Part 5

Hari ini hari Sabtu, Ajeng dan Zio masih sibuk bergelung di dalam selimut di kamar mereka. Setelah sholat subuh tadi Zio melarang Ajeng untuk langsung turun dia bilang, "Aku masih pengen anget-angetan sama kamu yang," suaranya bahkan terdengar sangat manja.

Ajeng memencet-mencet hidung mancung Zio yang tertidur lelap kembali, dia melihat ke arah nakas di belakang Zio, terlihat jam beker yang menunjukkan pukul 8 pagi. Ajeng dan Zio tidak pernah bangun sesiang ini. Ditepuk-tepuknya pelan pipi Zio, berusaha untuk membangunkan suami tampannya karena dia harus segera turun dan memasak sarapan.

Zio tak juga bergerak, dia masih pulas di alam mimpinya sambil tetap memeluk tubuh Ajeng erat. Pelan-pelan Ajeng menyingkirkan tangan kekar Zio dari pinggangnya dan berusaha turun dari ranjang dengan gerakan yang sangat pelan.

"Kenapa bolak-balik kayak gitu Ra?" Ajeng melihat Mira yang sedang sibuk berjalan bolak-balik di ruang TV, kelihatannya Mira sedang bingung.

"Aduh Mbak Mira lagi bingung nih," Mira berhenti bolak-balik dan berdiri menatap Ajeng dengan pandangan memelas. Mira menggigit kuku jari tangannya dengan gelisah dan gemas.

"Bingung kenapa?" Ajeng berjalan menuju dapur dan mengambil segelas air putih.

"Aku takut Mbak!" jawab Mira gemas.

Ajeng menegak habis segelas air putih yang ada di tangan kanannya. "Takut kenapa Mir? Di sini gak ada setan atau orang jahat kok."

"Aku takut ketemu calonku itu loh Mbak ...." Mira sekarang sudah berguling-guling di atas sofa, persis seperti anak bayi yang sedang menangis. "Awww!!" tiba-tiba saja suara memelas Mira berubah dengan jerit kesakitan, karena penasaran apa yang terjadi, Ajeng melihat Mira sudah berdiri sambil mengelus-elus kepalanya, di belakang Mira berdiri Zio dengan baju tidurnya.

"Mandi sana biar tuh pikiran positif sedikit!" perintah Zio setelahnya.

Sekarang Ajeng mengerti kenapa Mira berteriak kesakitan tadi, ternyata Zio baru saja menjitak kepala adik angkatnya itu. Sejak semalam Mira resmi menjadi adik angkat Ajeng dan Zio, Mira bahkan sampai berkata, "Aku rela kok kalau diangkat jadi anak sekali pun, lumayan dapat Emak Bapak kaya."

Mira berjalan dengan muka bersungut-sungut masuk ke dalam kamarnya, Ajeng dan Zio hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Mira tersebut. Mira memang masih muda, umurnya baru 20 tahun. Mira memang tidak kuliah namun, karena kepintarannya Mira berhasil masuk ke perusahan Zio dengan melalui tes bersama yang diadakan perusahaan Zio setahun sekali.

"Pinter banget sih ninggalin suaminya sendirian di kamar," bisik Zio di telinga Ajeng sambil memeluk Ajeng yang sedang sibuk mencuci sayuran. Pagi ini Ajeng berencana akan memasak nasi goreng sayuran. "Kok sayuran sih yang," bibir Zio mengerucut lucu begitu melihat apa yang sedang Ajeng cuci.

Zio memang paling tidak suka makan sayuran, terkadang Ajeng harus mengancamnya dulu baru dia dengan muka tersiksa memakan sayuran yang dimasak Ajeng. "Terserah sih ya kalau gak mau puasa ya dimakan," tanggap Ajeng enteng, Zio langsung melepas pelukannya dan pura-pura bergaya pusing.

"Aduh yang gak enak badan nih, aku makan bubur aja lah."

"Nah tambah bagus kalau makan sayuran biar cepet sembuh," seringai Ajeng yang langsung melihat Zio bergidik ngeri.

"Kalau puasa makan sehari aku masih sanggup yang, tapi ini puasa ''itu'' seminggu mana bisa!" keluhnya dengan muka memohon miliknya.

Ajeng hanya menaikkan kedua bahunya pertanda dia mengatakan 'emang aku pikirin.'

"Yang, dosa loh nolak suami," nahkan jurus andalannya keluar sekarang.

"Aku juga berdosa kalau tiba-tiba suamiku sakit dikarenakan gak pernah makan sayur!" kilah Ajeng berusaha menutupi ketakutannya, takut juga sih dosa karena nolak suami.

"Yang...." Zio merengek sambil mencolek-colek pinggang Ajeng yang sedang memasukan bumbu nasi goreng ke dalam wajan untuk di tumis.

"Ya udah, mau makan apa?" akhirnya Ajeng mengalah dikarenakan takut dosa.

"Hehehe, omelet kornet lagi aja yang!" jawab Zio bersemangat sambil berlalu pergi menaiki tangga menuju kamar mereka. Ajeng mengerutkan dahinya bingung melihat Zio yang aneh.

"Dulu dia marah-marah setiap aku buatin omelet kornet terus, sekarang?" gumam Ajeng bingung sendiri melihat tingkah suaminua yang ajaib itu.

∞∞∞

Saat Zio memeluk Ajeng dari belakang dia dapat melihat Ajeng yang sedang sibuk mencuci SAYURAN, ingat dan dicatat Zio paling gak suka makan SAYUR. "Kok sayuran sih yang," Zio mengerucutkan bibirnya pertanda dia sedang merajuk.

"Terserah sih ya kalau gak mau puasa ya di makan," tanggap Ajeng enteng, Zio yang mendengar ancaman dari Ajeng langsung melepas pelukanku dan pura-pura bergaya pusing.

"Aduh yang gak enak badan nih, aku makan bubur aja lah," Zio mulai melancarkan aksi pura-puranya namun apa daya, Ajeng memang perempuan yang cerdik.

"Nah tambah bagus kalau makan sayuran biar cepet sembuh," seringainya yang langsung membuat Zio bergidik ngeri.

"Kalau puasa makan sehari aku masih sanggup yang, tapi ini puasa ''itu'' seminggu mana bisa!" Zio kembali menampakkan wajah memohonnya agar Ajeng istri cantiknya itu mau luluh.

Ajeng sama sekali tak tergoda dengan muka memohon Zio, dia hanya menunjukkan aksi cueknya. Zio memutar otakku mencari cara agar Ajeng mau mengalah kali ini. "Yang, dosa loh nolak suami," Zio tersenyum menang di dalam hati melihat perubahan raut wajah Ajeng yang sudah mulai ragu. Dia yakin bahwa akan menang melawan istrinya!

"Aku juga berdosa kalau tiba-tiba suamiku sakit dikarenakan gak pernah makan sayur!" kilah istrinya yang masih berusaha menutupi ketakutannya.

Zio kembali melancarkan aksinya lebih gencar lagi. "Yang...." Zio merengek sambil mencolek-colek pinggang Ajeng saat si cantik sedang memasukan bumbu nasi goreng ke dalam wajan untuk di tumis.

"Ya udah, mau makan apa?" akhirnya Ajeng mengalah dikarenakan takut dosa.

"Hehehe, omelet kornet lagi aja yang!" jawab Zio bersemangat sambil berlalu pergi menaiki tangga menuju kamar. Zio bersenandung kecil merasa menang berdebat dengan Ajeng tentang SAYUR. Rekor baru nih, biasanya dia selalu kalah.

"Hallo Bian?" Zio masuk ke kamar karena ingin menelpon seseorang. "Bagaimana?" tanyanya kepada detektif kepercayaannya itu. Bian itu seorang pengusaha sukses yang suka berkeliaran memecahkan kasus dikarenakan cita-citanya sejak kecil adalah menjadi detektif, Bian merupakan salah satu spesies pria tampan yang aneh.

Zio mendengarkan penjelasan Bian sambil mengangguk-anggukkan kepala mengerti, Bian memang sangat bisa diandalkan. Bian dan Zio sudah bersahabat cukup lama dan perusahan mereka memang sering melakukan kerja sama jangka panjang.

Setelah Bian menjelaskan semuanya dia langsung terburu-buru mematikan teleponnya, dia bilang ada satu panggilan masuk ke telponnya yang lain. Bah, sibuk kali tuh anak. Sudah hampir satu minggu Zio tak bertemu Bian dikarenakan kesibukannya yang fokus kepada Ajeng.

Setelah segar karena mandi, Zio melihat Ajeng yang sudah berganti pakaian tidurnya ke pakaian santai di rumah, pasti dia mandi di kamar mandi bawah. Ajeng menyerahkan satu stel baju rumahan kepada Zio.

∞∞∞

Ajeng dan Mira sama-sama melongo melihat Zio memakan omelet kornetnya dengan lahap. Ajeng bahkan sampai menelan nasi goreng dengan susah payah. "Kenapa kalian?" tanya Zio dengan mulutnya yang masih penuh dengan omelet kornet.

Mereka -Ajeng dan Mira- kompak menggeleng, belakangan ini Zio memang aneh. Dia suka sekali makan omelet, Ajeng curiga suaminya sudah salah makan vitamin. "Sudah kasih kabar dengan calonmu itu Mir?" Zio bertanya kepada Mira dengan tangannya yang masih sibuk memasukkan potongan omelet ke dalam mulutnya.

"Eh, sudah Mas."

"Bagus, janjian jam berapa?" Zio memasukan potongan terakhir ke dalam mulutnya dan langsung meminum air putih yang sudah Ajeng siapkan hingga kering.

"Jam makan siang nanti Mas," jawab Mira dengan pandangan matanya yang tiba-tiba beralih kepada Ajeng. Sorot matanya mengatakan kalau ada yang tidak beres dengan bosnya itu. Ajeng yang mengerti pun mengangguk kaku menanggapi sorotan mata Mira.

"Aku duluan ya, kalau butuh apa-apa aku ada di ruang kerja," Zio bangkit dari duduknya dan melenggang pergi dengan tangannya yang menepuk-nepuk pelan perutnya. Astaga ternyata suami Ajeng itu bisa berubah sangat mengerikan.

"Mbak tadi malam kalian berdua gak salah prosedurkan?" tanya Mira dengan muka polosnya yang minta dicakar.

"Sepertinya enggak deh," Ajeng langsung mencoba mengingat-ingat apakah tadi malam ada kesalahan? Karena menurutnya tak ada yang salah, Ajeng pin kembali melanjutkan makannya. Mira juga sudah melanjutkan makannya kembali.

Bersambung...

Jangan lupa vote dan komentarnya😊

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top