nikmat mencapai pelepasannya.
Iya, Gendis dan prianya saling memuaskan diri dengan cara itu. Gendis menolak untuk melakukan hal yang lebih jauh lagi.
"Kenapa terlambat?" tanya prianya sambil memeluk tubuh Gendis.
"Aku harus mencari alasan untuk menolak ajakan Weena dan Niken. Mereka mulai curiga kalau setiap hari rabu aku akan menghilang." ucap Gendis.
"Maaf, membuatmu dalam situasi seperti ini."
Gendis berbalik, "Kamu jangan minta maaf lagi Baim." ucap Gendis.
Baim mencium kening, mata, hidung dan bibir Gendis. "Aku mencintaimu sayang." ucapnya.
"Aku tahu." ucap Gendis memejamkan mata, saat Baim mulai melumat bibirnya lembut.
***
"Gendis, kemarin lo kemana aja sih? Kita nyari lo di kosan kok gak ada?" tanya Niken keesokan harinya.
"Kalian ke kosan gue? Ngapain?" tanya Gendis heran.
"Kita gak jadi ke mal, jadi mutusin buat main ke kosan lo, malah lo gak ada." ucap Weena.
"Gue ada kerjaan dikit." ucap Gendis.
"Kerjaan apa?" tanya Niken.
"Kepo amat sih." ucap Gendis santai.
"Lo tau gak, ada cowok keren, namanya Cakra. Aduuuuhhh di ganteng banget." seru Weena.
"Gak cuma Cakra, sahabatnya yang lain juga gak kalah cakep." ucap Niken.
Gendis bersyukur mereka tidak melanjutkan kekepoan mereka padanya.
"Eh, ndis napa lo gak gebet aja salah satu dari mereka?" tanya Niken.
"Males." ucap Gendis asal.
"Lo kan gak punya pacar. Apa jangan-jangan lo transgender ya?" ucap Weena asal.
"Normal kalo gue. Gue mau fokus belajar, jangan libatin gue sama cowok-cowok gebetan kalian." ucap Gendis.
Kalau Baim sampai tahu punya gebetan bisa berabe dunia.
"Eh, itu mereka." tunjuk Weena semangat.
Gendis dan Niken menoleh ke arah yang di tunjuk Weena.
Deg.
Dada Gendis tiba-tiba berdebar saat tatapannya bertemu dengan tatapan jail itu.
Hah.
Gendis melongo, pria itu tersenyum dan mengedipkan mata pada Gendis. Gendis segera mengalihkan tatapannya.
"Eh, Reno tersenyum ke arah kita, dia ngedipin mata juga. Lo kenal Ken?" tanya Weena.
"Enggaklah, susah banget buat kenal sama mereka. Lo kenal Ndis?" tanya Niken pada Gendis.
"Kalian aja gak kenal gimana gue. Udah yuk ke kelas." Gendis menyeret kedua sahabatnya itu ke dalam kelas.
"Tapi gue yakin, Reno ngeliat ke arah kita." ucap Weena.
"Gendis bener Ween, gak mungkin salah satu dari kita kenal. Bener kan Ndis" tanya Niken sekali lagi.
"Iya." jawab Gendis.
Berani sekali sih pria itu gerutu Gendis dalam hati. Ia berharap tidak akan pernah bertemu pria itu lagi.
🌹
Kangen cerita ne gak guys?
Maafkan lama n typo nya ya
Luph u phul 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top