[SP] - Birthday Dinner
"Selamat ulang tahun."
Samatoki menoleh ke sumber suara, dan melihat Rain sedang memegang sebuah kotak kecil yang dibungkus kertas kado berwarna biru dan dengan pita putih.
"Apa ini?" tanya Samatoki menerima kado tersebut.
"Jam tangan," jawab Rain datar.
"Kenapa kau malah menjawabnya? Apa gunanya kau bungkus dengan kertas kado?" heran Samatoki membuka kotak tersebut, menampilkan sebuah arloji putih.
"Dan apa gunanya aku bilang 'rahasia' jika pada akhirnya akan kau buka juga?" tanya Rain kembali, kemudian berjalan menuju keluar kamar mereka.
"Mau ke mana kau?"
"Aku akan ada di rumah seharian ini," jawab Rain melirik ke arah Samatoki, "bagaimana denganmu? Bukannya kau akan merayakan ulang tahunmu dengan Nemu."
"Kau tidak ikut?" tanya Samatoki mengerutkan alisnya.
Rain yang sudah hampir keluar langsung berhenti mendengar pertanyaan Samatoki, dia kemudian kembali berbalik dan berjalan mendekati Samatoki. Saat sudah berdiri di depan laki-laki itu, Rain melingkarkan tangannya ke leher Samatoki—memeluk sang laki-laki.
"Ya, maafkan aku, oke?" gumam Rain.
Samatoki tak mengatakan apa-apa, hanya membalas pelukan Rain. Setelah itu mereka melepaskan pelukan mereka. Rain tersenyum lalu melambai pada Samatoki.
"Sekarang kau menunggu apa? Tidak baik membuat Nemu menunggu, kan?"
Samatoki memandang lama Rain, sebelum akhirnya menghela napas dan mengangguk. Laki-laki itu kemudian berjalan keluar.
"Benar, aku akan kembali setelah merayakannya dengan Nemu."
"Yep, hati-hati. Sampaikan salam dan maafku pada Nemu, ya."
[][][]
"Oh, Rain-nee tidak bisa datang? Tidak apa-apa, dia sudah memberitahuku tempo hari, kok," sahut Nemu setelah mereka duduk di kursi makan.
"Dia sudah memberitahumu sebelumnya?"
Nemu mengangguk, lalu dia menghidupkan lilin yang ada di atas kue ulang tahun dan menunjukkan sebuah kotak kado.
"Sekali lagi selamat ulang tahun, Onii-chan!"
Samatoki tersenyum.
"Terima kasih, Nemu."
Mereka pun merayakannya seperti yang biasa mereka lakukan dari tahun sebelumnya.
"Tumben tidak menyiapkan makanan?" tanya Samatoki setelah menerima kue yang Nemu potong untuknya.
"Rain-nee tidak bilang?" tanya Nemu.
"Dia hanya memberiku kado, setelah itu dia tidak mengatakan apa-apa."
Nemu hanya tersenyum, lalu memakan kuenya.
"Rain-nee bilang dia akan membuatkan makan malam untuk Onii-chan, oleh karena itu aku tidak memasak."
Samatoki mengangkat sebelah alisnya, lalu bergumam panjang dan kembali memakan kue.
"Kurasa malam ini menunya makan malam khas Inggris, mengingat dia hanya bisa membuat makanan negara asalnya."
Mendengar komentar sang kakak membuat Nemu terkekeh pelan.
"Begitu, ya?"
[][][]
Samatoki menatap hidangan yang ada di depannya dengan kaget, sementara Rain yang berdiri di belakangnya hanya diam.
"Kau yang membuat semua ini?" tanya Samatoki menoleh ke arah Rain dengan tatapan tidak percaya.
"Tentu saja!" jawab Rain tampak tersinggung.
"Aku pikir aku akan makan malam seperti di restoran mahal khas Inggris," komentar Samatoki kembali melihat hidangan yang ada di depannya, "ternyata aku dihadapkan oleh makanan yang biasanya ada di Jepang."
Rain terdiam, kemudian menunduk.
"Apa kau tidak suka?"
"Siapa bilang?" tanya Samatoki menyentil dahi Rain, "yang kau siapkan adalah makanan kesukaanku, mana mungkin aku tidak suka."
Rain menghela napas lega. Samatoki mendekati hidangan makanan kesukaannya, kemudian mencicipi salah satunya.
"Hm, resep mana yang kau lihat? Rasanya enak."
"Ah—aku minta resep dari Nemu," jawab Rain membuang pandangannya, tersenyum senang saat mendengar pujian Samatoki.
"Begitu, ya?" gumam Samatoki.
Setelah itu Samatoki berbalik menghadap Rain, spontan membuat sang perempuan menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggung. Samatoki tak mengatakan apa-apa, tapi dia melangkah mendekati Rain.
"Samatoki?"
"Kemarikan tanganmu."
"Eh, kenapa?"
"Kau menyembunyikannya, pasti ada sesuatu," sahut Samatoki.
"Tidak ada apa-apa kok," ucap Rain datar—walau samar terlihat dia berkeringat dingin.
"Kalau begitu tanganmu pasti terluka," balas Samatoki mengulurkan kedua tangannya, "tunjukkan padaku, kuso onna."
Sebelah mata Rain berkedut, namun sang perempuan hanya mendengus lalu meletakkan kedua tangannya di atas tangan Samatoki.
Saat itu Samatoki melihat banyak plester tertempel di tangan Rain, mungkin hampir ada di setiap jarinya.
"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Samatoki, "aku ingat kau bisa memasak."
"Masakan khas Inggris? Ya, aku bisa memasaknya. Selain itu? Mhm, nah."
"Kenapa membuat masakan Jepang kalau begitu?" tanya Samatoki.
"Karena hari ini ulang tahunmu, sialan," jawab Rain kesal.
"Kau bisa membuatkanku makanan seperti biasa."
"Ya ampun, kenapa aku bisa menikahi laki-laki kampret sepertimu?" heran Rain, "jika suaminya ulang tahun, tentu istrinya ingin membuat sesuatu yang spesial."
Kali ini sebelah mata Samatoki yang berkedut, namun sang laki-laki menghela napas panjang lalu memeluk Rain, mengagetkan sang perempuan. Tidak hanya sampai di sana, Samatoki kemudian menyandarkan kepalanya ke pundak Rain.
"Aku hanya tidak senang kau terluka, bodoh."
Rain berkedip beberapa kali, perlahan membalas pelukan Samatoki.
"Hanya sekali-kali, tidak apa-apa kan?"
"Tahun depan jangan ulangi."
"Mulai sekarang aku akan latihan kok, agar aku bisa membuatkan makanan kesukaanmu kapan pun," sahut Rain terkekeh.
Pelukan Samatoki mengerat, dan terdengar helaan napas darinya.
"Baguslah, kalau begitu."
"Sekali lagi selamat ulang tahun, kusoyaro."
"... terima kasih, kuso onna."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top