38 - Celaka!
Dari : Kak Austyn
Iya, Dek. Santai aja, ditungguin kok sampe selesai.
Brak!!
Gebrakan meja yang dilakukan Deka sontak membuat Angga dan Rendy terkejut bukan main. Deka sangat kesal, harusnya sekarang ia sudah berada di kafe yang sudah dijanjikan oleh Austyn, bukannya malah di dalam ruang kesiswaan untuk mengoreksi nilai.
Angga menatap Deka khawatir, ia tahu tentang janji Deka dengan Austyn hari ini. "Cepat selesaiin, bentar lagi, tuh!" Perintah Angga.
Rendy hanya diam, fokus pada kertas yang ia sedang koreksi.
"Rendy, besok kalau lo mau jadi pahlawan kesiangan, jangan ajak gue!" Emosi Deka.
Rendy menatap Deka datar, dan kembali fokus pada kerjaanya.
Pagi tadi, Rendy menawarkan diri untuk mengoreksi nilai ulangan kimia. Bu Sri menyetujui dan menyuruh Rendy memanggil satu temannya lagi untuk membantunnya menilai. Rendy memanggil Deka, pas saat Deka lewat di sebelahnya bersama Angga. Deka tadinya ingin sekali menolak, namun tidak bisa karena bu Sri sudah sangat baik kepadanya. Akhirnya, Deka menyetujui dengan syarat Angga juga harus ikut dengannya. Ya, Deka sebenarnya sangat malas harus berduaan dengan Rendy sepulang sekolah nanti.
"Punya dosa apa gue hari ini, sih!" Oceh Deka.
Bu Sri masuk ke ruangan, dan menyapa mereka bertiga.
"Sudah selesai?" Tanya Bu Sri.
"Sudah, Bu," jawab Angga.
"Yaudah, sini kumpulkan!" Perintah Bu Sri.
"Bu, ada yang perlu dilakukan lagi? Kami bisa membantu kalau ada." Tawar Rendy.
Tatapan tajam langsung dilontarkan Deka pada Rendy.
"Oh, ada. Bisa bantu koreksi juga yang punya kelas lain?" Tanya Bu Sri.
Deka mengepalkan tangannya, kepalanya menunduk. Rendy mendekati Deka, dan mengusap puncak kepalanya.
"Bu, biar saya dan Rendy yang mengerjakan. Deka sudah ada janji sama seseorang," ucap Angga.
"Kerjain bareng aja, biar cepet selesai. Paling gak banyak," ucap Rendy.
Angga tersenyum sinis. "Namanya janji, ya janji, Rendy sayang!"
"Baiklah, Deka boleh pulang duluan," ucap Bu Sri.
Deka dengan semangat 45 langsung berdiri dan mengambil tasnya. Setelah bersalaman dengan bu Sri dan tersenyum manis pada Angga, ia pun langsung berlari keluar kelas. Beberapa menit setelah bu Sri ikut keluar dari ruangan, perkelahian pun terjadi.
Deka terus berlari, menghiraukan angin kencang yang menerpa, tak peduli pada awan hitam yang seolah mengejeknya. Sampai akhirnya, ia sampai di sebuah halte. Dengan gerakan cepat, ia juga langsung menghubungi Austyn.
Senyum Deka langsung mengembang setelah memberitahu lokasinya pada Austyn. Namun tiba-tiba hujan datang dengan derasnya, membuat Deka harus memeluk dirinya sendiri akibat kedinginan.
Deka memandang jalanan terus menerus, hingga kedua matanya melihat motor dengan laju kencang menabrak sebuah mobil hitam. Mobil hitam itu langsung tak terkendali dan detik itu juga menghantam tiang listrik. Pengendara motor juga jatuh terpental hingga ke jalan. Deka terkejut, saat anak kecil yang dibonceng si pengendara motor jatuh tepat di tengah jalan, tepat di depan matanya.
Tanpa pikir panjang, Deka menerobos hujan dan mencoba menolong anak itu. Deka menggendong anak kecil itu, dan mencoba meminggirkannya. Sampai akhirnya ada sebuah motor yang menabrak Deka. Deka jatuh menghantam trotoar, dengan si anak yang masih dalam genggamannya.
Hujan masih turun dengan derasnya, orang-orang mulai datang dengan ramainya. Suara sirene ambulan dan mobil polisi mulai terdengar, membuat orang yang hanya diam menonton merasakan ketegangan hari ini.
Polisi mulai mengeluarkan seorang laki-laki yang berada di dalam mobil. Polisi itu sangat hapal dengan seragam sekolah yang dipakai anak laki-laki itu, seragam sekolah SMA terbaik, Altschool.
Beberapa pihak medis juga mulai menolong Deka dan anak kecil yang menjadi korban kecelakaan. Keduanya tak sadarkan diri. Dengan cepat, pihak medis pun memasukan keduanya ke dalam ambulan.
Dengan kaki bergetar hebat, seorang gadis yang memakai seragam sama dengan Deka mendekati lokasi kejadian. Dibawah halte tempat Deka menunggu, gadis itu menghubungi seseorang.
"Ya, hanny? Ada apa? Tumben, mau ngajak berantem?"
Bibir hanny kelu, ia tidak harus cerita darimana. Isak tangis mulai terdengar dari Hanny.
"LAH, WOI! KENAPA LO? JAWAB! JANGAN BIKIN GUA KHAWATIR!"
"Angga ... Deka sama Kak Austyn kecelakaan!"
Hanny langsung menangis hebat, kedua tangannya bergetar sangat kencang.
Hujan masih terus turun, namun tak sederas tadi. Orang-orang juga masih ramai melihat lokasi kejadian kecelakaan itu. Garis polisi mulai dipasang dimana-mana, dan beberapa anggota polisi juga mulai melakukan wawancara terhadap saksi mata.
Tidak ada yang tahu bagaimana kejamnya perlakuan semesta dan tidak ada yang tahu juga bagaimana akhirnya. Semua berjalan seperti sendirinya. Tidak bisa ditentang, mau bagaimana pun keadaanya harus diterima dengan lapang dada.
"Hanny.... " Panggil Angga dengan suara bergetar.
Hannya tak menjawab, ia tetap terus menangis. Dengan cepat, Angga menarik tangan Hanny dan memeluk gadis itu.
"Jangan sedih, aku percaya semua akan baik baik saja!"
_____________________________
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top