[OS] - Panggilan Sayang
Samatoki memandang Rain yang tampak asyik mendengarkan lagu dari headphone yang menempel di telinganya, serta pandangannya yang menoleh keluar jendela kamar mereka. Samatoki duduk di sebelah Rain, namun tampak perempuan itu tidak menyadarinya.
Oh, dia menoleh ke arah Samatoki.
"Ternyata kau," komentar Rain singkat sebelum akhirnya kembali menatap keluar jendela.
Sebelah mata Samatoki berkedut, namun memilih untuk diam. Tangannya kemudian meraih Rain untuk memeluk sang perempuan. Rain kembali melirik ke arah Samatoki, mendengus sejenak sebelum akhirnya kembali fokus pada lagu yang dia dengar.
"Apa sih yang kau dengar sampai mengabaikan sekitarmu?"
"Ah."
Rain spontan menoleh ke arah Samatoki yang memakai headphone putih miliknya. Ekspresi Samatoki langsung berubah tak senang saat mendengar lagu yang keluar dari headphone.
Lagu Dotsuitare Honpo, divisi Osaka.
"Kenapa kau mendengarkan lagu mereka?" tanya Samatoki langsung melepas headphone tersebut dari kepalanya.
"Tidak boleh?"
"Aku tanya kenapa, bodoh."
Sebelah mata Rain berkedut, tapi perempuan itu hanya menarik napas singkat lalu menghembusnya. Di luar dugaan, dia justru mengalihkan pandangannya.
"... an."
"Hah?"
"Karena aku suka bagian Rei-san, puas!?"
Samatoki memandang Rain yang mengembungkan pipinya—terlihat pipinya memerah dengan jelas karena kulitnya yang putih.
"Kenapa kau menyukai bagiannya?" tanya Samatoki heran.
Rain memandang lama Samatoki, sebelum akhirnya dia membuang pandangannya.
"Aku suka saat mendengar bagian Rei-san menyebut Baby," Rain meraih bantal sofa dan memeluknya, "dia seperti memanggil seseorang."
Samatoki memandang kesal istrinya yang mengeluarkan asap (imajiner) dari kepalanya.
"Apa? Hanya itu?"
"Kau tidak mengerti, Samatoki," gumam Rain, "dia memberi nama panggilan sayang."
"Aku memberimu juga, asal kau tahu," sahut Samatoki.
"Kuso onna bukan panggilan 'sayang', sialan," kesal Rain menyambar headphone miliknya kemudian kembali mendengarkan lagu tadi.
Samatoki menghela napas kasar, kemudian kembali melepaskan headphone Rain dari kepalanya, membuat sang perempuan menatap kesal dirinya.
"Apa sih!?"
"Asal kau tahu, hanya kau yang kupanggil begitu," ucap Samatoki menyentil dahi Rain, "jadi itu panggilan sayang dariku untukmu."
Rain masih menatap Samatoki dengan kesal, tampak sebelah tangannya mengelus dahinya yang disentil Samatoki, sementara tangannya yang lain mencoba meraih headphone yang berada di tangan sang laki-laki.
"Aku tidak segila itu untuk menganggap 'wanita sialan' sebagai bentuk kasih sayang," protes Rain, "kembalikan! Aku masih ingin mendengar lagunya."
"Kalau begitu, ayo buat yang baru."
Rain berhenti bergerak, kemudian menatap kaget Samatoki yang mengangkat sebelah alis.
"Hah?"
"Baby?"
Wajah kaget Rain spontan berubah jadi semerah tomat—mengagetkan Samatoki.
"Hei apa-apaan itu—aku tidak memintamu melakukannya!" protes Rain menyembunyikan wajahnya di bantal yang dia peluk.
Seringai nakal terlukis di wajah Samatoki, membuatnya mengeratkan pelukannya pada Rain.
Sepertinya asyik kalau menjahili istrinya sekarang.
"Bagaimana kalau sayang?"
"Diam."
"Matahariku?"
"Jijik."
"Belahan jiwaku?"
"Diaaaaam!"
Samatoki terkekeh, dan seolah teringat sesuatu, seringai nakalnya kembali.
"Oh aku tahu."
Samatoki mendekatkan wajahnya ke telinga Rain.
"Bagaimana kalau Babe?"
Detik itu juga sebuah bantal melayang ke wajah Samatoki, mengagetkan sang laki-laki. Saat dia ingin mengungkapkan kekesalannya, Rain sudah berdiri dari sofa, dan berjalan menuju pintu keluar kamar mereka. Samatoki berkedip kaget saat melihat telinga Rain terlihat merah, kemudian senyum lebar kembali terlukis.
"Mau ke mana, Babe?"
"Jangan panggil aku begitu!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top