BAG 6 : OM MODUS!

Kesan pertama menentukan penilaian selanjutnya. Barangkali itu yang terjadi pada Aisha. 😁
Ada apa gerangan? Yuk baca kelanjutan kisah mereka. Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya, ya. 😉
Danke 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

🌹SECRET ADMIRER🌹

⛵⛵⛵

Tak ada hal yang lebih membosankan buat Aisha dari hanya sekedar duduk diam di tengah kondisi pasca bencana begini. Kakinya serasa gatal ingin berlari, atau menyeburkan diri ke air saja. Sungguh itu lebih baik dari hanya jadi penonton budiman di bangsal inap ini. Pagi tadi, Tara sempat membesuknya dengan alasan visite dan meninggalkan cemilan di nakas. Lalu pergi cuek bebek dengan gerutuan Aisha seakan tak melihat keberadaan pasiennya. Belum berhenti juga pria itu memodusi, gerutu Aisha gemas.

Tak lama Rendra dan Yoga juga datang menyapa, menghujani Aisha dengan ocehan tentang penggemar legend reporter kecintaan nusantara yang tak lain adalah kakek Rendra. Sejujurnya, Aisha merasa geli ketika melihat tingkah dua Kelasi itu. Kadang bikin malas tapi juga cukup menghibur dalam kondisinya yang kandas melakukan tugas.

Niel juga datang sebentar dan pamit keluar. Dan malam ini, usai dinner nasi bubur, Aisha memutuskan untuk menenangkan diri dengan meditasi. Gadis itu memang sering melakukan meditasi ini semenjak berdamai dengan kenyataan pasca divonis dengan syndrome MRKH.

Konsentrasi Aisha yang sedang focus melakukan "Meditasi Om" pecah ketika suara panggilan masuk ke nomor ponsel-nya. Sedikit menghela napas enggan, ia melihat ke layar, dan menemukan nama Dicki di sana.

"Hallo," ucapnya tenang siap mendengar kalimat apa pun dari seberang.

"..."

Saksama, ia mendengarkan semua kalimat yang dipaparkan Dicki lewat udara. Dengan mudah bisa Aisha simpulkan bahwa Dicki mundur dan minta maaf. Tak ada kata kecewa apalagi nada duka. Aisha hanya tersenyum elegan seperti biasa.

"Nah, gue bilang juga apa? Ha ha ha!" ujarnya tertawa. Mungkin tepatnya menertawakan nasibnya sendiri. Tenang, ia menekan tombol panggilan ke nomor sang Papa untuk berbagi cerita apa saja. Namun yang jelas, tidak untuk insiden korban longsoran kemarin yang tak lain adalah dirinya. Aisha tak ingin dua orang kesayangannya khawatir di sana.

"Sha, video dan data udah gue kirim ke email lo, ya!" Niel datang begitu Aisha hendak menyudahi panggilan telepon dengan sang Papa. Menyadari sang rekan masih bicara, Niel mengambil duduk di samping ranjang menanti Aisha selesai.

"Okay. Kayak biasa'kan?" kata Aisha kemudian begitu menutup panggilan.

"Hu-um. Lo tinggal jembreng aja," kata Niel gemulai.

"Ha ha ha. Makasi, Niel. Gimana di lapangan?"

"Aman. Supaya ada laporan ke DuMed, gue rekam beberapa kegiatan yang ada di lapangan. Entar gue kirim lagi ke DuMed biar bisa tayang untuk berita terkini di sini."

"Sorry, ya, Niel. Lo jadi kerja sendiri," ucap Aisha meringis.

"Santai, hai rekan Cencalokuuuu! Sesama rekan Cencalok meski saling mengerti. Ho ho ho!" ujar Niel pada Aisha yang sama-sama menyukai udang dengan nada mirip tokoh Papa Zola. "Cuma on cam doang kok gue. Selebihnya 'kan kerja editor DuMed. Teros lo yang lanjut jembreng di sosmed. Abis itu tayang lah pula di berita khusus DuMed," ujar Niel santai sambil meneguk sebotol air mineral yang ia bawa diikuti kuluman senyum Aisha.

"Eh, lo kemarin jadi tidur di musala kapal?"

"Jadi lah. Nggak mungkin gue lompat ke laut bobo sama ikan-ikan. Jadi mermaid dong gue," jawab Niel sengklek diikuti tawa Aisha yang menyukai tingkah pola rekannya. "Kenapa?"

"Malam ini, di situ lagi 'kan?" tanya Aisha pula.

"He-em lah!"

"Temenin gue entar, yuk!"

"Bobo? Di sini?" goda Niel menimpali dengan alis mengernyit.

"Bukan itu, semprol! Keluar. Sumpek gue di bangsal mulu. Pengen keluar sendiri malu."

"Gaya lo malu. Ama sape? Dokter tentara itu? Cie ... cie ...."

"Ish! Paan sih! Gue masih terseok kalau jalan sendiri, Wak Geng! Malas ah kalau tetiba ada yang lihat, entar gue dimodusin lagi. Ogah!"

"Ha ha ha. Okay, okay, okay!"

"Ya udah. Gue kerjain data yang lo kirim dulu, abis itu kita keluar, ya!"

"Yuk, yak, yuuuuuk!" ujar Niel mengibas tangan kemayu.

Ditunggui Niel yang duduk tenang main game di samping ranjang, Aisha menunaikan tugasnya sebagai jurnalis DuMed. Ya, selain ikut turun meliput, Aisha juga menulis article di blog dan instagram pribadinya berdasarkan data real tentang apa yang ia liput di lapangan.

Dulu, Aisha juga pernah punya acara khusus di Duta Medium yang bertajuk; "Aisha's Traveller". Baginya itu adalah kesempatan emas. Ambisinya keliling dunia bisa terwujud lewat pekerjaannya. Lewat program itu juga lah Aisha banyak dikenal di penjuru nusantara.

Ingatannya berkelana ke masa di mana pertama kali bertemu dengan si artis dadakan alias Dokter Tentara yang kini dijulukinya 'Om modus!'. Lewat petualangannya meliput ke sana kemari itu juga lah pertama kali mereka dipertemukan.

Hari itu, pesona alam bawah laut pulau Senua tengah terpampang di depan mata Aisha. Ia dan Delon dan tim sengaja menyempatkan diri singgah ke pulau itu setelah meliput konflik kapal Tiongkok yang masuk ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara. Buncahan rasa bahagia tengah memenuhi hatinya. Sejenak ia bisa lupa tentang pilu yang mengendap dalam hati atas hinaan tentang kekurangan dirinya yang mengidap syndrome MRKH.

Senyum Aisha merekah sempurna. Instruktur diving sedang sibuk dengan peserta diving yang lain. Tiba-tiba saja dunia sekitarnya bagai menghilang. Hati Aisha mengasihani dirinya sendiri ketika melihat makhluk hidup bawah air yang berenang bebas tanpa tuntutan social.

Hatinya tak sadar bergumam, andai saja ia bukan manusia yang penuh dengan konflik dunia. Aisha memejam mata dan menghentikan gerakan mengayun fins di kakinya. Ia membiarkan tekanan air mengayun ringan tubuhnya seakan semua beban dalam hati ikut menghilang. Perlahan, snorkel di mulutnya pun terlepas.

Hingga beberapa detik berjalan, tiba-tiba saja ada dua tangan yang memegang--entah gerakan mengguncang--tubuhnya. Aisha refleks membuka mata dan panic ketika menemukan seorang pria dengan pakain penyelam berwarna hitam tepat di depan muka. Wajahya yang menggunakan mask dan snorkel membuat Aisha sulit menangkap jelas lukisan wajah sang pria. "Lelaki ini mencari kesempatan? Kurang ajar!"

Aisha kembali mengayun kaki, berusaha melepaskan pukulan dan tendangan. Ia meraih snorkel-nya lagi dan berenang ke permukaan.

Beberapa orang dari peserta diving naik ke kapal. Dengan napas tersengal ia mengedar pandang ke setiap orang untuk mencari sosok di dalam air barusan. Ingin ia merutuk geram padanya yang berniat kurang ajar. Ramainya orang di atas kapal membuat ia kesulitan untuk mencari dan menandai wajah tadi. Sampai sesi akhirnya ia dan Delon akan pulang, Aisha melihat sekilas seorang lelaki di antara beberapa pria dengan celana loreng sempat melirik sekilas ke arahnya.

Itu? Kamu? Itu dia orangnya!

Yakin, Aisha mengejar orang itu. Namun terlambat, bersama rombongan tentara lainnya mereka sudah pergi menggunakan pompong pergi menjauhi kapal.

"Hhh! Kodok hijau rupanya! Dasar!" gerutu Aisha geram.

"Lo, kenapa, Sha?" tanya Delon yang mengejar Aisha. "Ngejar rombongan tentara itu? Minat?" ledek Delon sumbang.

"Paan sih! Malas iya!"

Aisha lalu menceritakan kejadian saat ia berada di bawah air dengan menggebu pada Delon.

"Lo sih! Ngapain juga tidur dalam air! Barangkali dia mau nolongin, Sha!"

"Kenapa lo jadi belain tuh orang?!"

"Bukan. Bisa aja 'kan? Lagian ... apa yang salah kala lo minat? Seriusan lo nggak mau jadi istri aparatur negara?" ledek Delon tertawa. "Mereka itu type lelaki setia. Negara aja dijaga, apalagi istrinya!"

"Iya, setia! Alias setiap tikungan ada!" celetuk Aisha ketus yang punya pandangan bahwa profesi tentara pasti punya banyak wanita di mana-mana.

Mengingat kejadian hari itu, semakin membumbung tinggi saja imeg jelek untuk sang pria dalam hati Aisha. Kini ia malah sudah tahu siapa nama pria itu. Tara. Lelaki yang kemarin juga melakukan modus yang sama padanya. Sebab itulah sejak pertama kali melihat kembali wajah sang pemuda yang sudah ia tandai--sejak hari itu--terpampang di layar televisi, dielu-elukan sekian banyak orang, Aisha malah sebaliknya. Batin Aisha malah meronta sarkastik terlebih imeg tentara baginya tak bisa dipercaya.

Dia? Pemuda modus di bawah laut Senua!

Aisha bergidik. Bisa-bisanya dan entah bagaimana mereka malah bertemu lagi di kafe hingga merambat juga ke Sulawesi.

"Dasar! Om modus! Pasti dia semakin naik kepala setelah wajahnya itu terpampang di TV dan digemari, dikejar-kejar banyak wanita. Memang itu 'kan yang dicarinya?" gerutunya lirih tak suka.

"Apa lo bilang, Sha?" tanya Niel memastikan, mengira Aisha bicara padanya.

"Oh ... nggak! Gue cuman lagi ngomong e-e sa-ma data ini nih," jawabnya meringis diikuti ekspresi aneh Niel.

"Udah, yok ah! Buntu otak gue. Entar gue lanjut lagi. Refresh mata dan otak dulu, yok!" pekik Aisha meronta meredakan kesal tentang kejadian di Pulau Senua Natuna tiga setengah tahun lalu itu.

Dengan kursi roda Aisha dibawa Niel ke buritan KBRS. Berjalan sendiri sebenarnya ia bisa meski terseok. Namun pasti akan memakan waktu lama untuk bisa sampai ke sana. Niel tak sabar jika harus melihat Aisha menahan sakit lalu berjalan seperti siput. Ia yang bersikeras meminta Aisha duduk di kursi roda agar ia yang mendorongnya.

Kondisi KBRS terkini semakin ramai. Aisha mengedar pandangan ke setiap ruang yang mereka lewati. Niel berhenti tepat di buritan memletakkan kursi roda menghadap ke lautan.

"Huaaah!" pekik Aisha mengeluarkan oksigen yang sejak tadi mengendap dalam paru-paru seraya membuang pandang jauh ke tengah laut.

"Noh, makan kenyang-kenyang angin lautan. Simpen dalam kantong buat stok di dalam bangsal!" ujar Niel girang menggoda Aisha.

Aisha mendengkus. "Tolong simpanin buat gue dong, Rekan Cencalo ...!" Yang direspons dengan dengkusan Niel pula.

Untuk beberapa saat mereka saling bercengkerama dan bertukar tawa. Niel pamit meninggalkan Aisha ketika ada sebuah panggilan telepon dari rumah.

Aisha memandang ke langit penuh gemerlap malam ini. Indah selaksa pesonanya cukup menghibur hati Aisha. Ya. Ia selalu jatuh cinta dengan pemandangan langit biru apalagi taburan bintang malam. Entah magnet jenis apa yang tergantung di sana. Karena nyatanya selalu berhasil membuat Aisha ingin datang menikmati keindahan dari bawah kolongnya. Di bentangan langit itu tiba-tiba terlihat kerlip bagai bintang yang berjalan, perlahan pun mendekat. Aisha mengangkat alisnya. Itu ... heli!

Seorang Ground Marshall di buritan terlihat memberi aba-aba visual pada pilot helikopter. Aisha mengalihkan pandang ke sana. Kuat angin dari terpaan helicopter menyapu angin laut dan debu di buritan. Begitu helicopter itu berhasil mendarat dengan tepat, beberapa tim nakes yang semuanya lelaki berlari mendorong emergency stretcher menuju helicopter siap menyambut pasien dari heli. Tak lama korban dibaringkan di stretcher dan nakes itu sigap berlari mendorong kembali membawa pasien ke IGD.

Saksama, mata Aisha menangkap gerak cepat mereka dan tak sengaja menemukan sosok tubuh tegap tinggi dalam kelompok yang sigap mendorong stretcher itu. "Om modus!" ucap hatinya malas. Namun entah ia sadar atau tidak, tanpa sengaja sisi lain hatinya berdesir dengan irama berseberangan dari gumaman.

Membuang pandang kembali ke laut, Aisha memejam mata melakukan sugesti 'Meditasi Om'. Sensasi suara deburan ombak dan angin laut menerpa wajah membuatnya cukup rileks sempurna. Sedang tenggelam dalam konsentrasi, tiba-tiba Aisha menyadari ada benda yang dilekatkan untuk menyelimuti tubuhnya dari belakang. Perlahan, ia membuka mata dan mendapati sebuah jaket sudah bertengger di pundaknya. Mata Aisha mengedar sekitar, tapi tiada sesiapa. Ia raih jaket itu dan menemukan sebuah kertas terselip di depan saku.

"Hai, Nona. Tidur di dalam. Jangan di sini. Anak gadis nggak baek kelayapan malam-malam. Nenek bilang itu berbahaya!"

Aisha mendengkus hingga pupil birunya bergerak-gerak sebal. Tiada nama sesiapa tertulis di kertas itu. Namun agaknya ia bisa menebak siapa tersangkanya.

Ia merutuk saat ketika otaknya malah membayangkan si Dokter menyebalkan itu berkata seakan tengah menyanyikan kalimat terakhir dari pesannya sambil berjoget ria.

"HIIIIH!"

°°°°

Ada yang ikutan nyanyi atau bayangin kayak Aisha kagak? 😁😂

🌹🌹🌹

Meditasi Om disebut juga meditasi AUM yang berarti :
A - menyimbolkan keadaan sadar
U - menyimbolkan keadaan tenang
M - menyimbolkan keheningan












Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top