37 - Masalah Hidup
Cahaya matahari pagi mulai masuk ke dalam sebuah kamar. Dering ponsel juga mulai berbunyi, dan membuat si pemilik ponsel mulai meraba-raba kasurnya. Saat ponselnya sudah berada di kamar, dengan cepat ia menekan tombol pada layar, dan menempelkan ponselnya ke telinga.
"Apa, sih! Masih pagi...," ucapan Deka berhenti, lalu dengan setengah kesadaran, ia langsung mengecek ponselnya.
Matanya membulat saat melihat nama Austyn tertera di ponselnya. Dengan cepat, Deka mengakhiri panggilan itu. Kaki Deka mulai mengacak-acak kasur, dengan tangan yang menjambak rambut. Padahal, rencananya ia akan mengabaikan panggilan dari Austyn. Pada malam hari, Austyn menghubunginya, dan dengan rasa ikhlas di dalam dada, Deka mengabaikannya. Pagi ini, ia malah menerima panggilan dari kakak kelasnya itu. Ah, sudah dipastikan bahwa rencana Deka untuk mengabaikan sudah terbongkar.
Ketukan pintu, dan suara dari Ayahnya membuat Deka langsung beranjak pergi ke kamar mandi. Sampai sekarang, Deka tidak tahu tujuan ayahnya membeli sekolah itu. Deka memang pernah bertanya, tapi sang ayah menjawabnya dengan candaan. Siapa yang tidak kesal jika dirimu bertanya serius, tetapi malah dijawab dengan candaan? Bukan Deka tentunya. Jujur, Deka benar-benar tidak nyaman dengan dirinya yang sekarang sudah di cap sebagai anak pemilik sekolah. Semua orang baik kepadanya, sampai ia tidak tahu mana yang asli dan mana yang palsu.
Setelah bersiap, Deka langsung keluar dari kamarnya dan melangkah menuju ruang makan. Disana sudah ada ayahnya, dan seorang perempuan paruh baya yang diangkat ayahnya sebagai pembantu. Deka sudah melarang sang ayah untuk menyewa pembantu, dan menawarkan diri untuk memasak, tapi ayahnya menolak.
"Pagi!" Sapa Mr. Smith pada putri kesayangannya.
"Pagi juga, Ayah!" Balas Deka.
Mr. Smith menatap Deka dengan senyum yang tak pernah luntur. Putri bungsunya itu benar-benar mirip dengan mendiang istrinya.
"Ayah besok akan pulang," ucap Mr. Smith. "Kamu mau ikut?" Tanyanya.
"Ikut?" Deka bingung. "Aku, kan sekolah disini, jadi mana bisa ikut." Jelasnya.
"Siapa tahu kamu gak betah disini, jadi mau ikut ayah dan kakak-kakak mu tinggal di luar negeri."
"Aku betah, kata siapa gak betah?"
"Kakakmu, Stevan...," Mr. Smith menggantungkan ucapannya.
"Kenapa? Kak Stevan bilang apa? Dia mengadu yang macam-macam, ya? Ah, jangan dengarkan dia, Ayah. Dia memang begitu sejak aku kecil. Suka sekali mengadu hal yang dilebih-lebihkan. Aku ... jadi sebal." Deka melipat tangannya didepan dada, dan dengan raut wajah kesal.
"Dia begitu karena sayang sama kamu." Mr. Smith mencoba menenangkan Deka.
"Apanya yang sayang! Dekat sama orang saja gak dibolehin, dan...," Deka menggantungkan ucapannya. "Aku berangkat sekolah ya, Ayah!" Lanjutnya.
Setelah pamit dan salaman dengan sang Ayah, Deka lantas keluar dari rumahnya. Sejak ayahnya disini, Deka dipaksa untuk berangkat dengan diantar mobil oleh pak supir. Ah, benar-benar sangat ribet menurutnya.
Perjalanan ke sekolah dihabiskan Deka untuk melamun. Setelah dipikir-pikir, Deka sepertinya tahu alasan sang ayah membeli sekolahnya. Benar-benar tak habis pikir. Jalanan ibukota sangat ramai, dengan kendaraan dan pejalan kaki dimana-mana. Sampai akhirnya, tanpa sadar mobil sudah sampai di depan sekolah.
"Non, sudah sampai," ucap pak supir memberitahu.
Deka terdiam, tatapannya mengarah pada motor berwarna hitam.
"Non? Gak, turun?" Tanya Pak Supir.
"Nanti, pak! Ada singa di sana," jawab Deka asal.
Supir itu hanya dapat menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia tak mengerti. Sampai akhirnya, Deka pun turun dari mobil. Dengan langkah perlahan, Deka mulai memasuki sekolahnya. Semua tatapan mata seolah menatap kehadirannya, dan hal itu langsung membuat jantung Deka sangat berdebar. Beberapa orang menatapnya dengan tatapan jahil. Apa ada yang salah?
Deka menghentikan langkahnya, lalu matanya menerawang ke depan. Tak ada hal yang aneh. Kemudian, Deka memegang rambutnya, lalu pipinya. Tetapi, sepertinya memang tidak ada yang salah. Dengan gerakan perlahan, Deka akhirnya menoleh ke belakang. Lantas kedua matanya seketika membulat, saat ia melihat Austyn sudah ada di belakangnya. Austyn menatapnya dengan tatapan datar, seraya membawa tumpukan kertas.
"Kenapa, sih? Jalannya kayak maling gitu." Protes Austyn dengan nada kesal yang sangat khasnya.
"Siapa, ya? Jangan sok kenal, maaf."
Deka akhirnya berbalik, dan melangkah pergi. Austyn juga mengikuti langkah Deka.
"Lah, kok ngambek?" Tanya Austyn.
"Gak usah peduli!" Kesal Deka.
"Gue salah apa?" Tanya Austyn yang masih mengikuti Deka.
Deka berlari. Austyn yang sudah mulai kehilangan napasnya mulai melambatkan langkahnya. Lalu, Austyn berakhir dengan menatap Deka yang sudah sangat jauh. Ada rasa benci dengan diri sendiri di hati Austyn. Ah, disaat seperti ini mengapa ia mendapat tubuh lemah.
Deka terus berlari, hingga masuk ke dalam kelas. Di kelasnya sudah ada Angga yang sedang bermain ponsel. Dengan kesal Deka duduk di sebelah Angga, seraya melempar tas ke depan. Angga terkejut tentu, dan hal itu membuatnya mematikan ponsel.
"Kenapa?" Tanya Angga.
Deka tak menjawab, ia malah melamun. Angga yang melihatnya hanya dapat ikut melamun.
"Gue ... mau ke UKS aja. Pusing, ih!" Keluh Deka akhirnya setelah beberapa menit terdiam.
"Gue anterin, mau?" Tawar Angga.
Deka menggeleng, lalu kakinya mulai pergi meninggalkan kelas. Di sepanjang perjalanan, Deka selalu mendapat sapaan. Kehidupannya yang dulu dengan yang sekarang sangat berbeda. Ayolah, beritahu Deka cara membedakan seseorang yang benar tulus dan yang tidak!
Langkah Deka berhenti, saat Hanny menghalangi jalannya. Hanny tampak seperti biasa, hidup ceria dengan senyum yang sangat lebar.
"Maaf, permisi!" Ucap Deka.
Hanny tak beranjak, ia malah semakin tersenyum lebih lebar.
"Ada apa, Han?" Tanya Deka.
Hannya langsung menyodorkan sesuatu pada Deka, sebuah cokelat. Deka semakin dibuat bingung.
"Dari kakak galak, terima!" Paksa Hanny.
"Kalau gue gak mau, gimana?" Nada suara Deka seolah sedang menantang maut.
Hanny langsung mendengus kesal. "Kalau gue dapat siksaan dari Austyn, lo harus tanggung jawab!"
"Kenapa dia gak kasih sendiri cokelat itu sama gue? Kenapa harus nyuruh lo? Ada masalah apa hidupnya? Sini, kasih tahu!" Emosi Deka.
Hanny langsung terdiam, dan merubah raut wajahnya. Deka hanya dapat menautkan kedua alis. Sampai akhirnya, seseorang merebut cokelat yang berada di tangan Hanny.
"Ada masalah apa hidupnya? Gak, ada! Cuma kayak ada masalah gitu sama tuan putrinya," jelas Austyn yang tak kalah emosi.
Hanny tanpa buang waktu, langsung lari dari hadapan Austyn dan Deka. Ia tak mau ikut campur ke dalam suasana panas kedua manusia itu.
"Ada masalah apa dalam hidupmu, sayang?" Tanya Austyn.
Deka tak menjawab, ia juga tak menatap Austyn sama sekali. Rasanya Deka sangat ingin lari seperti Hanny, dengan membawa jantungnya yang sangat berisik ini.
"Kalau gue salah, tegur. Jangan tiba-tiba marah gak jelas. Kan, gue jadi gak tahu harus apa. Lagi...."
"Ngomelnya sudah, tuan?"
Austyn langsung diam membisu, tatapannya masih kepada Deka.
Deka menghela napas panjang. "Kakak mau apa?"
"Gue mau buat lo bahagia, sampai hari tua." Gombal Austyn.
"Ayo, ke neraka!" Ajak Deka kesal.
Austyn tertawa, lalu tangannya mengacak puncak kepala Deka. Kedua pipi Deka langsung memerah, dan jantungnya juga berdetak 3 kali lipat lebih kencang.
"Tadinya gue mau ngajak lo ke kafe cokelat, gitu. Ya, tapi lo kayaknya...."
"MAU!"
Austyn terkekeh. "Besok, sepulang sekolah."
________________________________
Halo💃
Ya, ampun ini gimana bar wattpad aku yang buat bold, miring, sama paragraf gitu gak bisa😭SIAPA YANG NYURI BAR WATTPAD AKU? NGAKU KALIAN!!
Semakin ke sini, Secret semakin banyak apresiasi. Huhu, sudah 10 ribu lebih pembaca. Terus juga sering banget aku lihat akun akun wattpad masukin Secret ke perpustakaannya. Belum lagi yang komen dan bom vote😭SAKING BANYAKNYA, AKU SAMPE GAK BISA TAG SATU SATU.
But, aku pengen banget nyebut kalian masa. Nih, aku bingung mulai darimana.
Vote dan komen kalian adalah penyemangatku, dan menjadi alasan aku masih bertahan di wattpad.
Maaf, jika aku masih belum bisa update secara teratur. Mulai kedepannya, aku akan sangat sangat sangat sibuk. Biasa lah anak sekolah mah gini ya :")
Walau begitu, aku tetap salut sama kalian yang masih bertahan di cerita aku. YUK, KITA SELESAIKAN SEMUA KISAH SECARA PERLAHAN!!
Kalau ada yang mau dm aku di wattpad, dm aja ya. Pasti aku balas kok. Siapa tahu mau kasih aku bahan ghibah atau mau ngajak baku hantam. Buat yang mau komen, komen aja ya. Pasti pasti pasti aku balas.
SIAPA YANG BELUM KENAL AKU? YUK, SINI KENALAN DULU KITA. MUTUALAN DULU LAH KITA 🙌
Yaudah, sekian dulu dari Mama Austyn yang paling aduhay ini. Aku harap kalian tetap bersamaku hingga ending memisahkan.
Baby Unicorn💙
Yayangptr.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top