BAG 27 : SEAWORLD

Alhamdulillah. Selamat membaca. Jangan lupa tanda cintanya, ya, Kakaaa ❤❤

Virtual shoot dari Kapten Laut dr. Tara Adiwilaga 😉pew! 👉🔫🌹🌹

🚢🚢🚢

Begitu mobil itu hadir, Fauzi sudah bisa menebak siapa yang tiba. Papa Aisha yang sedang menyiram tanaman di halaman menoleh dengan tenang.

"Assalamu'alaikum, Om," sapa Tara dan menyalaminya. "Bella, salim dulu. Ini Kung juga." Tara sedikit menelengkan kepala agar bisa menatap Bella yang berada dalam gendongannya. Gadis kecil yang ramah dan ceria pada siapa saja itu menurut.

"Namanya, Bella?" sapa Fauzi hangat.

"Hu-um. Odet Bewa, Kuung," kata Bella lucu.

Tara terkekeh geli mendengar cadel gadis kecilnya.

"Oooh, iya. Nama yang cantik. Secantik paras dan hatinya!" Fauzi mencubit gemas sebelah pipi Bella hingga gadis kecil itu tertawa senang karena malu.

Di teras sana.

Aisha baru saja keluar dan mengernyit heran melihat Tara tak datang sendiri. Pemuda itu memohon dengan sangat agar Aisha mau meluangkan waktu di weekend ini untuk pergi bersamanya. Setelah minta izin ke Fauzi, akhirnya Aisha setuju dengan niat untuk membuka diri sesuai saran Fauzi.

Namun Tara tak mengatakan akan datang bersama seorang gadis kecil. Melihat kedekatan mereka, Aisha bisa menebak apa hubungan keduanya.

Apa karena itu ia tak acuh saja dengan kekurangan Aisha? Sebab sudah ada Bella sebagai putrinya? Yang artinya mereka tak kan hidup berdua selamanya? Ada gadis kecil yang akan mengisi hari mereka?

Lagi-lagi ada beban yang kembali terangkat dari hati Aisha. Gadis itu menatap lekat langkah kedua insan yang mendekat.

"Hai, Bunda Aisha. Ini Bella. Salim juga, Sayang." Tara mengenalkan Bella dengan manja mengikuti aksen gadis kecil itu.

"Bunda?" Bella melirik Tara dengan sorot bertanya dan mulut maju.

"He-um. Bella boleh panggil Bunda, Mama, atau ... Mami juga boleh. Bella suka yang mana?"

Gadis itu mengerling seolah berpikir.

Aisha tersenyum tapi matanya menatap Tara penuh tanya.

"Bella ini ... putri kita." Tara mendekat ke telinga Aisha dan berbisik sambil mengedipkan mata. "Saya pernah bilang kalau laut dan langit punya cakrawala 'kan? Maka ini cakrawala kita." Pria itu mengayun-ayun Bella di tangannya. Gadis kecil itu tertawa.

"Maaf baru sekarang sempat memperkenalkan Bella sama kamu. Selama ini kita selalu tidak punya waktu yang tepat untuk bicara ini."

Aisha tak menjawab apa pun perkataan Tara. Tapi ia terus menatap Bella, menyentuh lengan mungilnya dan tersenyum hangat.

"Bella." Aisha bergumam dengan mata berkaca.

"Kalau kamu tidak keberatan, saya harap kamu mau menjadi ibunya. Nggak usah dijawab sekarang. Nanti aja. Hari ini kita akan habiskan waktu dulu bersama. Hhhm!"

Lagi-lagi Aisha hanya bergeming. Tak ingin terlalu tergesa menjawab situasi ini.

"Yuk! Kita berangkat? Kamu udah siap 'kan?" tanya Tara selanjutnya.

Aisha mengangguk. Mereka pun pamit pada Fauzi dan dilepas dengan tawa hangatnya.

Di depan kemudi, Tara memangku Bella dengan bahagia. Kedua insan berbeda postur tubuh itu saling berbincang lucu dan sesekali tertawa.

"Pa ... sepawat itu, Pa?" Bella mendongak, mengamati benda bergerak lewat kaca sunroof mobil yang sengaja dibuka Tara.

"Pesawat, Sayang. Pe-sa-wat."

Tawa renyah gadis itu menggema.

Aisha yang duduk di sebelahnya ikut menarik senyum melihat tingkah Bella yang memang menggemaskan. Hatinya perlahan merekah. Membayangkan kalau mereka adalah keluarga yang lengkap.

"Bella mau duduk sama Aunty? Sinih. Aunty pangku. Biar Papa bisa fokus nyetir, ya," tawar Aisha ramah.

"Onty apa Bunda?" Gadis itu melirik polos.

Aisha yang tak menyangka mendapatkan pertanyaan itu tergagap, membuat seringai lucu terbentuk di wajah Tara.

"Eng. Bella sukanya yang mana?"

Bella tak menjawab tapi dia menatap Aisha, mau tapi malu. Sungguh gadis kecil yang sportif dan menggemaskan sekali.

"Nggak papa. Terserah Bella nanti nyamannya yang mana. Hhmm? Sekarang kemari. Aunt--"

"Bunda aja. Mama juga boleh. Biar Bella terbiasa. Gimana, Bella?" Tara merunduk mencium kepala gadis itu.

Aisha tak mau berdebat. Akhirnya ia hanya kembali tersenyum pada Bella dan mengangkat tangannya lagi.

"Boweh, Pa?" Bella mendongak menatap wajah Tara meminta persetujuan.

"Boleh banget dooong! Bella mau?"

Gadis itu melirik Aisha sekilas dan kemudian memberikan tangannya. Surprise! Prestasi gemilang di pertemuan pertama.

Aisha yang tanggap menelusupkan tangan ke ketiak Bella dan mengangkatnya ke pangkuan.

"Kita mau ke mana hari ini, Bell?" tanya Aisha mencairkan suasana sambil meletakkan pipinya di samping Bella.

"Nggak tau. Papa biwang mau jawan-jawan sama Bunda antik."

"Uhmm, Papa bilang gitu? Coba tanya lagi. Kita mau ke mana?"

"Mau ke mana, Pa?"

"SeaWorld. Kita mau lihat baaaanyak ikan. Bela 'kan suka lihat aquarium. Nanti kita lihat yang besar."

"Di wumah juga beusaw."

"Lebih gede lagi dari yang di rumah." Tara mengedipkan mata, lalu berpindah ke netra Aisha dengan hangat. Tiba-tiba saja tangannya terangkat mengelus puncak kepala dua wanita di sampingnya secara bergantian.

Aisha terperanjat dan melirik aneh. Namun kemudian menarik kuluman senyum melihat gurat wajah Tara terbit begitu tulus.

Sampai di SeaWorld Ancol.

Bella langsung histeris begitu masuk dan melihat aquarium raksasa. Semakin teriak ketika melihat ikan pari besar melintas di atas mereka bagai sedang terbang di udara. Aisha yang menggendong Bella tak kalah tertawa lepas. Ia tak menyangka begini rasanya memeluk seorang gadis kecil dan begitu diterima. Di sana, Tara sedang merekam adegan itu dengan kamera ponsel-nya. Bibirnya tak henti melengkung. Tak salah ia memilih SeaWorld sebagai tempat destinasi mereka hari ini. Agaknya mereka bertiga sangat cocok karena punya object kesukaan yang sama.

Apa ini yang dinamakan jodoh?

Bertiga, mereka menyaksikan atrakasi bawah air oleh beberapa penyelam. Bukan hanya Bella, bahkan Tara dan Aisha berdecak luar biasa ketika melihat ikan-ikan kecil itu berkumpul, mengepul bagai kepulan asap lalu memecah indah. Sangat-sangat indah.

"Jadi pen diving." Aisha bergumam histeris. Tara menoleh, menarik senyum sarat makna.

Setelah berkeliling.

Bella tengah tergelak karena digoda Aisha. Dua wanita itu agaknya cukup cepat akrab. Masih merekah tawa mereka, cepat-cepat Tara mendekat dan merapat hingga lengannya berdempetan dengan Aisha yang tak sempat membuat ekspresi terkejut dan Tara secepat kilat menangkap gambar selfie mereka.

Alhasil, wajah Aisha terlihat tertawa lepas di sana. Terbukti dari mata Tara yang berbinar menatap hasil tangkapan kameranya.

Binar dari manik matanya tak bisa ia sembunyikan kalau hari ini sungguh ia sangat bahagia.

Pria itu mengangkat mata tepat ke Aisha sebab tahu benar ia sedang meringis bengis karena aksi Tara. Seperti dirinya, tentu saja hal itu diabaikan Tara seolah ia tidak melihatnya.

"Bunda, Bewa mau minum."

Aisha meminta botol minum di dalam tas kecil khusus perlengkapan Bella yang tercangklong di pundak Tara dan menyodorkannya ke mulut gadis itu. Jika orang melihat, sungguh mereka adalah pasangan serasi, dua orang tua percaya diri, atau keluarga bahagia dengan seorang putri. Setelah itu gadis itu minta diturunkan dari gendongan, untuk melihat patung ikan.

"Udah cocok," bisik Tara di telinga Aisha.

"Apanya?" Mulut Aisha tertarik menjadi segaris.

"Bukan cuma kamu. Saya, kamu dan Bella. Kita serasi. Ya 'kan?" bisik Tara lagi menggoda.

Mendengar itu Aisha menahan tawa dan melirik sengklek tapi hatinya bahagia.

Di samping Aisha, mata Tara menyeksamai tangan wanitanya. "Ehm, belum mau pakai, ya?" kata Tara membuang pandang kecewa. Aisha tahu arah dan maksud kalimat itu ke mana.

"Pa, ayo kita wiat ikan wagiiiii." Bagai sengaja, Bella mengintrupsi perbincangan Aisha-Tara.

"Okay, okay."

Tiba-tiba botol minum yang baru diletakkan Aisha di samping tas Bella terjatuh. Aisha merunduk hendak meraihnya dan rupanya Tara refleks ikut merunduk juga. Hasilnya, kepala mereka pun berbenturan.

"Aw!"

"Aduh!"

Aisha dan Tara sama-sama memegang dahi dan mengaitkan pandang. Tangan Aisha lebih dulu mendapatkan botol dan segera berdiri.

"Sorry," kata Tara meringis dengan senyum--pura-pura--kesakitan.

"Paaaa .... "

"Ya, Sayang." Pria yang dipanggil itu menatap ke bawah gadis kecil yang tingginya hanya sampai di atas lutut Tara.

"Jedut wagi. Jedut wagiiii!"

Aisha dan Tara mengernyit dan saling melempar pandang aneh secara bergantian.

"Cepet, Paaa. Jedut wagi! Cepeeeet!"

"Kenapa, Bella?" Tara merunduk, menekuk lutut untuk menyejajari matanya dengan Bella.

"Papa ama Bunda jedut wagi. Nanti dikejal guk guk. Kawo gak disambal petil!"

Pupil mata Tara melebar, secepat itu juga senyumnya tersungging geli, pun sama dengan Aisha. Dari mana kah gadis ini mendapatkan teori itu?

"Aaaa, cepaaat." Bella malah merengek ingin menangis. "Cepat, Paaa. 'Aaaa!" Dia menghentak kakinya juga.

Aisha dan Tara saling pandang bimbang tapi mulutnya berkedut menahan senyum geli. Tara mengendong Bella lalu bersama menghadap Aisha.

"Bundaaa cepeeet. Jeduuut. 'Aaa jedut wagi! Jedut wagiiii!" Bagai hendak tantrum gadis itu belum mau diam melihat kedua pengasuhnya hari ini tak jua menuruti permintaannya.

Aisha hanya bergeming salah tingkah. Namun Tara malah mendekat ke wajahnya, percaya diri membenturkan dahi mereka dengan netra menatap Aisha penuh sorot memuja. Gadis itu berdesir hebat. Baginya tatapan itu tak hanya sorot pemujaan, tapi juga sorot menyiratkan sisi kelelakian pria itu. Dan batin Aisha merutuk. Mengapa ia malah sungguh menyukainya, Tuhan?

"Haaah. Udah 'kan?" ucap Tara merayu Bella.

"Huu-uum." Bella yang mulai berembun akhirnya mengangguk-angguk lucu mengusap mata dengan punggung tangan diikuti mulut yang maju.

Tara memindahkan Bella ke gendongan Aisha ketika ponsel-nya berdering.

"Ya. Bro. Hu-um. Okay!"

Tara menutup panggilan.

"Yuk!"

"Ke mana lagi kali ini?" tanya Aisha.

"Ikut aja. Yuk!" Tara mengambil Bella dari Aisha ke gendongannya. Lalu satu tangannya menarik tangan Aisha tanpa dosa diikuti kernyitan gadis itu.

Aisha sempat menarik balik tangannya tapi tangan Tara malah makin kuat menggenggam.

"Om Moduuuss! Apaan sih!" gerutu Aisha dengan gigi yang rapat tapi suara yang rendah.

"Begini makin keliatan chemistry-nya. Pas!" bisik Tara di telinga Aisha yang tertarik ikut melangkah.

Sesuatu dalam hatinya menolak, tapi sisi lainnya menimbulkan gelenyar aneh di perut Aisha dan berefek four primary chemicals dalam darahnya pecah.

Tara membawa Aisha masuk ke area Ocean Dream Samudra.

Melihat underwater show dari aquarium raksasa di mana penyelam berinteraksi dengan lumba-lumba. Harmoni antara penyelam dan lumba-lumba menciptakan pemandangan yang sangat menarik dan sayang untuk dilewatkan.

Aisha berdecak histeris. Sesekali matanya berbinar, mulutnya tersenyum ingin. Sementara, Tara terlihat begitu bahagia menyaksikan semua ekspresi gadis itu seolah tontonan yang lebih menarik ada di sampingnya.

"Kamu suka?" tanya Tara yang sudah bisa menebak kesukaan gadis itu tanpa bertanya. Gelang, kipas angin mini, buku catatan, dan gambar Aisha duduk di meja kerja tak jauh dari ranjang yang Tara lihat di instagram milik Aisha sudah memberi tahu itu semua.

"Iyaaa!" ujar Aisha girang bukan main. Ia selalu ingin ke sini. Tapi selalu saja berhalangan untuk datang.

"Papaaa!" Bella bertepuk tangan menggoyang tubuhnya senang. Sesekali Tara menjelaskan pada Bella apa yang dilihatnya.

Puas menyaksikan itu. Mereka duduk beristirahat. Waktu sudah sore. Sebentar lagi waktu kunjung habis.

"Kita nggak keluar? Waktu kunjung dah mau habis nih!" seru Aisha.

"Bagus kalau waktu kunjung habis." Tara terkekeh diikuti kernyitan bingung di dahi Aisha.

"Kita memang menunggu waktu kunjung habis," kata Tara lagi.

Benar. Setelah para pengunjung keluar. Tara mengajak Aisha ke suatu tempat.
Ia berbincang sejenak dengan beberapa petugas.

"Kita mau ngapain? Udah tutup ini, Om!"

"Ssst! Duduk. Tunggu, ya. Kamu pasti suka."

"Apa?"

"Berenang dengan lumba-lumba."

Aisha terbelalak tak percaya melihat Tara berjalan dan berhenti sambil menyimpan tangan dalam saku celana di pinggir kolam, berbicara dengan petugas. Pesona pria yang ditatap dari kejauhan itu menggedor-gedor kuat di hati Aisha dengan ritme yang jauh dari kata lambat.

"Yuk. Ganti baju dulu. Bella sini sama saya."

Aisha mengerjap bingung. Apa yang pria ini lakukan? Bagaimana bisa? Kenapa boleh?

Ini ... impian Aisha sejak lama. Hanya saja, di mana ia bisa mendapat izin jika bukan di atraksi khusus yang membolehkan pengunjung berenang dengan lumba-lumba?

"Om. Ini ... serius?" tanya Aisha lagi dengan menahan buncahan kegembiraan tak jauh seperti Bella yang kegirangan.

"Hu-um. Mau nggak?" tanya Tara lagi datar.

"Mauuuu!" Aisha mengangguk dan ikut petugas berganti pakaian. Setelah itu Tara dan Bella juga sama.

Dan beberapa menit kemudian. bersama pemandu, Aisha, Tara dan Bella sudah berada dalam kolam, berenang bersama lumba-lumba.

Rasanya, Aisha ingin menjerit saking senangnya. Ini tak bisa dipercaya.

Berapa dana yang dihabiskan pria absurd itu untuk ini? Bagaimana ia bisa mendapat kesempatan ini?

Meski tak cukup lama tapi sudah membuat Aisha melepaskan rasa penasarannya. Setelah berganti pakaian mereka keluar menuju parkiran.

"Dok. Kok kita dibolehin tadi? Gimana caranya? Bayar berapa?" tanya Aisha penasaran.

"Bisa dooong. Kapten Tara gitu lho!" ujarnya jemawa membuat Aisha menarik bibir miring, mencibir.

Dalam hati Tara, tentu saja bisa. Keluarga Tara punya hubungan relasi dengan mereka.

Tara membawa Aisha dan Bella makan bersama di resto terdekat yang kebetulan punya arena bermain anak. Bella yang masih punya cukup energy, dengan mata berbinar langsung minta masuk.

Sambil makan, mereka melihat Bella yang bereksplorasi ke semua mainan.

"Kamu senang?" tanya Tara tanpa melepas tatapan dari Bella lalu sekilas ke Aisha.

Sejujurnya, tanpa menjawab pun Tara sudah bisa melihat itu semua di mata Aisha.

"Kenapa?" kata Aisha menyembunyikan malu.

"Ya mau tau dong. Kamu senang nggak hari ini? Dan ... kamu terkejut nggak kalau saya punya Bella?"

"Ehm. Sedikit sih. Kamu nggak pernah cerita punya seorang putri. Usia berapa Bella kehilangan ibunya?" tanya Aisha.

Pupil Tara bergerak samar. Ingatannya kembali terbang pada kejadian di puncak yang cukup menyakitkan buatnya, Bella dan keluarganya.

"Usia ... satu tahun."

"O, jadi Om itu resmi sendiri baru setahun ini?" tanya Aisha lagi.

Tara tak langsung menjawab. Ia hanya berbalik dan tersenyum menatap Aisha.

"Sejak kehilangan kamu, saya terus sendiri, Sha. Dari dulu saya sendiri. Jadi tolong. Kamu jangan pergi lagi."

Kalimat itu hanya sampai di kerongkongan Tara yang tercekat.

"Papaaa, Bewa mau puuuup."

Bella berlari dan menghentak-hentak kaki memegang lutut Tara.

"Okay. Yuk. Di sana." Tara yang sebenarnya sedang makan langsung bangkit membawa tas Bella dan menuntunnya.

Aisha mendongak menatap mereka yang menjauh. Serius, Tuan Dokter Tentara itu bisa mengurusi masalah istinja gadis kecil? Gumam Aisha.

Lima belas menit kemudian mereka kembali. Bella tampak semringah dan mulai makan.

Wow!

Aisha terpana. Entah bagaimana ini terlihat luar biasa di matanya. Karena setahunya dari para sahabat yang sudah menikah. Tak semua suami mereka lihai dalam urusan begini. Bahkan ada yang suaminya belum pernah menceboki anak mereka padahal usia anaknya sudah beranjak tiga tahun.

Menurut Aisha, bukan masalah lihai atau tidak. Mungkin masalah mau atau tidak. Jika saja mau, karena terbiasa pasti lihai juga 'kan?

Di dalam hati, Aisha mengangumi Tara. Yang bikin ia geli, mengapa malah untuk alasan kecil seperti ini? Pria itu tidak risih dan mau menceboki putrinya. Itu luar biasa.

Aisha tertawa di dalam hati.

"Kenapa kok senyum-senyum sendiri?" tanya Tara memecah fokus Aisha.

"Ha? Enggak. Emang aku senyum-senyum?" ucap Aisha berkelit.

"Hu-um. Senyum-senyum mikirin siapa?"

"Enggak."

Aisha melirik lucu.

"Belllaaaaa ...."

Suara seorang wanita terdengar memanggil Bella. Aisha dan Tara melihat ke asal suara secara bersama.

Wanita itu kini berjalan mendekat.

"Momy?" Tara bangkit. "Kok di sini?"

"Neeneeeek!" Bella mengangkat tangannya begitu melihat Yona.

Momy? Nenek? Artinya ... ini ibunya Dokter Tara? Deretan tanya berujung kesimpulan menggema di hati Aisha.

"Hhhm. Mama ketemu Tante Fina tadi di sebelah. Terus lihat kalian di sini."

"Oh. Mom. Kenalin ini Aisha."

Aisha merunduk dan menyalami Yona sopan. Mata Yona hangat menatap gadis itu.

"Aisha? Wow, kamu yang sering nongol di TV, ya? Sayangnya Tante jarang nonton berita. Tapi pernah lihat sih. Kayaknya kamu lebih lebih cantik aslinya." Yona menepuk-nepuk punggung tangan Aisha hangat.

"Duduk, Mom. Mau makan apa?"

"Nggak usah. Momy kenyang, Sayang. Kalian aja yang makan."

Yona duduk di hadapan Aisha. Cukup ia akui kalau Aisha memang cantik, berkerudung dan pakaiannya modis tapi tetap sopan.

"Aisha ini wanita yang kamu bilang ke Momy itu?" bisik Yona di sebelah Tara namun bisa ditangkap telinga Aisha.

Senyum Tara tersungging, pria itu mengangguk yakin. "Momy suka?" tanya Tara balik.

Yona kembali menatap Aisha sarat makna.

"Dia ... cantik."

Yona mengangkat dagu samar. "Aisha masih kerja di statiun TV?" tanya Yona.

"Masih, Tant."

"Ooh. Sering ke mana-mana dong, ya?"

"Dia emang suka traveling, Mom. Sama kayak Tara. Cocok kami," kata Tara manja.

Yona tersenyum melihat kebahagiaan di mata putranya. Belum pernah ia melihat Tara sebahagia ini ketika terkait masalah wanita.

Yona banyak bertanya tentang Aisha yang dijawab Aisha dengan santun dan ramah. Sesekali mereka bertiga saling melempar tawa.

"Momy duluan, ya. Deden udah dateng tuh." Yona bangkit setelah menerima telepon dari sopir pribadi mereka.

"Hati-hati, Mom." Tara bangkit, memeluk dan mencium ibunya diikuti Aisha yang menyalami Yona.

Sebelum beranjak, Yona menyentuh sebelah pipi Aisha dengan senyum hangat. Membuat Aisha merasakan desir kehangatan seorang ibu yang lama hilang darinya.

"Dada neneeek." Bella mengangkat tangan masih sambil mengunyah.

Tak lama setelah itu mereka menyusul pulang.

Di pangkuan Aisha, Bella tertidur pulas karena kelelahan.

Tara menghentikan mobil ke tepi.

"Kenapa?" tanya Aisha heran melihat Tara keluar dari mobil dan memutar ke samping pintunya.

"Bella biar di baby car seat belakang aja. Sengaja saya pasang kalau dia tertidur."

"Nggak papa kok dia aku pangku."

Tara hanya mengangguk beberapa kali tapi tetap mengangkat Bella pindah ke belakang. Lalu kembali ke kemudi.

"Bella cukup berat. Nanti kamu lelah. Orang ada car seat kok. Aman Bella di situ," kata Tara lagi yang melirik Aisha sekilas. Gadis itu sedang berbalik menatap gemas Bella di belakang tempat duduknya.

"Sha, gimana tadi perasaan kamu waktu ketemu Momy?"

"Uhm ... gimana, ya?"

"Nervous?"

"Ha ha. Dikit sih."

"Jadi gimana? Kamu udah punya keputusan belum?"

Aisha melirik sekilas dengan senyum terulas.

"Nggak papa sih kalau kamu masih mau mikir. Istikharah dulu deh. Tapi ... kalau bisa jangan lama-lama banget juga. Khawatir saya."

"Apanya?"

"Banyak yang mau sama saya. Uhuks!"

Aisha mencebik dan memajukan mulutnya sambil menatap sengklek.

"Pede amat? Sok ganteng!"

"Emang ganteeeeng!"

"Eeuum. Terrrooos!"

"Lah ini! Ngaku tampan disangka sombong, nggak ngaku nanti malah dibilang bohoooong."

Aisha tergelak. "Ngeleeees!"

Tara menatap Aisha dengan suka cita yang berderai. Asli, seharian ini gadis itu benar-benar sangat terbuka dan tidak jaga imeg saat bersama Tara. Tertawa lepas, dan lebih jinak dari sebelumnya. Hal itu sungguh-sungguh membuat hati Tara bahagia. Akhirnya moment ini datang juga.

"Banyak yang mau, ya tergantung Anda-nya juga. Kegatelan nggak?"

"Kalau sama kamu mungkin iya," jawab Tara cepat. "Tapi maunya jangan lama banget. Mumpung saya masih ada cuti juga. Hhm?" Tara melirik lagi sekilas gadis di sampingnya.

Sampai di rumah Aisha.

"Perasaan, berasa cepat banget sampenya!" lirih Tara konyol sambil mengedar pandang ke sekeliling.

Mendengar itu Aisha terkekeh. Sejujurnya, itu juga yang ia rasakan.

"Ya udah. Aku turun, ya. Thanks buat hari ini."

"Uhm, Sha! Itu apa di atas kepala kamu?"

"Apa?" tanya Aisha balik sambil mengusap kepala mencari sesuatu.

"Itu." Tara menunjuk lagi. "Itu." Pemuda itu memegang dagu pura-pura ragu membantu.

"Apa sih? Nggak ada kok ...."

"Ck! Coba sini saya lihat lagi. Agak ke sini."

Tangan Tara menyentuh kepala Aisha hingga gadis itu mencondongkan tubuhnya ke dekat Tara. Dan ....

Cup!

Sebuah kecupan mendarat di dahinya. Pupil Aisha melebar diikuti jantung yang berdebar.

"Istirahat yang banyak. Thanks buat hari ini. Tara, Aishiteru," bisik Tara cepat.

PLAK!

"Aduh!"

Sebuah pukulan mendarat di lengan Tara. "Kamuuuu! Modus! Dasar modus! Ck! Kamu pikir--" Aisha memelotot hingga giginya merapat dan bergemeletak.

"Sssssst!" Telunjuk Tara menempel di mulut, lalu mata melirik Bella sebagai kode buat Aisha agar merendahkan suara.

Gadis itu semakin merapatkan gigi. "Bapaknya sih! Cari gara-gara!" ujarnya sengit dengan suara kecil diikuti kekehan Tara.

"Maaaaaf. Dosa, ya? Sssh! Saya kegoda. Maaaaaf!" Tara menangkup dua tangan. "Lihat kamu iman saya goyah." Tara mengangkat alis pura-pura merasa bersalah.

"Karena itu, please, Sha. Jangan lama-lama buat saya berdosa. Ya? Marry me, ya. Besok bilang iya, ya. Ya?"

Gadis yang ditanya hanya menatap tajam dengan geram lalu membuka pintu hendak keluar. Namun tangan Tara menarik tangannya hingga ia berbalik.

"Jangan denial lagi." Senyum tulus Tara terukir. Menatap mata itu, membuat darah Aisha berdesir hingga ia terpaku.

Tara hendak maju lagi.

Menyadari itu, "neneeeeek!" seru Aisha menunjuk ke teras rumah lalu meloncat keluar dari mobil Tara.

Pemuda itu spontan ikut melihat ke teras yang ternyata tak ada sesiapa pun di sana. Tara mengulum senyum kalah dan terkekeh senang. Sesungguhnya, ia hanya menganggu Aisha saja.

Pemuda itu melambai tangan lewat kaca, sementara Aisha memeletkan lidah bahagia telah berhasil mengerjai pria yang kini telah bersemayam di dadanya.

🌹🌹🌹

Selasa, 20-04-21

N/A : Ingat, cuma fiksi, ya. Di kehidupan nyata mungkin nggak semudah Tara bisa dapet izin renang pribadi sama lumba-lumba di Ocean Dream. ✌😁

🌹🌹🌹

Komen doooong. Baca komentar kalian bikin naik mood nulis. Kadang ketawa sendiri. 😆😂 Meski kadang maaf, ya, nggak bisa balas satu-satu 🙏 entar kena mode 1131 wattpad 😂

Spam next boleh. 😍

Di sini 👉😉 Next.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top